Catatan Laki-laki (7)
Sejak masih muda belia, laki-laki telah menyimpan keinginan yang kuat. Bahwa pada suatu ketika nanti, ia ingin membahagiakan perempuan yang dicintai. Ini menjadi obsesi yang tersimpan di lubuk hati terdalam. Lihat kembali Catatan Laki-laki Seri 6.
Setelah menikah, ia berusaha dan bekerja semakin keras demi membahagiakan perempuan yang dicintai, istrinya. Saat hasil kerjanya belum mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga, ia berusaha makin keras lagi. Laki-laki tak akan tega menelantarkan istri.
Saat sang istri mampu bersabar atas kekurangan sisi ekonomi, suami akan tetap optimis dan bekerja keras. Namun ketika istri sudah tidak bisa bersabar atas kekurangan itu, dan ia menampakkan ketidakbahagiaan hidup bersama suami, hancur sudah obsesi kelelakiannya.
Saat istri banyak protes dan mengeluh, saat istri banyak meminta dan menuntut, saat istri mulai membandingkan dengan keluarga lain. Saat itulah laki-laki merasa benar-benar hancur.
Tak ada yang lebih menyedihkan bagi laki-laki, daripada melihat istrinya menderita. Ia tak akan tega melihat istrinya tidak bahagia. Ia merasa bersalah karena gagal membahagiakan perempuan yang dicintai sepenuh hati.
Tidak ada yang lebih dikhawatirkan oleh laki-laki daripada kegagalan. Ya, laki-laki sangat khawatir akan kegagalan. Khawatir gagal membahagiakan istri, khawatir gagal memenuhi keinginan istri, khawatir gagal mencukupi nafkah keluarga, khawatir gagal memimpin keluarga menuju surga dan menghindarkan keluarga dari neraka.
Di sisi lain ia sangat kecewa. Sang istri tidak menunjukkan kesungguhan untuk membangun cinta bersama dirinya. Sang istri tidak menampakkan penghargaan atas kerja keras yang sudah dilakukannya.
Ia memang belum berhasil mendapatkan nafkah yang mencukupi kebutuhan hidup berumah tangga. Namun ia merasa sudah melakukan hal-hal terbaik yang bisa ia lakukan. Mengapa istrinya tidak bisa bersabar? Apakah menikah hanya karena harta? Mengapa istrinya tak bisa  mengerti kesulitan dirinya.
Ia menjadi hypersensitif. Ia mulai menarik diri. Bahkan menanggung sakit yang tak terperi. Ia merasa menjadi laki-laki tak berarti. Ia merasa gagal.