Ibadah haji dan umrah bagi masyarakat Indonesia menjadi perjalanan ibadah yang memerlukan persiapan sangat khusus. Selain karena perjalanan sangat panjang, ditambah harus menyediakan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit.
Di Indonesia, banyak masyarakat bekerja sebagai tukang pijat keliling dari rumah ke rumah. Mereka adalah tukang pijat tradisional, bukan seperti para pekerja profesional di tempat spa & massage.
Banyak kisah mereka yang berhasil berangkat haji ke tanah suci, dari menabung penghasilan sebagai tukang pijat keliling. Heru Suyadi (55 tahun) dan sang istri, adalah di antara contohnya. Mereka berdua menunaikan ibadah haji tahun 2022 lalu.
Pasangan suami istri asal Magetan ini, tidak pernah mematok harga kepada setiap pengunjung yang ingin terapi. Meski hanya dibayar sukarela, profesi tukang pijat sudah dijalani sejak 25 tahun yang lalu.
Dengan ketekunan menabung, alhamdulillah bisa mengantar pasangan suami istri ini berangkat haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.
Kisah serupa dialami oleh pak Kasiyo (70 tahun). Ia adalah tunanetra asal Tabanan, Bali. Berkat usaha dan doa yang tak mengenal lelah, tukang pijat ini dapat menunaikan haji di tahun 2024 ini.
Untuk mendaftar haji, Kasiyo menyisihkan penghasilannya sebagai tukang pijat. Yang ditabung setiap hari adalah penghasilan pijat dari pasien ke 5 dan seterusnya. Penghasilan dari pasien 1 sampai ke 4, digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Jika ia memperoleh 4 pasien, berarti di hari itu ia tidak menabung untuk haji. Apabila mendapat lebih dari 4 pasien, berarti ia bisa menambah tabungan haji.
Setelah menunggu selama 11 tahun, Kasiyo sangat bersyukur mendapat panggilan untuk berangkat haji. Kisah selengkapnya, simak di sini.
Demikian pula kisah ibu Supiyah (60 tahun). Ia adalah seorang warga Kota Surabaya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat keliling. Supiyah bekerja sebagai tukang pijat keliling sejak usia 17 tahun, dan masih terus dijalani sampai lanjut usia saat ini.