Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lapis Kebahagiaan

31 Mei 2023   05:34 Diperbarui: 31 Mei 2023   05:44 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebahagiaan itu berlapis-lapis dan berubah-ubah. Satu kondisi yang menyusahkan sebagian orang, bisa membahagiakan sebagian orang lain. Demikian pula sebaliknya.

Saat menunggu keberangkatan pesawat di ruang tunggu bandara, kita merasa susah saat mendapat informasi keterlambatan. Apalagi jika keterlambatan sampai satu jam atau lebih. Di tempat tujuan, sejumlah agenda telah menanti kehadiran kita.

Namun ternyata kondisi itu membahagiakan sebagian orang yang lain. Ada beberapa penumpang yang terlambat check in karena terjebak macet, atau karena molornya agenda sebelumnya, atau alasan-alasan lain.

Mereka yang terlambat tiba di bandara, merasa sangat bahagia ketika mendengar berita keterlambatan pesawat. Ini artinya mereka tetap bisa terbang dengan pesawat tersebut. Tidak perlu membeli tiket baru untuk ganti pesawat.

Saat seseorang sakit dan harus dirawat di rumah sakit, merasa bersedih dan membuat sedih keluarganya. Namun tentu para dokter, perawat dan pihak rumah sakit bahagia karena bisa merawat pasien. Tanpa pasien, semua rumah sakit akan tutup.

Para penjual payung sangat mensyukuri hujan, sementara para penjual es sangat mensyukuri cuaca panas. Para petani padi bersyukur saat turun hujan, namun petani tembakau sedih saat musim hujan tiba.

Para petani cabai bahagia saat harga jual cabai naik, namun para pemilik restoran berbasis sambal mengeluh karena tingginya harga cabai. Saat harga telor naik para peternak ayam berbahagia, namun konsumen mengeluh atas kenaikan harga itu.

Begitu seterusnya. Bahagia dan derita hanyalah pergiliran rasa. Hanyalah pergiliran peran. Mudah berganti, mudah berubah, tak melekat secara permanen. Inilah jenis kebahagiaan dan kesedihan yang paling sederhana.

Bahagia yang sederhana, adalah ketika kita mendapatkan hal yang kita inginkan. Sedih yang sederhana, adalah ketika kita tidak mendapatkan hal yang kita impikan.

Demikianlah cerita kebahagiaan dan kesedihan. Di level yang paling sederhana, bahagia dan duka terkait dengan keinginan dan impian, apakah tercapai atau tidak tercapai.

Di level yang lebih tinggi, kebahagiaan tak terkait dengan tercapainya keinginan dan harapan. Namun terkait dengan cara pandang atas setiap kejadian.

Pada suatu kesempatan, seseorang bertanya kepada Abu Hazim Salamah bin Dinar (wafat 140 H), ulama yang zuhud. Saat itu, harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal. Banyak masyarakat kebingungan menghadapi kenaikan harga barang tersebut.

"Wahai Abu Hazim, tidakkah engkau tahu bahwa harga barang semakin mahal?"

Salamah bin Dinar menjawab,

"Apa yang membuat kalian resah dengan hal itu? Sesungguhnya Dzat yang memberi rezeki kepada kita di saat harga murah, Dia juga yang akan memberi rezeki kepada kita di saat harga mahal".

Inilah cara pandang positif yang membuat kehidupan selalu dipenuhi kesyukuran dan kebahagiaan. Bukan soal harga-harga kebutuhan pokok yang turun. Namun cara memandang setiap kejadian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun