Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pilar-Pilar Meraih Kebahagiaan Pernikahan

23 Januari 2016   08:00 Diperbarui: 23 Januari 2016   23:33 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ilustrasi : www.pinterest.com"][/caption] 

Kehidupan berumah tangga kondisinya ditentukan oleh banyak pilar. Kebahagiaannya bukan hanya ditentukan oleh kondisi setelah menikah, bahkan jauh sebelum itu. Pilar penting untuk membentuk kebahagiaan hidup berumah tangga dimulai sejak masih muda dan sepanjang proses menuju pernikahan. Semua langkah dalam proses menuju jenjang pernikahan, sudah menjadi bagian yang penting untuk menghadirkan suasana keberkahan dan kebahagiaan keluarga.

Jagan menyepelekan proses pembinaan dan pematangan diri sejak dini. Kita tidak bisa menjadi baik dengan tiba-tiba, sebagaimana tidak menjadi jahat dengan tiba-tiba. Semua ada prosesnya. Hidup berumah tangga juga merupakan proses, namun bukan dimulai dari akad nikah. Dimulainya sejak masa-masa lajang dimana lelaki dan perempuan tengah menempa diri denga pembelajaran dan penyiapan.

Agar pernikahan menjadi berkah dan hidup berumah tangga diliputi suasana sakinah, mawaddah wa rahmah, diperlukan beberapa pilar berikut ini:

1. Niat menikah yang benar dan kuat

Menikahlah dengan niat ibadah, melaksanakan perintah Allah dan tuntunan Nabi Saw. Niat melaksanakan pernikahan yang ikhlas karena Allah akan menjadi pondasi kebahagiaan hidup selanjutnya dalam keluarga. Kanjeng Nabi Saw sudah menegaskan:

“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan” (Riwayat Bukhari).

Jangan menikah semata-mata karena dorongan syahwat, apalagi menikah semata-mata karena accident. Tempuhlah proses menuju gerbang pernikahan dengan penuh kesadaran bahwa menikah adalah ibadah, bukan semata-mata instink kemanusiaan dan hasrat untuk bersenang-senang.

2. Persiapan yang cukup

Bukan sekedar pengin nikah, namun harus memiliki kesiapan yang memadai. Menikah itu untuk selamanya, bukan untuk sementara. Untuk itu diperlukan kesiapan secara spiritual, mental, moral, intelektual, finansial serta kesiapan fisik. Tidak harus siap seratus persen, namun kesiapan harus memadai agar menikah tidak sekedar mengalir bagai air tanpa program dan perencanaan.

Menikah dan hidup berkeluarga itu tidak akan bertemu dengan hal-hal yang menyenangkan saja, namun juga bisa bertemu dengan persoalan dan berbagai sisi yang tidak menyenangkan. Untuk itu, segala bentuk persiapan diperlukan untuk bisa menghadapi segala kemungkinan yang menghadang di hadapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun