[caption id="attachment_308071" align="aligncenter" width="636" caption="ilustrasi : www.michaeljfox.org "][/caption]
Konon, di sebuah negeri antah berantah, ada pasangan suami istri (pasutri) yang hidup di desa nan damai. Mereka memiliki seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun. Keluarga ini tinggal serumah dengan ayah dari suami, yang sudah menjadi kakek tua. Kakek yang tua renta, namun sangat rewel, mudah marah, serta tidak bisa berhenti mengeluh.
Pasutri tersebut merasa kewalahan dan lelah mengurus sang kakek. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membuang kakek ke hutan. Sang suami dengan paksa memasukkan ayahnya ke dalam keranjang, kemudian ia panggul di bahu.
Ketika hendak meninggalkan rumah menuju hutan, anak lelakinya tiba-tiba muncul dan bertanya, "Ayah, kakek hendak dibawa kemana?"
“Ayah akan membawa kakekmu ke hutan, agar ia bisa hidup bebas di hutan tanpa ada yang mengganggu”, jawab sang ayah.
Anak itu terdiam. Namun saat sang ayah mulai berjalan meninggalkan rumah, ia berteriak, "Ayah, jangan lupa keranjangnya dibawa pulang!"
“Untuk apa?” tanya sang ayah.
"Aku memerlukannya untuk membawa ayah kelak ke hutan kalau ayah sudah tua," jawab si anak dengan polos.
Sang ayah tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa. Ia segera kembali ke rumah dan membawa kakek ke dalam kamarnya. Sejak saat itu mereka lebih sabar dan mengurus sang kakek dengan penuh perhatian dan penghormatan.
Perlakukan Orang Tua dengan Baik
Agama menyuruh kita agar menghormati dan berbakti kepada orang tua. Ajaran ini memberikan pelajaran yang sangat mulia, karena orang tua berada dalam kondisi yang bertambah lemah seiring berjalannya usia. Jika dalam situasi lemah tersebut diperlakukan secara tidak baik, maka akan berdampak semakin melemahkan dirinya. Apalagi secara kemanusiaan, mereka semakin dekat dengan kematian, maka anak harus menyiapkan juga kematian yang baik bagi orang tuanya (husnul khatimah). Walaupun untuk urusan yang terakhir ini, tidak mesti urut dari yang tua. Kematian itu bisa datang di usia berapa saja.
Memang tidak mudah bersabar menghadapi orang tua, karena mereka akan berada dalam situasi yang sangat berbeda dengan di saat masih muda. Bahkan sering dikatakan, orang tua itu sifatnya kembali seperti anak kecil. Perhatikan beberapa ciri orang tua ini, terutama bagi orang tua yang mengalami kondisi “jompo”:
1.Mudah lupa, karena daya ingatannya semakin menurun dan melemah. Ia bisa lupa apakah sudah makan atau belum, sudah mandi atau belum, ini hari apa, tahun berapa. Ia bisa lupa nama anak dan cucunya, dan berkali-kali bertanya.
2.Sering mengulang-ulang cerita yang sama. Bukan saja karena mudah lupa, namun mereka sudah tidak memiliki cerita yang baru. Mereka tidak lagi memiliki pengalaman baru. Maka ceritanya sudah selesai, yang ada tinggal apa yang ada dalam sisa ingatannya.
3.Sering mengulang-ulang pertanyaan. Ini juga bukan semata-mata karena mudah lupa, namun pendengarannya memang sudah berkurang. Kadang ia tidak mendengar apa yang dikatakan anaknya. Kadang ia merasa anaknya belum mendengar pertanyaannya.
4.Karakternya sudah mapan, artinya sudah sulit untuk berubah. Untuk orang yang sudah tua, karakter yang ditampakkan saat ini adalah akumulasi dari seluruh karakter yang dibentuk sejak masih muda. Di titik tertentu dari usia manusia, karakter ini sudah mapan, sehingga cenderung tidak bisa berubah lagi.
Itulah sebabnya anak-anak harus sangat bersabar menghadapi orang tua yang sudah renta. Mereka harus diperlakukan secara baik, walaupun banyak perbuatan dan kata-kata mereka yang tidak menyenangkan bagi anak. Karakter mereka sudah mapan, sehingga jika mereka pemarah, maka memang sulit untuk diingatkan agar tidak marah-marah. Kalau mereka sejak muda biasa mengumpat, sampai tua juga mudah mengumpat, dan sulit diingatkan. Jika sejak muda biasa mengeluh, sampai menjadi tua juga mudah mengeluh.
Perlakukan orang tua dengan baik, untuk menyiapkan akhirat mereka yang baik. Ajak melakukan ibadah dengan tekun, ingatkan jika lupa melakukan ibadah. Ini semua memerlukan kesabaran yang luar biasa. Namun juga akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah atas kesabaran mengurus orang tua.
Perlakuan Anda Kepada Orang Tua Akan Dicontoh Anak
Seperti apapun perlakuan anda terhadap orang tua, kelak anda akan mendapatkannya dari anak. Jika anda memperlakukan orang tua dengan baik dan penuh penghormatan, maka kelak di masa tua andapun akan mendapatkan perlakuan yang baik serta penghormatan dari anak-anak. Bahkan bisa lebih baik dari yang sudah anda berikan kepada orang tua. Sebaliknya, jika anda memperlakukan orang tua dengan semena-mena, tidak memberikan bakti dan penghormatan yang layak, maka kelak anda bisa mendapatkan yang lebih buruk dari anak-anak.
Kisah di atas, dan kisah-kisah lain serupa itu, menjadi pelajaran bahwa anak akan mudah meniru apa yang mereka lihat dari orang tuanya. Maka berikan contoh yang baik untuk anak-anak, merekapun kelak akan menerapkan contoh kebaikan tersebut. Jika ada orang tua yang tinggal bersama anda, jangan pernah membentak dan mengasarinya, karena itu akan dicontoh kelak oleh anak anda. Jangan pernah marah dan emosional menghadapi orang tua, karena itu kelak akan ditiru oleh anak anda saat mengurus anda di masa tua.
“Ngunduh wohing pakarti”, demikian pepatah Jawa menyebutkan. Orang akan mendapatkan apa yang dia lakukan, sesuai nilai perbuatannya. Jika orang berbuat baik, akan mendapatkan buah yang baik, dan jika orang berbuat buruk akan mendapatkan hasil yang buruk pula. Jika anda ingin dihormati, dicintai, disegani dan diperlakukan dengan baik oleh anak, maka berikan contoh penghormatan, kecintaan dan kebaktian kepada orang tua. Bahkan jika orang tua dan mertua sudah wafat semua, kita tetap bisa berbuat memuliakan dan menghormati mereka dengan doa dan mengurus semua peninggalannya dengan baik dan layak.
Apapun perbuatan kita kepada orang tua, kelak akan kita dapatkan di masa tua dari anak-anak kita. Maka berhati-hatilah mengurus orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H