Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

10 Prinsip Mendidik Anak

24 Februari 2016   06:05 Diperbarui: 24 Februari 2016   07:17 3093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3.    Menerima Anak Sebagai Amanah Allah

Anak adalah anugerah Allah dan sekaligus amanah dari-Nya untuk kita jaga dan kita rawat dengan sebaik-baiknya. Manusia bisa memiliki rencana dan program dalam kelahiran anak, namun Allah yang menentukan akhirnya. Maka tatkala mendapatkan anugrah berupa janin dalam kandungan istri, hendaknya bersyukur dan menerima anak sebagai amanah Allah yang dititipkan dan harus dirawat dengan baik, walaupun tidak sesuai dengan rencana manusia.

Termasuk ketika anugrah Allah tersebut berupa anak yang lahir “tidak sempurna” dan tidak sesuai harapan orang tua. Misalnya memiliki cacat fisik, cacat mental, atau memiliki kekurangan dalam sisi tertentu, tetap harus diterima dengan lega sebagai amanah dan pemberianNya. Kadang orang tua menghendaki anak laki-laki, ternyata dianugerahi anak perempuan, dan sebaliknya. Apapun kondisi anak kita saat lahir, terkait fisik ataupun kondisi lainnya yang menjadi bawaan lahir, hendaklah diterima sebagai anugrah sekaligus amanah dari Allah.

Jangan ada penolakan terhadap kehadiran anak, walaupun kehamilannya mungkin tidak direncanakan atau di luar perencanaan kedua orang tuanya. Jika sejak menjadi janin saja sudah ada penolakan dari kedua orang tuanya, akan bisa menjadi benih ketidaknyamanan anak dalam kehidupannya kelak. Walaupun tidak direncanakan, namun sesungguhnyalah manusia tidak bisa “memproduksi” anak. Semuanya adalah pemberian dan amanah Allah.

4.    Mendampingi Proses Tumbuh Kembang Anak dengan Kasih Sayang

Orang tua wajib mendampingi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, sejak sebelum lahir hingga mereka dewasa, dengan kasih sayang. Ajaran Islam telah memberikan bimbingan pendampingan bagi orang tua sejak janin masih dalam kandungan, hingga saat kelahiran, dan masa-masa pertumbuhan anak. Dalam masa kehamilan, hendaknya suami dan istri merawat janin dengan sebaik-baiknya. Suami harus mendampingi istri dalam masa-masa kehamilan yang berat, dengan perlakuan yang penuh kasih sayang dan tanggung jawab. Istri harus merawat janin dengan cara memperhatikan makanan dan kesehatan, termasuk asupan sisi ruhaniyah dengan memperbanyak ibadah.

Suami juga harus mendampingi istri saat melahirkan bayi, agar istri merasa tenang dengan pendampingan suami. Setelah lahir, segera dilakukan berbagai macam tuntunan menyambut kelahiran anak. Melaksanakan tuntunan aqiqah, misalnya, menunjukkan sebuah proses perhatian serta pendampingan dari orang tua terhadap anak sejak masa kelahirannya. Pemberian nama yang baik, pemilihan nutrisi terbaik bagi bayi berupa ASI ekslusif, perlakuan yang baik dari kedua orang tuanya, merupakan cara membersamai proses tumbuh kembang anak di masa bayi. Namun tugas orang tua tidak cukup sampai di sini, karena harus menghantarkan anak-anak menuju kedewasaan.

Anak-anak memerlukan pendampingan dari orang tua untuk mengarahkan mereka, memotivasi mereka, membantu kesulitan mereka dan sekaligus meluruskan kesalahan mereka. Apalagi di zaman sekarang yang penuh dengan berbagai problematika kehidupan yang kian kompleks, harus semakin kuat dalam mendampingi tumbuh kembang anak. Orang tua harus membersamai anak dalam pilihan fitur teknologi dan model pergaulan mereka agar tidak salah dan tersesat.

Maka kasih sayang orang tua merupakan bekalan yang luar biasa besarnya bagi kebaikan anak-anak hingga masa dewasa. Sikap kasih sayang yang dikembangkan dalam interaksi orang tua dan anak, akan menyebabkan anak merasa nyaman dalam pendampingan orang tuanya.

5.    Memberikan Makanan yang Halal dan Thayib untuk Anak

Hendaknya orang tua hanya memberikan asupan makanan yang halal dan thayib untuk anak. Thayib memiliki makna yang luas, termasuk di dalamnya memenuhi kandungan gizi. Apabila anak-anak selalu mendapatkan makanan yang halal dan thayib, mereka akan tumbuh menjadi anak-anak salih, salihah, sehat, kuat dan cerdas. Mereka akan menjadi generasi yang sehat secara jasmani maupun ruhani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun