Sebuah jawaban yang benar-benar penuh ketulusan, sesuai dengan realitas yang ia rasakan. Syuraih tidak mengada-ada, pun tidak berdusta dalam ucapannya.
"Seorang perempuan tidak terlihat dalam suatu keadaan di mana perilakunya paling buruk kecuali dalam dua keadaan", ujar ibu mertua. "Yaitu jika ia telah memperoleh tempat di sisi suaminya dan jika ia telah melahirkan anak," sambungnya.
"Jika kamu melihat sesuatu yang membuatmu marah, hukumlah. Karena laki-laki tidak memperoleh keburukan di rumahnya kecuali dari wanita bodoh dan manja," ungkap ibu mertua.
"Semenjak itu, setahun sekali ibu mertuaku datang," ujar Syuraih. "Dua puluh tahun aku hidup bersama istriku. Aku tidak pernah mencelanya atau marah kepadanya", lanjutnya.
Perhatikan bagaimana cara Syuraih memuliakan ibu mertuanya. Selain dengan sambutan yang sopan dan hangat, ia pandai memuji sang ibu mertua.
Ungkapan Syuraih ketika menilai sang istri, "Ia adalah perempuan terbaik dan teman yang menyenangkan" --telah menjadi ungkapan yang membahagiakan mertua. Siapapun yang telah menjadi mertua, akan bisa merasakan kebahagiaan jika menantu lelaki berhasil mendapatkan kebahagiaan hidup dengan anak perempuannya.
Apalagi ketika Syuraih memberikan pujian langsung kepada sang ibu mertua. "Ibu telah mendidiknya dengan baik dan mengajarkan budi pekerti dengan baik pula kepadanya", jelas ini merupakan sanjungan yang sangat membanggakan bagi ibu mertua.
Begitulah semestinya kita bersikap terhadap mertua. Hormati dan muliakan mertua Anda, niscaya ia akan menyayangi Anda.
Bahan Bacaan
KisahMuslim, Kisah Syuraih Al-Qadhi Bersama Istrinya, https://kisahmuslim.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H