Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pembinaan Sepanjang Rentang Kehidupan Manusia

29 Juli 2016   08:41 Diperbarui: 29 Juli 2016   21:58 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.yourtea4er.blogspot.com

Masa remaja merupakan fase yang rumit dan sulit pada diri anak yang harus dilalui dengan baik. Anak-anak sudah memasuki bangku sekolah menengah, yang mengalami berbagai perubahan dan perkembangan sangat signifikan, seiring dengan pertambahan usianya. Lingkungan pergaulan dan pengaruh teknologi yang sangat hebat saat ini, membuat orang tua harus terus-menerus mendampingi dan mengarahkan dengan cara yang bijak dan tapat. Anak remaja tidak suka indoktrinasi, maka metode dialogis menjadi hal yang bisa mendekatkan orang tua dengan anak remaja.

Lulus Sekolah Lanjut Tingkat Atas, saatnya anak memasuki bangku kuliah, sebagian yang lain memilih untuk mencari kerja. Pada waktu itu anak-anak harus disiapkan untuk memasuki kehidupan yang lebih dewasa. Mereka bukan lagi anak-anak dan juga sudah mulai meninggalkan masa remaja. Kini mereka harus mulai bertanggung jawab terhadap berbagai keputusan besar yang akan berdampak panjang dalam kehidupannya kelak. Mereka harus mampu memilah dan memilih, mampu mengambil keputusan dengan benar, dan bersedia menanggung resiko atas segala keputusan serta tindakan yang dilakukannya.

Pada masa itu juga anak sudah saatnya memasuki kehidupan baru dengan proses pernikahan. Orang tua harus mendampingi anak yang sudah dewasa untuk mengetahui prinsip, langkah dan tatacara pernikahan menurut aturan agama dan negara. Anak-anak harus didampingi dalam memilih dan memutuskan calon pendamping hidupnya, serta menentukan batas waktu kesiapan menikah. Jangan sampai anak terjebak dalam pergaulan bebas yang membuatnya berkubang dalam kemaksiatan dan salah dalam menentukan pilihan. Matangnya persiapan sangat penting untuk membentuk kebahagiaan hidup berumah tangga.

  • Menyiapkan Masa Tua

Pada akhirnya, ditinjau dari segi orang tua, setelah mulai menikahkan anak, berarti mereka mulai memasuki masa tua. Mungkin mereka mulai menyiapkan diri untuk pensiun atau mengakhiri pekerjaan karena sudah mencapai umur untuk itu. Memasuki masa tua harus disiapkan dengan baik agar tetap sehat, segar dan produktif. Pada saat sudah berusia tua itu, mereka masih harus tetap belajar menjadi mertua yang baik, dan menjadi kake atau nenek yang baik. Mereka dituntut untuk memberikan teladan dalam kebaikan bagi anak-anak dan cucu serta cicit.

  • Menyiapkan Ditinggal Pasangan

Semua manusia pasti akan meninggal dunia, hanya masalah hitungan usia yang tidak bisa diketahui bilangannya. Mungkin suami meninggal dunia terlebih dahulu atau istri meninggal dunia terlebih dahulu. Ini tidak bisa diketahui oleh semua manusia. Oleh karena itu, harus ada persiapan mental spiritual yang baik untuk ditinggal orang-orang yang kita cintai. Tidak mudah untuk menerima kenyataan melanjutkan sisa hidup sendiri tanpa pasangan yang telah berpuluh tahun setia menemani. Banyak orang yang mengalami kesedihan berkepanjangan bahkan depresi karena ditinggal pasangan, ini karena kurang menyiapkan diri secara mental dan spiritual.

  • Menyiapkan Akhir yang Baik (Husnul Khatimah)

Pada ujungnya semua manusia akan kembali menghadap Tuhan Yang Maha Esa, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka perlu menyiapkan bekal yang mencukupi untuk bisa kembali dalam keadaan sebaik-baiknya, mencapai kondisi akhir yang baik, dan bisa menghadap Allah dalam situasi yang terbaik. Inilah yang dimaksud sebagai husnul khatimah atau akhir hidup yang baik. Setiap pribadi wajib menyiapkan diri sebaik-baiknya dengan iman dan amal shalih, karena hanya itu yang akan dibawa mati. Bukan kekayaan dan harta benda.

Sepuluh bagian tersebut menjadi tanggung jawab setiap pribadi dan setiap keluarga untuk mewujudkannya. Namun Pemerintah dan pihak-pihak terkait bisa membantu untuk memberikan pembinaan berkelanjutan terhadap semua anak manusia di sepanjang rentang kehidupan mereka, mengingat kebaikan sumber daya manusia menjadi modal utama kebaikan bangsa dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun