[caption id="attachment_406693" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi : www.ohmenerves.com"][/caption]
Sebagian orang memahami, untuk merasakan kebahagiaan hidup berumah tangga harus mendapatkan pasangan yang sempurna. Isteri yang cantik, seksi, pintar, pandai bergaul, rajin, cekatan, pandai mendidik anak, rajin ibadah, sukses berbisnis, dan sejumlah kriteria ideal lainnya. Suami yang tampan, macho, kaya, memiliki jabatan yang tinggi, rajin ibadah, memiliki banyak perusahaan multinasional yang sukses, setia, menyayangi keluarga, dan sejumalah kriteria ideal lainnya.
Pemahaman seperti itu tidak tepat. Kebahagiaan bisa dirasakan oleh siapapun. Tidak perlu menjadi sempurna untuk bisa berbahagia. Kita bisa berbahagia bersama keluarga di tengah berbagai kekurangan dan keterbatasan yang kita miliki. Pada kalangan keluarga kaya, mereka berbahagia dengan cara dan model sebagai orang kaya. Pada kalangan keluarga yang sederhana, mereka berbahagia dengan cara dan model yang sederhana. Bahkan pada kalangan keluarga yang masuk kategori “kelas bawah”, mereka mampu merayakan kebahagiaan dengan cara dan model yang mereka miliki sendiri.
Kadang suami menuntut kesempurnaan istri untuk menjadi sosok pribadi yang tanpa cela, tanpa kekurangan, tanpa kelemahan, tanpa kesalahan, tanpa hal yang negatif. Tuntutan seperti ini sudah pasti mustahil dan hanya akan menimbulkan kekecewaan berkepanjangan. Selama suami dan isteri masih berjenis manusia, sudah pasti memiliki kelemahan, kekurangan, sisi negatif, dan pasti melakukan kesalahan suatu ketika. Anda tidak akan pernah bisa menemukan sosok istri yang sempurna. Bukan hanya istri anda yang tidak sempurna, istri siapapun tidak ada yang sempurna.
Untuk itu, jadilah suami yang bisa menerima kekurangan istri. Inilah tugas kesembilan dari sepuluh tugas suami yang sudah saya posting berturutan beberapa hari ini di Kompasiana. Pada delapan postingan sebelumnya telah saya sampaikan tugas-tugas suami, yaitu (1) menjadi suami yang memahami istri, (2) menjadi suami yang penuh perhatian kepada istri, (3) menjadi suami yang penuh cinta kepada istri, (4) menjadi suami yang senang membantu istri, (5) menjadi suami yang memenuhi kebutuhan istri, dan (6) menjadi suami yang sabar membimbing istri, (7) menjadi suami yang memberikan teladan kebaikan bagi istri, (8) menjadi pendengar yang baik bagi istri, dan sekarang (9) menjadi suami yang bisa menerima kekurangan istri.
Sebagaimana ungkapan “tak ada gading yang tak retak”, maka pahami pula bahwa tak ada istri yang sempurna. Menuntut kesempurnaan istri merupakan sebuah tuntutan yang mustahil, tidak realistis dan tidak pada tempatnya, sebagaimana ketika istri menuntut kesempurnaan suami. Ditinjau dari sifat kemanusiaan, tidak ada manusia sempurna di zaman kita ini. Bagaimana berharap isteri yang sempurna, sementara sang suami memiliki banyak kekurangan. Sampai batas usia kemanusiaan yang Allah berikan kepada kita, tidak akan mencapai derajat kesempurnaan. Tidak ada manusia yang sempurna. Selalu ada kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, tidak masuk akal untuk menuntut kesempurnaan istri, karena memang itu hanya ilusi. Tidak ada orang yang sempurna, kecuali para Nabi. Semua manusia memiliki kelemahan, oleh karena itulah Allah menciptakan suami dan isteri sebagai pasangan agar saling melengkapi, saling mengisi, saling memberi dan saling menguatkan dalam kebaikan. Jika ada kelebihan istri pada suatu sisi, selalu ada kelemahan dan kekurangan pada sisi lainnya.
“Kamu itu memang cantik, tapi sayang, sifat emosionalmu itu sudah keterlaluan...”
“Kalau bab pintarnya sih kamu memang pintar banget, tapi kamu itu ga bisa ngurus rumah... Berantakan semua rumah kita....”
“Masakanmu enak sekali, tak ada duanya, tapi sayangnya kamu malas masak.....”
Mungkin istri anda sangat cantik jelita, bagi anda kecantikan istri anda bernilai sempurna. Namun pasti ia memiliki sisi kelemahan dan kekurangan pada sisi lainnya. Mungkin istri anda sangat cerdas dan pintar dari segi pemikirannya, bagi anda otak istri anda bernilai sempurna. Namun ia tetap manusia, yang pasti memiliki sisi kelemahan dan kekurangan pada sisi lainnya. Mungkin istri anda sangat hebat prestasi dan potensinya, di mata anda hal itu bernilai sempurna. Namun sekali lagi, ia tetaplah manusia, yang pasti memiliki sisi kelemahan dan kekurangan.
Tidak ada satupun istri yang tak memiliki sisi kelemahan dan kekurangan. Sebagaimana tidak ada istri yang tidak memiliki sisi kelebihan dan keutamaan. Itulah manusia, yang selalu memiliki dua sisi dalam kehidupannya. Positif dan negatif, baik dan buruk, kekuatan dan kelemahan. Justru disitulah letak ‘kesempurnaan’ manusia, bahwa mereka mendapatkan potensi yang utuh untuk dikelola secara baik dan benar.
[caption id="attachment_406694" align="aligncenter" width="550" caption="ilustrasi : www.pinterest.com"]
Mengupayakan Perbaikan
Berbagai kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri istri tentu saja harus ada upaya untuk melakukan perbaikan. Istri tidak boleh pasif, pasrah menerima kondisi dirinya tanpa ada upaya untuk berubah menjadi lebih baik. Manusia diciptakan dalam bentuk ‘sebaik-baik penciptaan’ dan kondisi yang fitrah, dengan karakter yang bisa diubah menjadi baik maupun menjadi buruk. Manusia adalah makhluk dinamis, yang bisa terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Dengan demikian, ungkapan ‘terimalah aku apadanya’, tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk bersifat pasif dan statis. Tidak mau melakukan upaya perbaikan dengan alasan suami akan menerima dirinya apa adanya. Yang dimaksud menerima apa adanya adalah kondisi-kondisi kelemahan maupun kekurangan yang memang diluar batas kemampuan seseorang untuk mengubahnya. Yang diperlukan oleh semua pihak dari suami dan istri adalah selalu mengupayakan kondisi yang lebih baik, sekuat kemampuan, sekuat tenaga, untuk berbuat terbaik bagi diri, pasangan dan keluarga.
Sebagai contoh, sifat malas itu bisa diubah dengan pemaksaan diri agar bisa menjadi rajin dan giat. Sifat pelupa itu bisa diubah dengan upaya mengelola jadwal kegiatan secara cermat. Sifat pemarah bisa diubah dengan upaya pengendalian diri. Sifat kasar bisa diubah dengan bergaul bersama orang-orang yang santun. Sifat sombong bisa diubah dengan selalu merendahklan diri, dan lain sebagainya. Artinya, selalu ada peluang berubah sepanjang manusia bersedia melakukan perubahan dalam dirinya.
Hendaknya suami membantu istri untuk mengubah beberapa sisi kekurangan dan kelemahan agar bisa lebih sesuai dengan harapan. Suami tidak hanya menuntut istri agar berubah lebih baik, namun harus diwujudkan dalam bantuan yang nyata dan langsung untuk perubahan pada diri sang istri.
Menerima Kekurangan dan Kelemahan
“Terimalah aku apa adanya Bang.... Aku tidak sempurna”, begitulah keinginan istri untuk diterima oleh suami apa adanya. Hal ini patut diungkapkan setelah istri berusaha seoptimal mungkin untuk melakukan hal terbaik. Selalu berusaha memperbaiki diri setiap saat.
Setelah berusaha untuk melakukan perbaikan sekuat tenaga, maka ketika masih tetap dijumpai adanya kekurangan dan kelemahan pada diri istri, hendaknya suami bisa mamkluminya. Hal-hal tersebut merupoakan sifat manusiawi yang memang tidak mungkin bisa sempurna, sebagaimana suami jika tidak bisa sempurna. Terima istri anda apa adanya, tentu saja sambil terus berusaha untuk memperbaiki diri bersama istri, agar bisa mencapai kondisi yang lebih baik dan semakin baik, kendati tidak pernah sempurna.
Kuncinya adalah kesediaan kedua belah pihak untuk saling memberi, saling melengkapi kekurangan, saling menguatkan kelemahan, dan saling menunaikan peran masing-masing. Berikan hal-hal terbaik untuk istri, maka suami juga akan mendapatkan hal terbaik darinya. Tunaikan kewajiban dan peran sebagai suami, maka istri juga akan menunaikan kewajiban dan perannya. Pahamilah kekurangan dan kelemahan istri, maka istri juga akan memahami kekurangan dan kelemahan suami.
Dengan cara seperti ini kedua belah pihak akan mendapatkan hak dari pasangan, akan mendapatkan kebahagiaan dari pasangan, akan mendapatkan perlakuan terbaik dari pasangan, karena suami dan isteri berlomba-lomba memulai dan mendahului melakukan kebaikan untuk pasangan. Menunggu dari berharap dari pasangan, jutru akan memperlebar kekecewaan. Mulailah memberikan yang terbaik untuk istri, maka istri akan memberikan yang terbaik pula bagi suami. Jangan saling menunggu perubahan, namun lakukan terlebih dahulu.
Fokus Melihat Sisi Kebaikan
Karena semua manusia memiliki kelemahan dan kekurangan, menjadi tidak tepat ketika selalu fokus mencari-cari kekurangan dan kelemahan tersebut. Walaupun istri sudah berdandan ke salon kecantikan paling bagus, paling mahal, paling terkenal, paling terpercaya di kota, suami tetap akan bisa menemukan celah kekurangan pada diri istri jika ia selalu mencarinya. Walaupun sudah berusaha berbuat yang terbaik untuk pasangan dengan berbagai daya dan upaya, tetap saja istri tidak sempurna. Dengan mudah suami bisa menemukan cacat dan lemahnya.
Oleh karena itu, fokuslah melihat sisi kebaikan, kelebihan dan keutamaan istri. Jangan mencari-cari kelemahan dan kekurangannya, karena suami pun punya kekurangan dan kelemahan. Lebih bagus fokus melihat hal-hal yang menjadi sifat positif istri. Sungguh sangat banyak hal-hal yang menjadi sisi positif dari istri yang akan membuat suami merasa nyaman dan bahagia berada di samping istri tercinta. Setiap melihat istri, yang tampak di mata suami hanyalah berbagai kebaikan, keutamaan, kelebihan dan sisi positifnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H