[caption id="attachment_403660" align="aligncenter" width="245" caption="ilustrasi : www.timelife.com"][/caption]
"Kami bisa mengatasi gravitasi, namun kami tidak bisa mengatasi cinta".
Kalimat di atas adalah cuplikan syair lagu dalam film Rusia, "Black Lightning" atau "Chernaya Molniya" (2009), yang disutradarai oleh Dmitriy Kiselev dan Alexander Voyinskiy. Ungkapan itu sangat menggelitik, menggambarkan kemampuan manusia yang sangat hebat dalam mengendalikan kehidupan melalui ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Film itu menggambarkan mobil berbahan bakar premium yang bisa terbang, sebuah imajinasi tentang kehebatan iptek dalam mengendalikan gravitasi.
Manusia dengan iptek yang canggih, bisa 'mengalahkan' gravitasi. Namun rupanya lebih rumit bagi iptek untuk 'mengalahkan' cinta. Betapa banyak manusia yang menguasai iptek namun tak berdaya menghadapi perasaan cinta. Rupa-rupanya cinta justru sedemikian powerful menguasai jiwa manusia yang mereka merasa tidak berdaya. Berapa banyak lelaki gagah perkasa yang bertekuk lutut dan menjadi lemah di hadapan kehalusan perempuan.
"Saya biasa berdebat dengan dosen soal teori kuliah. Saya berani berdebat dengan rektor soal kebijakan kampus. Saya berani berhadapan dan menantang aparat saat turun ke jalan. Namun saya tidak berdaya menghadapi kecantikan dan kelemahlembutan wanita," ujar seorang demonstran, aktivis mahasiswa, kepada saya. Itulah gejala jatuh cinta. Selalu bercerita tentang ‘kekalahan’ dan ‘ketidakberdayaan’. Sedemikian hebat pengaruh cinta dalam diri manusia.
“Aku memilih hidup sendirian sepanjang masa jika tidak bisa mendapatkan dia sebagai kekasih yang akan menjadi belahan jiwaku,” demikian ungkapan seorang laki-laki yang tengah jatuh cinta. Rasionalitas sebagai laki-laki sudah hancur berantakan, dikalahkan oleh dahsyatnya perasaan jatuh cinta. Cinta memang luar biasa. Ia bisa mengalahkan siapa saja.
Bagaimana Cinta Bekerja?
Sesungguhnya “cinta” bisa dibedakan dari “jatuh cinta”. Gejala menggebu-gebu dan tidak bisa dikendalikan adalah gejala jatuh cinta, bukan gejala cinta. Gejala jatuh cinta itu sangat nyata namun terbatas masa. Jatuh cinta akan dirasakan pada waktu yang tertentu, bukan sepanjang waktu. Jika seorang laki-laki dan perempuan saling jatuh cinta, maka mereka sudah masuk dalam sebuah jebakan perasaan yang rumit dan kuat. Setelah mereka menikah, maka perlahan perasaan itu berangsur-angsur ‘normal’, dan tidak lagi bercorak menggebu-gebu.
Ketika seseorang jatuh cinta, si dia yang dicintai akan mengubah kehidupan dan kegiatan sehari-harinya. Bagi orang yang tengah jatuh cinta, si dia adalah segalanya, dan segalanya adalah si dia. Apa pun tentang dirinya, selalu menarik. Seperti apa pun kondisinya, selalu menyenangkan. Kata-katanya yang biasa dan sederhana saja, terdengar demikian menarik dan menggelitik. Pemikirannya yang biasa dan sederhana saja, tampak demikian hebat dan mengagumkan. Kepribadiannya yang biasa dan sederhana saja, terlihat sedemikian anggun dan mempesona. Penampilannya yang biasa dan sederhana saja, tampak demikian istimewa dan tiada dua.
Tidak ada cela pada dirinya, semua sedemikian indah dipandang mata. Kesalahan dan kecerobohannya pun terasa begitu menggoda. Orang yang jatuh cinta tidak menutup mata akan kesalahan dan kelemahan si dia, namun justru terasa unik dan menggemaskan. Kesalahan dan kelemahan seperti itu, kelak akan bisa menjadi masalah saat gejala jatuh cinta sudah berakhir. Saat jatuh cinta seseorang tengah berada di awang-awang, tengah berada di atas awan, terasa melayang-layang. Semua tentang si dia terasa indah dan menyenangkan. Saat gejala itu berakhir ---misalnya karena sudah menikah--- maka semua tampak biasa saja. Kesalahan pasangan bisa menjadi masalah besar dalam kehidupan rumah tangga.
Jatuh cinta membuat seseorang benar-benar berada dalam penjara kebahagiaan, namun juga kesengsaraan. Keindahan yang tak bercacat seperti itulah yang membuat orang yang jatuh cinta selalu terobsesi tentang si dia dan sulit berhenti memikirkannya. Bahkan orang yang jatuh cinta sulit berpikir tentang hal-hal lain, karena selalu teringat si dia. Di mana pun, sedang melakukan apa pun, tiba-tiba semua berubah menjadi tentang si dia. Bahagia, namun tersiksa, karena menjadi sering berhenti melakukan hal-hal lain disebabkan memikirkan dan mengingatnya. Tampak tidak konsentrasi, tampak gelisah di tempat kerja. Pengen segera pulang dan bertemu si dia.
Orang yang tengah jatuh cinta merasakan semangat yang menggelora dan menjadi berbahagia setiap bertemu dengan si dia. Saat berpisah sejenak dari si dia, selalu dibayangi oleh senyumannya, kerlingan matanya, rona merah di pipinya, canda tawanya, renyah suaranya, bahkan desah napasnya. Ucapan yang terbata-bata, perilaku yang salah tingkah, kalimat pesan di ruang chat, semua tampak indah mempesona. Semua pesan dari si dia melalui WhatsApp, Line, SMS, email dan surat, selalu disimpan dan dibaca berulang-ulang. Ya benar, dibaca berulang-ulang tanpa bosan.
Semua perilaku si dia telah menginfeksi, masuk melalui aliran darah dan hembusan napas orang yang jatuh cinta. Ini semua sama sekali bukan cinta dalam artian yang sebenarnya, melainkan gejala jatuh cinta yang bersifat sesaat dan ada batas masa. Ada expired date. Masa di mana seseorang mengalami gejala delusi dan kekacauan mental, disebabkan terinfeksi oleh syahwat sesaat.
Sakitnya Tuh di Sini
Adakah kerugian orang yang jatuh cinta? Tentu saja ada dan sangat banyak daftarnya. Saya contohkan dua hal saja. Pertama, ketika orang jatuh cinta cenderung bersifat tidak rasional. Ini membahayakan saat harus mengambil keputusan untuk menikah. Karena menikah itu peristiwa sakral dan berdampak seumur hidup, bahkan sampai akhirat, mestinya diputuskan dalam suasana rasional dan penuh pertimbangan. Celakanya, orang yang jatuh cinta sudah tidak bisa menerima masukan. Itulah sebabnya, banyak orang tua mengatakan anaknya sudah terkena guna-guna karena jatuh cinta kepada seseorang yang tidak sepadan dengan posisinya. Padahal sama sekali bukan karena guna-guna atau mantera, namun memang seperti itulah gejala jatuh cinta. Sangat tidak rasional, dan cenderung seperti orang yang mengalami gangguan jiwa.
Kedua, ketika cinta tidak bisa bersatu, terasa benar sakitnya di dalam jiwa. Sakitnya tuh di sini. Karena alasan tertentu, seperti tidak direstui orang tua, ditentang keluarga, masalah beda agama, atau masalah lain yang membuat sepasang kekasih dimabuk cinta tidak bisa meneruskan hubungan ke jenjang pernikahan. Rasa sakit segera mendera jiwa mereka karena kasih tak sampai, dan bisa terus dirasakan hingga sepanjang hidup mereka. Kecuali jika mereka mampu membersihkan jiwa dengan pendekatan diri kepada-Nya sesuai tuntunan agama, maka pengaruh masa lalu itu akan bersih tanpa sisa.
Mari kita kenang kembali kisah mengharukan di akhir tahun 2014 kemarin. Kisah seperti ini sesungguhnya banyak terjadi, namun di masa lalu belum marak sosial media yang bisa dengan mudah mengungkap kejadiannya.
[caption id="attachment_403659" align="aligncenter" width="336" caption="ilustrasi : www.beritabulukumba.com"]
Mantan Pacar Menangis di Pelukan Pengantin
Laporan : Subandi Arya, Metro Sulawesi, 19 Oktober 2014
Metrosulawesi.com - Bayangkanlah jika anda telah menjalin cinta selama sembilan tahun lalu tiba-tiba ditinggal menikah oleh pacar anda. Hal itulah yang dialami gadis asal Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Ris (22 tahun) yang terpaksa ditinggal menikah oleh pacarnya Ra (25 tahun).
Ris dengan berlinangan air mata nekat menghadiri resepsi pernikahan mantan kekasihnya yang digelar Jumat (17/10/2014) siang. Kehadiran Ris sontak membuat para undangan termasuk keluarga dari kedua mempelai heboh sebab penduduk satu kampung mengetahui selama ini Ris dan Ra adalah dua remaja yang sudah lama berpacaran.
Begitu tiba di acara resepsi, Ris dengan linangan air mata langsung mendekap Ra yang tak peduli sedang bersanding dengan perempuan yang telah menjadi isterinya. Ra yang tak kuasa melihat tangis Ris memeluk haru. Pernikahan yang awalnya penuh gembira diiringi musik dangdut berubah penuh tangis haru yang turut membuat pengantin perempuan, keluarga dan undangan menitikan air mata. Keluarga Ra mengatakan, pihaknya sudah pernah melamar Ris karena mereka sudah berpacaran sejak 2005 lalu. Namun ditolak oleh keluarga Ris dengan berbagai alasan.
"Jodoh di tangan Tuhan, bukan manusia yang menentukan," kata keluarga Ra.
Tampak pengantin pria yang mengenakan pakaian adat Bugis mendekap sang mantan. Tak cuma Ris yang meneteskan air mata. Mempelai wanita pun terlihat menghapus air mata. Suasana itu membuat haru tamu undangan pesta pernikahan di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Jumat 17 Oktober 2014 itu.
[caption id="attachment_403661" align="aligncenter" width="350" caption="ilustrasi : www.islamic.artdb.com"]
Sedih banget ya....
Maka hati-hati menjaga hati. Jangan mudah terinfeksi oleh virus yang akan membawa sakit hati.
Bahan Bacaan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H