Mertua adalah orangtua kedua bagi menantu. Kebaikan mertua, akan menjadi kebaikan bagi kehidupan menantu. Kejahatan mertua, akan bisa menyengsarakan kehidupan menantu.
Untuk itu, mertua harus membekali diri dengan adab mulia dalam sikap dan interaksi. Pada pembahasan kali ini, akan saya sampaikan adab mertua kepada menantu, dalam bentuk sikap MULIA.
Hendaknya mertua menunjukkan sikap MULIA dalam berinteraksi dengan menantu. Sikap MULIA dilakukan mertua dengan lima tindakan berikut:
M -- Menutup aib menantu
U -- Utamakan berprasangka baik
L -- Lembut dalam pergaulan
I -- Ingatkan menantu dengan cara yang baik
A -- Ajak menantu melakukan kebaikan
Jika kelima tindakan MULIA ini bisa dilakukan mertua, pastilah menantu akan selalu berbahagia. Jika menantu bahagia, rumah tangga menantu akan harmonis selamanya. Berikut kita bahas satu per satu.
M -- Menutup aib menantu
Banyak mertua yang tidak memiliki sikap mulia. Mereka dengan enteng dan bahkan bangga menceritakan kekurangan dan kelemahan menantu. Seakan menantu adalah hiburan bagi dirinya, karena bisa digunakan sebagai sarana olok-olok.
Menutup aib adalah sebuah akhlak mulia. Menyebarkan aib adalah perbuatan tersrcela. Nabi saw bersabda, "Barangsiapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya" (HR. Muslim)
Nabi saw juga bersabda, "Janganlah kalian mengghibah muslim dan jangan mencari-cari aib mereka. Karena orang yang suka mencari-cari aib muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang dicari-cari aibnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya di dalam rumahnya (walaupun ia tersembunyi dari manusia)" (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Dinilai hasan sahih oleh Syaikh Al-Albani).
Sebagai mertua, hargai menantu Anda. Tutuplah aibnya, jangan ceritakan aib menantu kepada orang lain.
U -- Utamakan berprasangka baik
Salah satu sikap mulia mertua adalah berprasangka baik terhadap menantu. Husnuzhan adalah akhlak mulia yang diajarkan agama, sebagaimana arahan Al-Qur`an dalam surat Al-Hujurat ayat ke-12,
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa".
Yang dimaksud dengan sebagian dari prasangka itu dosa, adalah buruk sangka atau su'uzhan. Islam mengajarkan kepada kita agar mengutamakan sikap husnuzhan atau berbaik sangka.
Pada zaman terdahulu, istri Thalhah bin Abdullah bin Auf berkata kepada suaminya, "Aku tidak melihat seorang yang lebih rendah akhlaknya daripada sahabatmu."
"Jangan kamu mengatakan hal itu kepada mereka, mengapa demikian?" ujar Thalhah.
"Jika kamu berada dalam kemudahan, mereka menemanimu, tetapi ketika kamu dalam kesusahan mereka menjauhimu," jawab sang istri.
"Menurutku, mereka memilki kemuliaan akhlak," ungkap Thalhah. "Mereka mendatangi kita ketika kita berada dalam kondisi kuat membantu mereka, mereka menjauhi kita ketika dalam kondisi lemah membantu mereka (agar tidak merepotkan kita). Berbaik sangkalah kepada orang lain, niscaya kamu bahagia".
Hendaknya para mertua mengutamakan untuk berbaik sangka kepada menantu. Tidak mudah curiga, tidak mudah berprasangka. Niscaya mertua akan bahagia, menantupun bahagia.
L -- Lembut dalam pergaulan
Bersikap lembut dalam pergaulan, adalah tuntunan Nabi saw. Terdapat banyak hadits Nabi yang mengajarkan kita untuk lembut dalam berinteraksi dengan orang lain.
Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal" (HR. Bukhari). Beliau juga bersabda, "Barangsiapa yang terhalangi dari kelembutan, maka dia akan terhalangi dari kebaikan" (HR. Muslim)
Dalam hadits yang lain beliau bersabda, "Sesungguhnya kelembutan, tidaklah berada pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya, dan tidaklah kelembutan diambil dari sesuatu, pasti merusaknya" (HR. Muslim).
Nabi saw juga bersabda, "Jika Allah 'azza wa jalla menginginkan kebaikan bagi anggota rumah tangga, Dia akan memasukkan kelembutan kepada mereka' (HR. Imam Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani).
I -- Ingatkan menantu dengan cara yang baik
Ketika menantu melakukan tindakan yang tidak pada tempatnya, atau tidak disukai mertua, ingatkan saja dengan cara yang bijak. Jangan mempermalukan menantu di muka umum. Jangan langsung memarahi apalagi memaki.
Pada dasarnya, semua orang tidak akan senang dicaci maki. Meskipun seseorang bersalah, ia akan lebih mudah menerima nasehat apabila dilakukan dengan cara yang baik. Nabi saw bersabda,
"Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka bicara kotor dan suka bicara jorok" (HR. Tirmidzi, dishahihkan Syaikh Al Albani).
Jika mengingatkan menantu, lakukan dengan cara yang baik. Memberi peringatan dengan perkataan yang lemah lembut, adalah perintah Al-Qur;an. Bahkan ketika peringatan itu untuk penguasa yang zalim seperti Fir'aun, "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (QS. Thaha : 44).
Salah satu cara mengingatkan adalah pada saat sendirian, bukan di depan orang banyak. Bicara dengan menantu berdua saja, dari hati ke hati. Jangan mengingatkan di depan saudara-saudara atau anak-anak yang lain.
Imam Asy Syafi'i berkata, "Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya" (Diwan Asy-Syafi'i).
Ibnu Rajab berkata: "Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia. Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya" (Jami' Al 'Ulum wa Al Hikam).
Ibnu Hazm Al Andalusi mengatakan, "Jangan engkau menasehati orang dengan mempersyaratkan harus diterima nasehat tersebut darimu. Jika engkau melakukan perbuatan berlebihan yang demikian, maka engkau adalah orang zalim, bukan orang yang menasehati" (Al Akhlaq was Siyar fi Mudawatin Nufus).
A -- Ajak menantu melakukan kebaikan
Ada kisah Nabi saw membangunkan Ali sebagai menantu untuk melakukan shalat tarawih pada malam hari bulan Ramadhan. Ini adalah contoh bagaimana mertua berusaha mengajak menantu melakukan aktivitas kebaikan.
Jika menantu belum rajin melakukan ibadah, ajaklah untuk semakin rajin ibadah. Jika menantu belum terbiasa mengikuti kegiatan pembinaan diri, ajaklah agar senang mengiktui program pembinaan. Itu semua adalah cara mertua berinteraksi secara beradab dengan menantu.
Ketika ada hal penting terkait dengan keluarga besar, ajak menantu untuk membahas dan mengambil peran. Menantu akan bisa memberikan back up yang lebih tepat apabila mertua melibatkan menantu dalam pembahasan. Bukan hanya sekedar menerima keputusan.
Ajakan mertua akan lebih bisa diterima apabila dilakukan dengan persuasif. Bukan mengandalkan kepada perintah atau instruksi, namun lebih mengutamakan edukasi.
Bahan Bacaan
Isruwanti Ummu Nashifa, Jangan bersedih, Berbaik Sangkalah kepada Saudara Anda, https://muslimah.or.id
Yulian Purnama, Adab-Adab Dalam Memberikan Nasehat, 13 Oktober 2019, https://muslim.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H