Bu Tejo sedang di rumah menantunya, Edi. Karena masih masa PPKM, keluarga Edi memutuskan untuk shalat Idul Adha di rumah saja. Bu Tejo pun mengikuti keinginan Edi.
Rencana Edi akan bertindak sebagai imam sekaligus khatib. Jamaahnya terdiri dari Siti --istri Edi, dua anak kecil mereka, dan sang mertua.
Pagi-pagi habis Subuh Bu Tejo segera bersiap untuk shalat Idul Adha. Ruang tamu rumah Edi sudah disiapkan untuk tempat shalat satu keluarga.
Bu Tejo duduk di barisan paling depan. Mengenakan mukena baru, ia segera menggelar sajadah. Ia ingin memberi contoh yang baik kepada anak, menantu, dan cucu-cucu.
Namun pagi itu Bu Tejo marah besar. Karena ternyata keluarga Edi tidak jadi melaksanakan shalat Idul Adha. Ditunggu sangat lama di ruang tamu, tak ada yang datang menemani. Ia hanya duduk sendiri.
Sambil marah dan ngomel Bu Tejo bertanya kepada Edi, mengapa tidak jadi melaksanakan shalat Idul Adha? Mengapa tidak jadi ada khutbah Idul Adha? Mengapa tidak ada yang menemaninya di ruang tamu dari tadi?
Setelah mendapat penjelasan, Bu Tejo malu sendiri. Ternyata Bu Tejo ketiduran pulas sejak duduk di ruang tamu. Shalat Idul Adha dan khutbah sudah selesai, dipimpin Edi. Bahkan "jamaah" sudah bubar semua, melaksanakan aktivitas masing-masing.
Makanya jadi mertua jangan suka marah-marah.... Bikin menantu bigung dan ketakutan.
Apa itu Soft skill dan Mengapa Diperlukan oleh Mertua?
Mengapa ada mertua yang sulit memuji menantunya? Mengapa ada mertua yang sulit meminta maaf kepada menantunya? Mengapa ada mertua yang sulit berkomunikasi dengan menantu? Mengapa ada mertua yang sulit mengendalikan amarah?