"Semakin harmonis keluarga, semakin baik dan terjaga akhlaknya" (Nurul Arfani, 2016).
Studi yang dilakukan oleh John Defrain dan tim lebih dari 30 tahun di lebih dari 40 negara tentang keluarga yang kuat (stromg family), memberikan hasil yang sangat konstruktif.Â
Studi Defrain memiliki cara pandang yang positif dan optimis tentang kekuatan keluarga. Ini membantu kita memahami elemen penting dalam membangun ketahanan keluarga.
Menurut temuan Defrain, hubungan yang kuat antara suami dan istri merupakan hal sentral di banyak keluarga.Â
"Strong marriages are the center of many strong families. The couple relationship is an important source of strength in many families with children who are doing well", ungkap Defrain.
Hubungan antara suami dan istri merupakan hal yang sentral untuk penguatan keluarga. Jika ingin mendapatkan keluarga yang kuat, harus dimulai dari hubungan yang kuat antara suami dan istri. Tentu saja ini berlaku untuk keluarga yang masih utuh.
Namun, untuk menjadi keluarga yang kuat, tidak selalu mensyaratkan kondisi hubungan tersebut. Karena kekuatan keluarga bisa berasal dari beragam faktor yang berbeda. Â Misalnya, keluarga single parent tetap bisa membangun keluarga yang kuat, apabila pandai memanfaatkan berbagai faktor untuk menguatkan keluarganya.
Defrain juga menemukan, keluarga yang kuat cenderung menghasilkan generasi yang kuat. "Strong families tend to produce great kids; and a good place to look for great kids is in strong families," ungkapnya. Tempat paling tepat untuk menemukan generasi yang kuat adalah pada keluarga yang kuat.
Artinya, jika ingin memproduksi generasi yang hebat untuk membangun bangsa dan negara, kuncinya adalah pada penguatan keluarga. Mustahil tercipta generasi yang kuat, apabila tidak membangun kekuatan keluarga.
Defrain menemukan, "If you grew up in a strong family as a child, it will probably be easier for you to create a strong family of your own as an adult".Â