[caption id="attachment_407242" align="aligncenter" width="607" caption="Ilustrasi : www.angelrie.wordpress.com"][/caption]
Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang berbahagia di dunia maupun kelak di surga. Termasuk dalam kehidupan keluarga. Tidak ada seorangpun yang menghendaki keluarganya rusak dan berantakan, tidak ada orang yang ingin rumah tangganya hancur dengan mengenaskan. Semua orang membayangkan keindahan saat memasuki kehidupan berumah tangga.
Saya yakin semua orang pasti setuju, jika harapan itu berada dalam kehangatan keluarga. Harapan itu ada pada keluarga yang dipenuhi keindahan, diliputi oleh kebahagiaan. Keluarga yang memunculkan produktivitas, keluarga yang menghadirkan kontribusi bagi masyarakat luas. Sebuah keluarga yang menghargai potensi, menjunjung tinggi budi pekerti, menghormati nilai-nilai. Sebuah keluarga yang mentaati tatanan Ilahi, mengikuti tuntunan Nabi.
Itulah keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah. Tiga kata yang acap diringkas dengan sebutan Keluarga Sakinah. Sebagaimana diketahui, kata sakinah, mawadah dan rahmah itu diambil dari ayat:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri (pasangan) dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawadah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Ar Rum : 21).
Keluarga sakinah bukan hanya khayalan, namun sesuatu yang nyata dan bisa diwujudkan dalam kehidupan keseharian. Ia memiliki berbagai ciri, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.Berdiri di atas pondasi keimanan yang kokoh
Keluarga sakinah bukan berdiri di ruang hampa, tidak berada di awang-awang. Keluarga sakinah berdiri di atas pondasi keimanan kepada Allah. Sebagai bangsa yang religius kita semua percaya bahwa kebahagiaan hidup berumah tangga tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai keimanan. Suami dan istri yang memiliki keimanan yang kokoh kepada Allah, akan merasakan pengawasan dari-Nya. Mereka akan terjaga dalam kebaikan, terjauhkan dari kejahatan dan keburukan, karena yakin selalu dijaga dan diawasi Allah.
Mereka hidup dalam kesejukan iman, yang membuat suasana spiritualitas dalam keluarga menjadi semakin kuat. Inilah yang akan menjadi pondasi kebahagiaan dan kesukseshan hidup berumah tangga. Iman akan membimbing arah dan tujuan, iman akan memandu visi dan misi kehidupan, iman akan menghantarkan kepada jalan yang lurus dan menjauhkan dari penyimpangan.
Kebahagiaan yang hakiki hanya didapatkan dari keimanan yang benar. Tidak ada kebahagiaan yang landasannya hanya materi atau hanya kesenangan duniawi.
2.Menunaikan misi ibadah dalam kehidupan
Kehidupan kita tidak hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main, namun ada misi ibadah yang harus kita tunaikan. Menikah adalah ibadah, hidup berumah tangga adalah ibadah, interaksi dan komunikasi suami istri adalah ibadah, berhubungan seksual adalah ibadah, mengandung, melahirkan dan menyusui anak adalah ibadah, mendidik anak adalah ibadah, mencari rejeki adalah ibadah, membersihkan rumah adalah ibadah, mandi adalah ibadah, makan adalah ibadah, berbuat baik kepada tetangga adalah ibadah, semua kegiatan hidup kita hendaknya selalu berada dalam motivasi ibadah.
Dengan motivasi ibadah itu maka kehidupan berumah tangga akan selalu lurus, di jalan yang benar, tidak mudah menyimpang. Jika ada penyimpangan segera mudah diluruskan lagi, karena semua telah menyadari ada misi ibadah yang harus ditunaikan dalam kehidupan. Bahwa menikah tidak hanya karena keinginan nafsu kemanusiaan, namun ada misi yang sangat jelas untuk menunaikan ibadah.
3.Mentaati ajaran agama
Sebagai insan beriman, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mentaati ajaran agama. Mengikuti ajaran Allah dan tuntunan Nabi-Nya. Ajaran ini meliputi melaksanakan hal-hal yang diwajibkan atau disunnahkan, ataupun menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan. Semua ajaran agama pasti mengandung maksud untuk mendatangkan kebaikan atau kemaslahatan, dan menghindarkan manusia dari kerusakan.
Misalnya dalam mencari dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hendaknya selalu sesuai dengan tuntunan agama. Hendaknya kita menghindari mata pencaharian yang haram dan syubhat, menghindari rejeki yang tidak halal dari segi zat maupun asalnya. Kita harus berusaha mendapatkan penghidupan yang halal dan thayib, dengan cara yang halal dan thayib pula.
Demikian pula dalam mengelola rumah tangga, selalu mendasarkan diri pada ajaran agama. Hal-hal yang dilarang agama tidak akan dijumpai di dalam rumah, baik berupa keyakinan, tradisi, sampai kepada peralatan, perhiasan, teknologi, ataupun benda-benda yang digunakan sehari-hari. Semua yang ada dalam rumah hanya yang dibenarkan menurut ajaran agama.
4.Saling mencintai dan menyayangi
Keluarga sakinah memiliki suasana yang penuh cinta dan kasih sayang. Suami dan istri saling mencintai dan saling menyayangi. Untuk itu mereka selalu berusaha untuk melakukan hal terbaik bagi pasangan. Mereka menghindarkan diri dari tindakan atau ucapan yang saling menyakiti, saling mengkhianati, saling melukai, saling mendustai, saling mentelantarkan, saling membiarkan, saling meninggalkan.
Mereka berusaha saling memaafkan kesalahan, saling mendahului meminta maaf, saling membantu pasangan dalam menunaikan tugas dan kewajiban. Karena cinta maka mereka tidak mudah emosi, karena cinta maka mereka tidak mudah marah, karena cinta maka mereka akan selalu setia kepada pasangannya.
[caption id="attachment_407243" align="aligncenter" width="653" caption="Ilustrasi : www.angelrie.wordpress.com"]
5.Saling menjaga dan menguatkan dalam kebaikan
Pasangan suami istri saling menjaga dan bahkan selalu berusaha saling menguatkan dalam kebaikan. Dalam kehidupan berumah tangga, seiring dengan bertambahnya usia pernikahan, kadang terjadi penurunan nilai-nilai kebaikan. Suami dan istri menjadi malas melaksanakan ibadah, malas melakukan kebaikan, malas menunaikan kewajiban, sehingga suasana keluarga menjadi kering kerontang dan tidak menyenangkan. Mereka selalu berusaha saling menguatkan dalam kebaikan, sehingga tidak membiarkan terjadinya suasana kekeringan spiritual dalam kehidupan keluarga.
Semua orang memiliki sisi kelemahan dan kekurangan. Bahkan semua manusia berpeluang melakukan kesalahan dan dosa. Maka pasangan suami istri dalam keluarga sakinah selalu berusaha saling mengingatkan dan menasihati dalam kebenaran. Mereka mengerti cara mengingatkan pasangan, agar tidak menimbulkan salah paham dan kemarahan. Saling mengingatkan dan menasihati antara suami dan istri adalah cara untuk saling menjaga dan menguatkan dalam kebaikan.
6.Saling memberikan yang terbaik untuk pasangan
Suami dan istri selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pasangan. Suami dan istri saling memberikan pelayanan terbaik, memberikan penampilan terbaik, memberikan perhatian terbaik, memberikan bantuan terbaik, memberikan kata-kata terbaik, memberikan senyuman terbaik, memberikan sentuhan terbaik, memberikan motivasi terbaik, memberikan inspirasi terbaik, memberikan suasana terbaik, memberikan hadiah terbaik, memberikan waktu terbaik, memberikan komunikasi terbaik, memberikan wajah terbaik untuk pasangan.
Dengan kondisi seperti ini maka suami dan istri akan selalu berada dalam kenyamanan hubungan. Mereka tidak menuntut hak dari pasangannya, namun justru berloimba melaksanakan kewajiban untuk pasangan.
7.Mudah menyelesaikan permasalahan
Keluarga sakinah bukan berarti tidak ada permasalahan, bukan berarti tanpa pertengkaran, bukan berarti bebas dari persoalan. Namun, dalam keluarga sakinah berbagai persoalan mudah diselesaikan. Suami dan istri bergandengan tangan saling mengurai persoalan. Mereka bersedia duduk berdua, berbincang berdua, mengurai berbagai keruwetan hidup berumah tangga. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan sepanjang mereka berdua bersedia menyelesaikannya.
Keluarga sakinah menjadikan permasalahan sebagai pemacu semangat untuk melakukan perbaikan. Dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, mereka akan mudah keluar dari setiap masalah.
8.Membagi peran berkeadilan
Suami dan istri dalam keluarga sakinah selalu berusaha untuk melakukan pembagian peran secara berkeadilan. Tidak boleh ada salah satu pihak yang terzalimi atau terbebani secara berlebihan, sementara pihak lainnya tidak peduli. Oleh karena itu, sejak awal hidup berumah tangga, suami dan istri telah menerapkan prinsip keadilan di dalam membagi peran. Ada peran yang sudah ditetapkan oleh ajaran agama, maka tinggal melaksanakannya sesuai ketentuan agama. Namun untuk peran yang tidak diatur oleh agama, maka hendaknya bisa dibagi secara berkeadilan oleh suami dan istri itu sendiri.
Suami dan istri bisa duduk berdua untuk membicarakan peran yang bisa mereka laksanakan dalam kehidupan keseharian. Apa yang menjadi tanggung jawab istri dan apa pula yang menjadi tanggung jawab suami. Dengan cara pembagian seperti ini mereka menjadi merasa nyaman dan lega karena tidak ada pihak yang terbebani atau terzalimi.
9.Kompak mendidik anak-anak
Suami dan istri dalam keluarga sakinah sadar sepenuhnya bahwa mereka harus mencetak generasi yang tangguh, generasi yang unggul, yang akan meneruskan upaya pembangunan peradaban. Anak-anak harus terwarnai dalam nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, sehingga menjadi salih dan salihah. Anak-anak yang memberikan kebanggaan bagi orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Bukan menjadi anak durhaka, yang membangkang terhadap orang tua dan menjauhi tuntunan agama. Bukan anak-anak yang menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Itu semua harus diawali dengan kedua orang tua yang kompak dalam mendidik dan membina anak-anak. Suami dan istri yang kompak dalam mengarahkan anak menuju kesuksesan dunia maupun akhirat, dengan pendidikan yang integratif sejak di dalam rumah.
10.Berkontribusi untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan negara
Keluarga sakinah selalu berusaha memberikan kontribusi optimal untuk perbaikan masyarakat, bangsa dan negara. Suami dan istri terlibat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, cepat memberikan kemanfaatan bagi warga sekitar, ringan memberikan bantuan bagi mereka yang memerlukan. Keluarga sakinah selalu terlibat dalam dinamika pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka bukan tipe orang-orang yang individualis atau egois, yang tidak peduli masyarakat sekitar. Namun keluarga sakinah selalu peduli dan bersedia berbagi dengan apa yang mereka miliki.
Suami dan istri terlibat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan yang positif, seperti kegiatan pertemuan RT atau pertemuan RW, dasa wisma, pertemuan PKK, posyandu, ronda, kerja bakti, menjenguk tetangga yang sakit, silaturahim dan lain sebagainya. Demikian pula mereka peduli dengan nasib warga sekitar, ataupun nasib masyarakat yang memerlukan bantuan. Ini adalah bentuk kontribusi positif bagi kebaikan masyarakat, bangsa dan negara.
Bahan Bacaan :
Aidh bin Abdullah Al Qarni, Keluarga Idaman, Darul Haq, Jakarta, 2004
Cahyadi Takariawan, Wonderful Family, Merajut Kebahagiaan Keluarga, Era Adicitra Intermedia, Solo, 2014
Isham Muhammad Asy Syarif, Beginilah Nabi Saw Mencintai Istri, Gema Insani Press, Jakarta, 2005
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H