Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keanehan Telinga Laki-laki

4 Desember 2022   11:24 Diperbarui: 4 Desember 2022   11:35 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Laki-laki (15)

Tahukah Anda, telinga laki-laki itu sangat spesifik. Semua yang didengar dari istri, terdengar sebagai permintaan.

Bagi laki-laki, setiap keinginan istri bermakna permintaan kepada dirinya. Walau istri tidak meminta, hanya sekedar bercerita tentang keinginannya, bagi laki-laki itu adalah permintaan kepada dirinya.

Ketika seorang istri menyatakan, "Betapa nyaman  kalau bepergian dengan mobil. Tidak kepanasan, tidak kehujanan". Ini  jelas sebuah pernyataan.

Sang istri hanya bercerita. Bukan meminta. Bukan mengajukan proposal.

Namun di telinga suami, kalimat ini berubah menjadi permintaan. Terdengar sebagai sebuah proposal.

Di telinga laki-laki, ucapan istrinya berubah menjadi, "Aku ingin memiliki mobil. Supaya kalau bepergian tidak kepanasan maupun tidak kehujanan. Bisakah engkau membelikan aku sebuah mobil?"

Ketika seorang istri menyatakan, "Betapa nyaman  kalau rumah kita lebih luas. Anak-anak bisapunya kamar sendiri-sendiri". Kalimat ini  jelas sebuah pernyataan.

Sang istri hanya bercerita. Bukan meminta. Bukan mengajukan proposal.

Namun di telinga suami, kalimat ini berubah menjadi permintaan. Terdengar sebagai sebuah proposal.

Di telinga laki-laki, ucapan istrinya berubah menjadi, "Aku ingin memiliki rumah yang luas dan banyak kamar. Supaya anak-anak memiliki kamar sendiri-sendiri. Bisakah engkau membuat rumah kita ini menjadi luas?"

Jika sang suami memiliki kemampuan, tentu "permintaan" itu mudah dipenuhi. Namun jika suami tidak memiliki kemampuan, "permintaan" ini menjadi beban. Permintaan ini membuatnya sedih, karena ia tidak mampu memenuhi.

Hendaknya laki-laki bisa membatasi diri. Tidak semua pernyataan istri harus dipahami sebagai permintaan. Diskusikan dari hati ke hati. Agar tidak membebani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun