pernikahan adalah aktivitas yang sangat membahagiakan. Keduanya terikat oleh cinta dan kasih sayang, yang telah dihalalkan segala bentuk interaksi melalui ijab qabul. Setiap titik interaksi yang mereka lakukan bernilai ibadah.
Interaksi suami istri dalam kehidupanMeski demikian, karena interaksi itu terjadi dengan rutin dan intens, suatu ketika pasti akan menimbulkan gesekan yang tidak menyenangkan. Kondisi yang tidak menyenangkan ini bisa jadi muncul dari sifat, karakter, watak atau perangai suami dan istri. Bisa dari kebiasaan atau habit dalam menjalani kehidupan keseharian. Bisa pula dari perkataan, perbuatan, tindakan serta sikap mereka berdua.
Peluang munculnya gesekan yang tidak menyenangkan antara suami dan istri ini sudah diisyaratkan dalam Al-Qur'an 14 abad lalu. Karena konflik, kekecewaan, kesedihan dan kemarahan adalah salah satu sifat yang melekat pada setiap manusia. Sebagaimana manusia juga memiliki jiwa persahabatan, kebahagiaan, permaafan dan kebersamaan.
Jika Kecewa, Bersabarlah
Al-Qur'an telah mengarahkan, jika suami menemukan hal yang tidak menyenangkan dari istri, hendaknya disikapi dengan sabar. Demikian pula ketika istri menemukan hal yang tidak menyenangkan dari suami, hendaknya disikapi dengan sabar.
Hal ini adalah cara untuk menjaga hubungan pernikahan, agar tidak mudah rusak dengan memilih bercerai. Jika tidak sabar, suami dan istri akan mudah mengambil keputusan perpisahan.
Allah Ta'ala telah berfirman,
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak" (QS. An Nisa' : 19).
Dalam kitab tafsir Li Yaddabbaru Ayatih karya Markaz Tadabbur dijelaskan, "Suami harus senantiasa menjaga hubungan pernikahannya, meskipun dengan perasaan berkecamuk penuh dengan keterpaksaan. Karena dalam pernikahan tersebut terdapat kebaikan yang amat banyak, di antaranya:
- Menjaga hubungan pernikahan merupakan bentuk ketaatan terhadap perintah Allah, yang akan menjadikan semua kebaikan di dunia maupun akhirat berada di telapak tangannya.
- Suami yang berusaha untuk mempertahankan ikatan pernikahan, walau tanpa rasa cinta kepada pasangannya, seakan-akan memerangi hawa nafsu yang bisa menjerumuskan pada perbuatan maksiat dan telah menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia.
- Semua kebencian dan keterpaksaan dalam mempertahankan ikatan suci ini bisa saja berubah dan membalik menjadi rasa kasih sayang penuh cinta, seperti banyak yang terjadi di masyarakat.
- Dikaruniai anak salih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya baik selama orangtua masih hidup di dunia maupun setelah meninggalnya mereka".
Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam kitab Tafsir Al-Maraghi menyatakan, "Maksudnya jika dalam suatu perkawinan salah satu pihak tidak menyenangi pasangannya, maka bersabarlah. Karena ada beberapa kemungkinan yang menurut agama itu akan menjadi kebaikan untuk kita".
Contoh kebaikan tersebut, menurut Al-Maraghi, "Melalui perkawinan suami istri akan melahirkan anak yang cerdas lagi terhormat yang membuat hati sejuk. Hal ini akan menaikan prestise kepada pasangannya masing-masing". Hadirnya anak adalah karunia Allah yang Mahaagung yang harus disikapi dengan penuh kesyukuran dan diasuh dengan penuh kasih sayang.