[caption caption="ilustrasi : www.islamiclovemarriage.com"][/caption]Di ruang konseling Jogja Family Center (JFC), kami sering menemukan curhat para suami yang mengeluhkan kecerewetan istri mereka. Seorang suami menyatakan keheranan, “Saya heran dengan istri saya. Orang kok ngomong terus gak ada diamnya. Saking banyaknya omong, sampai yang gak penting pun diomongkan”. Suami lainnya mengungkapkan pertanyaan, “Yang saya heran, apa ya gak capek kalau dia itu ngomong terus?”
Seorang suami menuturkan, saat berkendara naik mobil bersama, sang istri terus menerocos “memberi nasihat tanpa diminta”, yang menyebabkan suami menjadi jengkel. Suami yang merasa telah mahir menyetir, memiliki SIM, dan sudah berpengalaman dalam mengendara mobil jarak jauh, menganggap sang istri melecehkan kemampuan menyetirnya. Pertengkaran kecil sering terjadi saat suami dan istri ini bepergian dengan mengendarai mobil.
“Eh awas Bang, di depan ada motor, pelan-pelan saja!”
“Rem bang! Itu ada orang menyeberang di depan”.
“Hati-hati bang, ada belokan tajam di depan!”
“Jangan kencang-kencang Bang, jalannya mau menikung!”
Saat istri mulai cerewet dan “memberi nasihat tanpa diminta” semacam itu, sang suami tersinggung karena ia merasa tidak memerlukan “nasihat” tersebut. Dengan emosi sang suami menjawab:
“Diam kamu! Aku sudah bisa nyetir. Aku sudah punya SIM. Aku sudah ahli. Jangan digurui!”
“Aku sudah tahu Dek! Gak usah dibilangin. Masa ga lihat ada belokan? Ya aku lihat lah. Aku kan gak buta!”
“Jangan ngatur! Aku sudah tahu kapan harus nge-gas, kapan harus nge-rem, kapan harus belok. Kamu gak usah main perintah!”
Liburan bersama keluarga yang seharusnya bahagia dan bisa dinikmati bersama, bisa berubah menjadi keributan saat dalam perjalanan. Ternyata masih banyak istri yang sulit menahan keinginan untuk “memberi nasihat tanpa diminta”, dan masih banyak suami yang tersinggung oleh “nasihat rutin dan berharga” seperti itu.