Menantuku, pada hari ini aku menikahkan dirimu dengan putri tercintaku. Mulai hari ini pula, tanggung jawab untuk menafkahi, melindungi dan membela putriku, ada pada dirimu.
Engkau harus tahu, menantuku, bahwa aku akan selalu mencintai dan menyayangi putriku, seumur hidupku. Kendati ia telah menjadi istrimu, selamanya ia tetap anak perempuan tercintaku.
Maka pada hari ini, aku ingin menyampaikan beberapa pesan kepadamu. Termasuk pesan dari ibu putriku.
Kami --aku dan ibunya--- telah menerima dirimu sebagai menantu kami. Sebagai belahan jiwa dan kekasih hati putri kami. Sebagai anggota dari keluarga besar kami.
Ketahuilah, wahai menantuku, selama putriku hidup bersama kami, bahkan sejak masih dalam kandungan, kami telah mencintainya. Kami telah menjaga, melindungi dan menghargainya.
Setelah ia lahir hingga dewasa, kami selalu mendampinginya, kami mendidiknya, kami menjaganya, kami selalu menyayanginya dengan sepenuh jiwa.
Seumur hidup, kami tidak pernah menyakitinya. Kami tidak pernah melukainya. Kami tidak pernah menyusahkannya. Kami tidak pernah menelantarkannya.
Kami asuh ia dengan segenap jiwa raga. Kami rawat dengan sepenuh tanggung jawab dan sepenuh doa. Kami lindungi dari berbagai hal yang bisa mendatangkan mudharat baginya. Kami jaga dirinya dengan sepenuh cinta.
Maka kami tidak rela siapapun menyakiti dirinya. Kami tidak rela siapapun melukainya. Kami tidak rela siapapun membuatnya sengsara --termasuk kamu, wahai menantuku.