Pada sebagian kalangan masyarakat, muncul anggapan bahwa kalau menikah dengan perempuan yang pintar dan berpendidikan tinggi, akan membuat rumah tangga lebih banyak konflik. Istri menjadi "ngeyelan" dan tidak mudah menurut kepada suami, karena kecerdasan sang istri.
Benarkah demikian? Tentu saja tidak selalu benar. Mungkin ada contoh keluarga yang sesuai anggapan tersebut. Namun tentu ada banyak contoh yang tidak seperti itu.
Saya tertarik dengan cerita Prof. Dr. Siti Zuhro, MA, mengenai pola komunikasi yang dibangun di rumah bersama suaminya. Saya bertemu beliau dalam sebuah FGD di kantor DPP PKS, Pasarminggu, Jakarta Selatan hari Rabu 30 Agustus 2023 lalu.
Sebagaimana diketahui, Prof. Zuhro adalah seorang akademisi dan peneliti di LIPI, yang sekarang menjadi BRIN. Tentu saja beliau adalah perempuan yang bukan saja cantik, namun cerdas dan berpendidikan tinggi.
Sebagai peneliti dan akademisi, beliau sangat sering menjadi narasumber dalam berbagai forum nasional maupun internasional. Beliau sering berdiskusi di forum dengan berbagai pihak yang sangat beragam latar belakangnya.
Beliau terbiasa mendapat banyak pertanyaan kritis, dan harus menjawab berbagai pertanyaan dari peserta forum. Bahkan tak jarang harus melayani debat dalam forum-forum politik.
Prof. Zuhro dikenal sebagai narasumber yang sangat berkompeten menyampaikan tema-tema politik. Aktivitas ini tentu berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari beliau, termasuk dalam rumah tangga.
Bagaimana beliau berkomunikasi sehari-hari dengan suaminya? Di sinilah letak kehebatan beliau. Prof Zuhro tidak membawa serta label "Profesor Doktor" yang melekat pada namanya, untuk "menaklukkan" sang suami.
Beliau bisa meletakkan diri, kapan berperan sebagai akademisi dan peneliti, dan kapan harus berperan sebagai istri. Dengan fleksibilitas yang beliau miliki, membuat semua berjalan dengan baik-baik saja.
Kadang ada satu tema yang dibahas serius bersama suami. "Ketika saya merasa belum mendapat jawaban yang memadai atas pendapat suami, saya akan terus bertanya sampai detail", ujar Prof. Zuhro.