"If a woman told us that she loved flowers, and we saw that she forgot to water them, we would not believe in her 'love' for flowers" --Erich Fromm.
Jika seorang perempuan memberi tahu kita bahwa dia menyukai bunga, namun kita melihat ia lupa menyiraminya, maka kita tidak akan percaya pada kecintaannya terhadap bunga tersebut. Bagaimana dikatakan cinta pada bunga, jika ia tidak merawatnya?
Jika seseorang menyatakan bahwa dirinya menyukai kucing, namun kita melihat ia tak pernah mengurusnya, maka kita tidak akan percaya bahwa ia suka kucing. Bagaimana dikatakan cinta pada kucing, jika ia tidak mau mengurusnya?
Jika seorang anak menyatakan bahwa ia sangat mencintai kedua orangtua, namun kita melihat ia tak pernah datang menjenguknya, maka kita tidak akan percaya bahwa ia cinta orangtua. Bagaimana dikatakan cinta pada kedua orangtua, jika menengokpun tidak pernah?
Jika seorang ayah menyatakan bahwa ia sangat mencintai anaknya, namun kita melihat ia tak pernah menafkahi anaknya, maka kita tidak akan percaya bahwa ia cinta anak. Bagaimana dikatakan cinta pada anak, jika menafkahi pun tidak?
Jika seorang suami menyatakan bahwa ia mencintai sang istri, namun kita melihat ia tak pernah mencukupi kebutuhannya, maka kita tidak akan percaya bahwa ia cinta istri. Bagaimana dikatakan cinta istri, jika ia tidak mau merawatnya?
Jika seorang istri menyatakan bahwa dirinya mencintai sang suami, namun kita melihat ia tak pernah mau melayani suaminya, maka kita tidak akan percaya bahwa ia cinta suami. Bagaimana dikatakan cinta suami, jika ia tidak mau melayaninya?
Begitulah, cinta memerlukan tindakan nyata. Bukan hanya ucapan kata-kata, atau klaim semata.
Bahan BacaanÂ
Erich Fromm, The Art of Loving, Memaknai Hakikat Cinta, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2020