Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tugas Terberat bagi Seorang Suami

29 Maret 2015   07:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_406132" align="aligncenter" width="256" caption="ilustrasi : www.grinningplanet.com"][/caption]

Suatu siang, Kevin murid kelas 3 SD, diminta Pak Guru menjadi imam shalat Duhur di kelasnya. Ini rutin dilakukan di sekolah Kevin, untuk melatih murid-murid menjadi imam sholat. Ketika Kevin memimpin shalat teman-temannya, Pak Guru melihat Kevin melakukannya dengan sangat cepat. Dalam pelajaran shalat, tindakan itu disebut sebagai “tidak tuma’ninah”, maka Pak Guru merasa perlu menegur untuk membenarkannya.

“Kevin, kalau menjadi imam shalat itu harus tuma’ninah dan khusyu’. Shalatlah dengan tenang, jangan tergesa-gesa seperti sedang dikejar anjing”, kata Pak Guru setelah anak-anak selesai shalat.

“Tapi Pak Guru, kalau di rumah, Ayah Kevin shalatnya lebih cepat dari aku tadi”, jawab Kevin.

Anak-anak pun tertawa dengan riuh rendah mendengar jawaban Kevin. Pak Guru pun tidak bisa menahan rasa geli sehingga ikut tertawa lepas bersama anak-anak. Apapun yang dilakukan oleh ayah, sangat berkesan di hati anak-anak. Lebih dari kata-kata nasihat mereka. Maka berhati-hatilah, karena apapun perbuatan orang tua akan selalu menjadi inspirasi bagi anak-anak anda.

Suami Adalah Teladan

Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, maka ia harus memberikan contoh keteladanan dalam kebaikan. Keteladanan adalah cara yang sangat efektif untuk mengarahkan dan membimbing, agar semua anggota keluarga bisa menuju visi yang ingin dicapai. Semua kebaikan yang ingin diwujudkan dalam keluarga, harus diawali dengan keteladanan, dan suami adalah figur sentral dalam memberikan keteladanan.

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa hal yang sangat penting bagi pemimpin adalah keteladanan. Kouzes dan Posner (2007) menyatakan ada lima praktik keteladanan, yaitu mencontohkan cara (Model the Way), menginspirasi visi bersama (Inspire a Shared Vision), menantang proses(Challenge the Process), memampukan orang lain untuk bertindak (Enable Others to Act), menyemangati jiwa (Encourage the Heart).

Pada praktik model the way, Kouzes dan Posner  berpandangan bahwa memimpin berarti bahwa anda harus menjadi contoh yang baik, dan mewujudkan apa yang anda katakan. Kouzes dan Posner mengatakan bahwa perbuatan pemimpin jauh lebih penting dari perkataannya. Pemimpin harus menunjukkan contoh terlebih dahulu dalam tindakan sehari-hari dan mempertunjukkan komitmen yang mendalam atas apa yang diyakininya.

Inilah tugas ketujuh dari sepuluh tugas suami yang sudah saya posting berturutan beberapa hari ini di Kompasiana. Pada enam postingan sebelumnya telah saya sampaikan tugas-tugas suami, yaitu (1) menjadi suami yang memahami istri, (2) menjadi suami yang penuh perhatian kepada istri, (3) menjadi suami yang penuh cinta kepada istri, (4) menjadi suami yang senang membantu istri, (5) menjadi suami yang memenuhi kebutuhan istri, dan (6) menjadi suami yang sabar membimbing istri, dan sekarang (7) menjadi suami yang memberikan teladan kebaikan bagi istri.

Keteladanan merupakan karakter yang harus sangat menonjol pada diri suami, tentu saja dalam konteks yang positif. Karena kenyataannya suami tidak mungkin bisa menghindar dari tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga. Pernikahan telah membuatnya menjadi seseorang yang harus memimpin –mau tidak mau—kehidupan keluarga, dan seperti apakah kondisi keluarga yang terbentuk sangat bergantung kepada keteladanan dirinya. Maka ia tidak mungkin akan bisa menghindar dari tanggung jawab untuk memberikan keteladanan.

Seorang anak kelas 3 Sekolah Dasar berkomentar tentang ayahnya, “Ayah itu kalau di rumah pasti tidak melek, dan kalau melek pasti tidak di rumah”, demikian komentarnya. Hanya ada dua kondisi ayahnya yang ia lihat sehari-hari. Pertama, sang ayah setiap di rumah langsung tidur, tidak memiliki waktu untuk bercengkerama dan bercanda dengan keluarga. Kedua, begitu bangun langsung pergi dari rumah untuk bekerja. Pekerjaan telah menyandera kehidupan sang ayah sehingga ia sangat lelah dan sangat disibukkan untuk kerja, sehingga pulang ke rumah baginya tidak memiliki makna lain kecuali tidur dan istirahat.

Apa yang disimpulkan anak tentang perilaku ayahnya? Ada banyak kemungkinan kesimpulan yang diambil oleh anak. Pertama, rumah adalah tempat istirahat dan tempat tidur. Kesimpulan ini diambil secara langsung oleh kebiasaan sang ayah yang berlangsung dalam waktu lama sehingga dihafal oleh anak. Kedua, menjadi ayah itu sibuk bekerja sehingga tidak peduli dengan keluarga. Ketiga, kerja lebih penting daripada keluarga. Keempat, waktu berharga bagi seorang ayah adanya di tempat kerja, dan keluarga tidak memiliki waktu yang mencukupi untuk diperhatikan. Kelima, mengurus keluarga itu tanggung jawab ibu saja.

Mungkin seperti itu gambaran yang didapatkan anak atas kebiasaan sehari-hari yang ia lihat dari ayahnya. Hal ini menandakan, apapun yang dilakukan oleh seorang suami atau ayah, akan selalu menjadi perhatian bagi seluruh anggota keluarga, dan menjadi rujukan keteladanan. Setiap suami tidak bisa menghindarkan diri dari tanggung jawab keteladanan.

[caption id="attachment_406133" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi : www.ryanbataille.wordpress.com"]

14275876031134810659
14275876031134810659
[/caption]

Bagaimana Suami Memberi Keteladanan?

Sesungguhnya, semua yang diucapkan, dilakukan, ditampilkan oleh suami, sudah menjadi sebuah teladan bagi anggota keluarga lainnya. Entah perkataan, perbuatan dan penampilan itu terjadi dengan sepenuh kesadaran untuk memberikan keteladanan, atau tidak sengaja dan tidak sadar karena sekedar mengikuti ritme kebiasaan saja. Sama saja kondisinya, semua perkataan, perbuatan dan penampilan suami tetap menjadi contoh bagi semua anggota keluarga.

Misalnya ketika seorang suami terbiasa mengenakan celana pendek saja ketika di rumah, tanpa memakai baju atau kaus, ini adalah sebentuk kebiasaan yang akan menjadi contoh bagi isteri dan anak-anak. Karena penampilan suami yang minimalis, suka telanjang badan, hanya mengenakan celana pendek ketika di rumah, maka hal yang mudah disimpulkan adalah tentang batas kesopanan dan kerapian dalam penampilan.

Ketika suami terbiasa membuang sampah sembarangan, maka ini akan menjadi model bagi isteri dan anak-anaknya. Apabila suami mudah marah dan mengeluarkan kata-kata kotor, maka hal itu akan menjadi contoh bagi seluruh anggota keluarga. Demikian seterusnya, semua perkataan, perbuatan, penbampilan suami, dengan sendirinya, adalah teladan bagi seluruh anggota keluarga.

Sebagai pemimpin, suami harus memberikan keteladanan dalam bentuk perbuatan nyata kepada keluarga. Jika ingin isterinya berdandan cantik di rumah, maka suami harus memberikan contoh teladan bahwa ia pun berdandan dengan rapi di rumah. Jika ingin isterinya selalu harum dan wangi, maka suami harus memberikan contoh dirinya telah harum dan wangi. Jika ingin isterinya selalu tersenyum kepada suami, maka suami harus memberikan contoh selalu tersenyum untuk isteri.

Inilah keteladanan dalam bentuk perbuatan nyata. Menurut saya, keteladanan inilah yang merupakan bagian tersulit untuk menjadi suami ideal. Semua perbuatan, ucapan, dan perilaku suami pada dasarnya adalah contoh keteladanan dan akan menjadi panutan bagi isteri serta anak-anak. Oleh karena itu para suami harus selalu berusaha untuk menyadari dampak dari setiap ucapan dan perbuatannya. Yang dituntut dari suami adalah selalu memberikan contoh perbuatan nyata dalam konteks positif.

Apabila suami memberikan keteladanan negatif, hal itu akan sangat mudah ditiru dan diikuti isteri serta anak-anak. Misalnya suami yang malas ibadah, itu adalah teladan negatif. Akan mudah ditiru pula oleh isteri dan anak-anak. Suami yang suka minuman keras hingga mabuk, itu adalah teladan negatif. Mudah menular kepada anggota keluarga. Suami suka selingkuh, hal ini membuat perselingkuhan dianggap kewajaran. Maka sebagai suami, jadilah teladan dalam kebaikan.

Kita tidak mungkin mengatakan kepada isteri dan anak-anak, “Saya senang mabuk, tapi jangan kalian contoh”, karena perbuatan jauh lebih kuat pengaruhnya daripada perkataan. Tidak bisa kita mengatakan, “Saya hobi selingkuh, tapi jangan coba-coba kalian ikut-ikutan. Ini hanya untuk saya sendiri”, karena contoh yang dilakukan suami dengan sendirinya menjadi inspirasi bagi isteri dan anak-anak. Tidak bisa kita mengatakan, “Jangan contoh perbuatan jahat yang saya lakukan, kalian harus menjadi orang baik”, karena kejahatan suami mudah dijadikan argumen pembenaran bagi isteri dan anak-anak.

Demikian pula ketika suami menampakkan contoh taat beribadah, maka ini akan menjadi satu motivasi dan ispirasi bagi seluruh anggota keluarga. Pada keluarga muslim, suami yang rajin ke masjid, selalu bangun untuk shalat malam, rajin membaca dan mengkaji kitab suci, ini akan memberikan petuah yang jauh lebih mengena dibandingkan dengan kalimat-kalimat nasihat yang tidak diikuti dengan contoh perbuatan nyata.

“Ayo semua anak belajar, sekarang waktunya belajar”, kata seorang bapak sambil asyik menonton televisi. Kata-kata ini hampir tidak ada artinya.

“Ayo anak-anak mengaji, ini jam untuk mengaji”, kata seorang bapak sambil bermain game di komputer. Kalimat perintah ini juga tidak memiliki makna.

Perbuatan nyata lebih banyak dan lebih kuat pengaruhnya, dibandingkan dengan kata-kata semata.

Tugas Terberat Suami

Menjadi teladan mungkin merupakan tugas terberat bagi seorang suami dan ayah. Ia harus menyadari bahwa dirinya adalah teladan sepanjang waktu. Tidak ada waktu dan tempat untuk bersembunyi atau menghindar dari kewajiban ini. Menjadi teladan bukanlah pilihan, tapi keharusan. Mau tidak mau, suka tidak suka, suami berada dalam posisi keteladanan yang tidak mungkin dihindari sepanjang kehidupannya sebagai suami dan ayah.

Yang bisa dilakukan adalah belajar dan terus belajar, berusaha dan terus berusaha, untuk menjadi teladan dalam kebaikan. Tugas ini memang sangat berat, namun toh tidak bisa dihindari. Oleh karena, hendaknya suami dan istri bergandengan tangan saling menguatkan dalam kebaikan. Istri juga harus membantu suami agar bisa menjadi teladan, karena memang inilah tugas yang sangat berat dalam kehidupan.

Bahan Bacaan :

Cahyadi Takariawan, Wonderful Husband, Menjadi Suami Disayang Istri, Era Adicitra Intermedia, Solo, 2014

Kouzes, J.M. & Posner, B.Z.,  The Leadership Challenge, 4th Ed, John Wiley & Sons, Inc, San Francisco, 2007.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun