Umroh adalah perjalanan untuk belajar tidak pernah berputus asa dalam kehidupan. Dari aktivitas sa'i kita belajar kepada Bunda Hajar, bahwa betapapun keras tantangan kehidupan, namun tak ada yang mustahil untuk didapatkan apabila mendapat pertolongan Allah.
Kita mengingat kisah bunda Hajar dan putranya Ismail yang masih bayi. Kala itu harus ditempatkan di suatu daerah, yang sekarang dikenal sebagai Makkah. Nabi Ibrahim segera kembali ke Palestina setelah menempatkan istri dan anak bayinya di daerah itu.
Tempat tersebut dulunya berupa dataran rendah atau lembah gersang yang dikelilingi bukit-bukit berbatu yang disebut "Bakkah". Di sana tidak ada sumber air, tumbuh-tumbuhan, tidak ada tempat untuk bernaung dan tidak pula berpenghuni.
Pun saat itu tak ada teknologi. Tak ada internet, tak ada grup whatsapp, tak ada media sosial, tak ada telepon maupun televisi. Sepi, tanpa bisa berbagi kepada siapapun. Tak bisa minta tolong kepada seorang pun.
Setelah Nabi Ibrahim pergi meninggalkan Hajar dan Ismail, persediaan air mulai habis. Awalnya Hajar masih dapat memberikan nutrisi bayinya dengan air susunya. Tetapi karena Hajar tidak minum, lama-kelamaan air susunya tidak keluar lagi.
Kini ia tidak tega menatap bayi yang amat dicintainya itu. Tampak bayi Ismail mulai menangis kehausan.
Sebagai seorang ibu, ia merasakan kesedihan yang luar biasa. Setiap ibu bisa tega bahwa dirinya harus menderita. Namun tak akan pernah tega jika melihat bayinya menderita.
Hajar berikhtiar mencari air. Ia berlari antara bukit Shafa dan Marwah. Tak ada air terlihat. Pun tak ada manusia bisa diminta pertolongan.
Hajar berlari-lari kecil sampai 7 kali. Bolak balik antara Shafa dan Marwah. Tetap tidak menemukan air yang dicari.
Ia tidak berputus asa. Ia terus berusaha dengan gigih. Ia tak mau menyerah.