Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aja Cedhak Kebo Gupak

19 Januari 2024   06:44 Diperbarui: 19 Januari 2024   07:10 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serial Wonderful Life -- 4

Manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Keberadaannya tidak bercorak 'soliter' yang suka menyendiri. Justru manusia selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Kebahagiaan, keberhasilan, pun kegagalan dalam kehidupan manusia, ada peran orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Maka persahabatan, persaudaraan, dan komunitas menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dengan hubungan sosial seperti ini, mereka bisa saling memberikan manfaat satu dengan yang lain.

Masalahnya adalah, siapakah yang menjadi teman? Seperti apa komunitas yang dibangun atau diikuti? Rupa-rupanya manusia sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya.

Jika berteman dan berkomunitas dengan kebaikan, seseorang akan cenderung terbentuk menjadi baik. Pun ketika berteman dan berkomunitas dengan kejahatan, seseorang akan cenderung terbentuk menjadi jahat.

Aja Cedhak Kebo Gupak

Inilah makna yang terkandung dalam pitutur "aja cedhak kebo gupak". Arti secara harfiah, aja (jangan) cedhak (dekat) kebo (kerbau) gupak (berlepotan kotoran).

Sebuah nasihat dan kebijakan mulia, agar kita tidak berdekat-dekat dengan kerbau yang berlepotan dengan kekotoran. Dalam masyarakat petani, kerbau adalah binatang yang sangat bermanfaat. Kerbau menjadi sahabat petani dalam mengolah lahan.

Saya ingat ketika masih kecil, sering ikut para petani menggarap lahan sawah ayah. Saat itu, ayah memiliki banyak lahan sawah yang dikerjakan oleh tetangga dengan sistem bagi hasil. Karena ayah saya pegawai negeri, ia tidak memiliki cukup waktu untuk mengurus lahan pertanian.

Setiap kali musim tanam, para petani akan menyiapkan lahan agar siap ditanami padi. Peralatan yang dibawa petani adalah garu dan luku, dengan tenaga dua ekor kerbau. Begitu kerbau sudah mulai masuk lahan sawah untuk bekerja, akan langsung "gupak"atau berlumuran dengan lumpur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun