"It's important to note that being bored is not always a big problem and can indicate a healthy and stable relationship" (Erika Labuzan-Lopez, 2018).
Tidak terasa, sudah lebih dari 30 tahun kami menempuh perjalanan hidup berumah tangga. Tentu saja ada sangat banyak suka duka yang kami lalui di masa sepanjang itu.
Kondisi paling umum yang sering dialami oleh pasangan yang telah menempuh masa yang panjang, adalah hadirnya rasa bosan. Suami bosan dengan istri --yang dari dulu ya hanya itu. Istri bosan dengan suami --yang gitu-gitu aja kondisinya. Mereka berdua bosan dengan kehidupan monoton: bangun pagi, mandi, sarapan, berangkat kerja, pulang ke rumah, tidur --dan begitu setiap hari.
Apakah bosan itu buruk? Tidak selalu. Karena rasa bosan menunjukkan Anda masih menjadi manusia yang sempurna. Rasa bosan juga sebuah sinyal, bahwa Anda harus melakukan sesuatu.
Erika Labuzan-Lopez, terapis pernikahan dan keluarga (2018) menyatakan, "Penting untuk diingat bahwa rasa bosan tidak selalu menjadi masalah besar dan bisa menunjukkan hubungan yang sehat dan stabil".
Berhentilah Mengeluh
Pertama kali, berhentilah mengeluh. Jangan mengeluhkan kebosanan hidup berumah tangga Anda kepada orang lain. Orang yang mendengar curhat Anda akan mempunyai "rasa" tertentu.
Misalnya, seorang istri curhat kepadaseorang lelaki teman kerjanya. Bahwa ia sudah bosan dengan suaminya. Bahwa ia bosan dengan kehidupan pernikahan yang dijalaninya. Laki-laki yang mendengar isi curhat tersebut menjadi bangkit adrenalinnya. Instink pahlawannya hadir, ia tertantang untuk "menyelamatlkan".
Cara seperti itu, alih-alih menemukan solusi, yang terjadi justru menemukan masalah baru. Hubungan dengan suami makin berjarak, hubungan dengan teman kerja tempat curhat makin mendekat.
Untuk itu, jika kebosanan sudah mulai melanda, lakukan hal-hal berbeda. Hal-hal baru yang nyata. Bukan dengan mengeluh. Bukan dengan meratapi nasib.