"Segini ya gak cukuplah Bang..." protes seorang istri kepada suaminya.
"Kamu yang terlalu boros. Harusnya segitu cukup untuk keluarga kecil kita..." jawab suami.
"Bagaimana caranya cukup? Tolong ajari aku Bang..."
"Ibuku dikasih uang lebih sedikit oleh Ayah... Nyatanya cukup..."
"Lha kan Ayah dan Ibumu tinggal di kota kecil yang semua kebutuhan pokok harganya murah... Bahkan banyak yang gratis, beras, sayur cabe buah tinggal petik... Kita ga bisa begitu... Semua harus beli... Mahal lagi..." istrinya ngotot.
"Intinya kamu itu kurang bersyukur... Sudah dikasih, selalu kurang..." sang suami membalas ketus.
"Intinya Abang itu kurang giat bekerja... Kerja yang lebih keras lah Bang, agar rezekinya terus bertambah..." sang istri tak kalah ketus.
Begitu suasana kehidupan keluarga Dimas dan Agnes. Mereka berbeda kultur, berbeda latar belakang keluarga, dan berbeda strata sosial.
Dimas dari kampung. Bapak ibunya petani sederhana. Beruntung Dimas bisa kuliah lanjut dikota hingga strata S2. Hingga Dimas keterima kerja di sebuah perusahaan ternama di kota besar.
Penghasilan Dimas lebih dari cukup jika hanya digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. Namun Dimas memilih menabung untuk masa depan. Maka ia terapkan standar ekonomis untuk nafkah keluarga.