Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

6 Aspek Kedewasaan dalam Kehidupan Pernikahan

8 Desember 2023   09:47 Diperbarui: 8 Desember 2023   10:04 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di berbagai ruang konseling, banyak dijumpai konflik suami istri yang bermula dari sikap kekanak-kanakan atau ketidakdewasaan salah satu pihak atau keduanya. Mereka sudah menikah dan memiliki anak namun kurang memiliki kedewasaan.

Benarkah ada orang dewasa yang terjebak dalam cangkang ketidakdewasaan? Ternyata memang ada. Robert Firestone, seorang psikolog dan penulis buku Combating Destructive Thought Processes dan belasan buku psikologi populer lainnya, menyorot dengan tajam realitas ini.

Dalam tulisannya "Six Aspects of Being an Adult" (2013), Robert Firestone menengarai ada banyak orang tidak menyadari bahwa mereka menjalani hidup berdasarkan kerangka acuan anak-anak dibandingkan dengan kerangka orang dewasa. Meskipun lelaki dan perempuan sudah matang secara fisik dan menjadi lebih mampu dalam kehidupan sehari-hari, namun jarang mencapai kematangan emosi.

"The primary barriers to maturity are unresolved childhood trauma, the defenses the child forms to ward off emotional pain and existential dread," ungkap Firestone. Menurutnya, hambatan utama menuju kedewasaan adalah trauma masa kanak-kanak yang belum terselesaikan, yaitu pertahanan yang dibentuk anak untuk menangkal rasa sakit emosional dan ketakutan eksistensial.

Terkait ketakutan eksistensial (existential dread), kondisi ini mengacu pada kegelisahan inti yang berhubungan dengan pertumbuhan, menghadapi kenyataan bahwa waktu terus berlalu, dan memberi nilai pada kehidupan meskipun kematian tidak bisa dihindari.

Selanjutnya, Firestone menyampaikan enam aspek utama pendekatan orang dewasa terhadap kehidupan. Keenamnya menjadi ciri kehidupan orang dewasa.

  • Mengedepankan Rasionalitas

Orang dewasa merasakan emosinya, tetapi ketika bertindak, mereka membuat keputusan rasional berdasarkan pertimbangan yang matang. Psikiater Murray Bowen menyatakan, orang dewasa "mampu membedakan antara proses perasaan dan proses intelektual, dan (memiliki) kemampuan untuk memilih antara dipandu oleh perasaan atau pikiran."

Ini bukan soal perbedaan laki-laki dan perempuan. Namun perbedaan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pada dunia anak-anak, belum berkembang kemampuan rasionalitasnya. Mereka lebih dominan memenuhi keinginan emosional sesaat.

"Kurang pertimbangan rasional" inilah yang akhirnya memudahkan pasangan suami istri memilih untuk bercerai. Keputusan yang banyak dipandu oleh sisi emosional sesaat, bukan oleh kedewasaan rasional. Keputusan yang kelak di kemudian hari mudah mereka sesali.

  • Mampu Merumuskan dan Melaksanakan Tujuan

Orang dewasa mampu merumuskan tujuan dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan. Mereka menetapkan prioritas dalam kehidupan, karena bisa membedakan mana hal tidak penting, penting, lebih penting bahkan paling penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun