Muliakan Ibumu, Karena Allah Telah Memuliakannya
Orang-orang salih zaman dahulu, sangat memuliakan ibu. Mereka takut melakukan perbuatan yang bisa bernilai durhaka kepada ibu, meski hanya perbuatan kecil dan sederhana. Perhatikan bagaimana orang-orang salih zaman dahulu bersikap terhadap ibu mereka.
Hafshah binti Sirin mengatakan, "Aku tidak pernah melihat Muhamad bin Sirin bersuara keras di hadapan ibunya. Apabila beliau berkata-kata dengan ibunya, maka beliau seperti seorang yang berbisik-bisik" (Siyar A'lam An-Nubala', Imam Adz-Dzahabi).
Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib adalah seorang yang terkenal sangat berbakti kepada ibunya. Seseorang bertanya, "Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu, akan tetapi kami tidak pernah melihatmu makan bersama ibumu."
Ali bin Husain menjawab, "Aku takut kalau-kalau tanganku mengambil makanan yang sudah dilirik oleh ibuku, sehingga aku berarti mendurhakainya" (Uyunul Akhyar, Imam Ibnu Qutaibah).
Abu Hurairah menempati sebuah rumah, sedangkan ibunya menempati rumah yang lain. Apabila Abu Hurairah hendak keluar rumah, ia berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya seraya mengatakan, "Keselamatan untukmu, wahai ibuku, dan rahmat Allah serta barakahnya." Ibunya menjawab, "Dan untukmu keselamatan wahai anakku, dan rahmat Allah serta barakahnya."
Abu Hurairah kemudian berkata, "Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku kecil." Ibunya pun menjawab, "Dan semoga Allah merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut." Demikian pula yang dilakukan oleh Abu Hurairah ketika hendak memasuki rumah" (Adab Al-Mufrad, Imam Bukhari).
Sekarang mari kita perhatikan sikap Ibnu Mas'ud terhadap ibunya. Suatu malam, ibunya meminta air minum. Setelah Ibnu Mas'ud datang membawa air minum, ternyata sang ibu sudah tertidur. Akhirnya Ibnu Mas'ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang wadah berisi air tersebut hingga pagi" (Birrul Walidain, Imam Ibnul Jauzi).
Di masa pemerintahan Ustman bin Affan, harga sebuah pohon kurma mencapai seribu dirham. Meskipun demikian, Usamah bin Zaid membeli sebatang pohon kurma lalu memotong dan mengambil jamar kurma tersebut. Jamar adalah bagian batang kurma yang berwarna putih yang berada di jantung pohon kurma. Jamar tersebut ia suguhkan kepada ibunya.
Banyak orang bertanya, "Mengapa engkau lakukan itu, padahal harga satu pohon kurma itu seribu dirham?" Usamah menjawab, "Karena ibuku meminta jamar pohon kurma, dan tidaklah ibuku meminta sesuatu kepadaku yang bisa kuberikan, pasti aku berikan" (Shifatush Shafwah, Imam Ibnul Jauzi).
Muliakanlah ibumu, surga untukmu. Selamat Hari Ibu.