Pertengkaran pun terjadi dengan sengit. Kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah. Hanya persoalan jantan atau betina, mereka tidak ada yang mau mengalah. Padahal, seandainya burung pipit itu jantan atau betina, tidak akan berpengaruh apapun dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Pertengkaran kian meruncing. Malam itu mereka berdua tidur dalam situasi hati yang panas.
Hari berganti, bulan berlalu... Setiap kali bicara burung pipit kecil itu mereka selalu bertengkar. Hingga akhirnya sang suami melepas burung itu terbang bebas, karena dianggap membawa pertengkaran dalam keluarga. Sejak peristiwa itu, mereka sudah tidak lagi bertengkar soal burung pipit.
Tiga tahun berlalu sudah.....
Pada suatu malam sang suami teringat burung pipit kecil itu. Ia merasa geli dengan peristiwa yang pernah mereka lalui bersama burung pipit. Sambil tertawa, ia bertanya kepada sang istri.
"Engkau ingat pertengkaran bodoh kita tentang burung pipit dulu itu?"
"Ya aku masih ingat. Aku bahkan berpikir hendak minta cerai waktu itu. Tapi syukurlah engkau segera melepas burung pipit betina itu.....", jawab sang istri.
"Hah... ? Burung pipit betina? Tidak! Ia jantan!" teriak sang suami.
"Tidak bisa. Burung pipit itu jelas-jelas betina", balas sang istri.
"Tidak. Itu pasti jantan", sergah sang suami.
Malam itu mereka kembali bertengkar hebat tentang burung pipit, setelah tiga tahun yang lalu dilepas dari sangkarnya.