"Couples who know each other intimately [and] are well versed in each other's likes, dislikes, personality quirks, hopes, and dreams are couples who make it" --John M. Gottman.
Imam Bukhari meriwayatkan bab "Bergaul dengan Baik terhadap Keluarga," sebuah hadits marfu' dari 'Aisyah. Tentang sebelas perempuan (di masa lalu) yang duduk-duduk dan berjanji untuk tidak menyembunyikan sedikitpun tentang suami mereka. 'Aisyah menceritakan kisah ini kepada Nabi saw dengan leluasa, berdua saja.
Perempuan pertama berkata, "Suamiku adalah daging unta yang kurus. Ia berada di puncak gunung yang sulit, tidak mudah didaki, dan tidak gemuk sehingga mudah diangkat...." 'Aisyah menuturkan dengan detail, hingga selesai cerita perempuan kesebelas.
Aisyah bercerita, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Terhadapmu aku seperti Abu Zar'in terhadap Ummu Zar'in." Dalam riwayat Imam An-Nasa-i, Aisyah berkata "Wahai Rasulullah, bahkan engkau lebih baik kepadaku dari pada Abu Zar'in".
"Intentional Sharing" yang Mengesankan
Hadits dari 'Aisyah di atas menyatakan dengan sangat jelas sebuah "intentional sharing" yang mengesankan. 'Aisyah tidak sedang bertanya tentang "apa hukumnya..."; juga tidak sedang meminta pandangan Nabi saw atas kondisi sebelas perempuan tersebut. 'Aisyah hanya ingin sharing dan Nabi saw betah mendengarkannya.
Nabi saw memberikan teladan paripurna dalam segala sesuatu, termasuk dalam relasi suami istri pada kehidupan sehari-hari. Beliau memberi contoh untuk diteladani suami dan istri, tentang bagaimana membangun kelekatan yang nyaman. Sangat banyak kisah tentang kebersamaan beliau dengan 'Aisyah yang menunjukkan kepiawaian Nabi menikmati "intentional sharing".
Sebagaimana dinyatakan John Gottman, "Pasangan yang saling mengenal secara intim dan sangat memahami kesukaan, ketidaksukaan, keunikan kepribadian, harapan, dan impian satu sama lain adalah pasangan yang berhasil". Bagi kita, contoh nyata dari pasangan yang berhasil adalah Nabi saw dan istri beliau.
Nabi saw memberi contoh secara nyata, bahwa intimacy atau kelekatan suami istri benar-benar bisa terwujud. Bukan hanya teori atau narasi, namun detail dalam realisasi. Karena sebagaimana dinyatakan oleh Terry Gaspard dari The Gottman Institute, "Intimacy is not something freely given. It requires your attention, willingness, and intentional effort. Keintiman bukanlah sesuatu yang diberikan secara cuma-cuma. Itu membutuhkan perhatian, kemauan, dan usaha yang disengaja".
Selanjutnya Gaspard menyatakan, "To be truly intimate means to be present for all the shades of life: the light, the shadow, and the in-between. Through mindfulness, you enhance your capacity to show up, to get close, and to tune in to the transpersonal. It fuels the love in our human connections".