Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

9 Manfaat Konflik Suami Isteri

16 Juni 2013   19:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 2413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371384983637042959

[caption id="attachment_268290" align="aligncenter" width="560" caption="ilustrasi - www.blog.sarahschmermund.com "][/caption]

Pada postingan terdahulu telah saya sampaikan bahwa “Keluarga Bahagia Bukan Berarti Tanpa Konflik”. Hal ini karena konflik merupakan konsekuensi interaksi dan komunikasi antarpersonal, dimana masing-masing memiliki sifat yang unik. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan manfaat dari adanya konflik pada suami dan isteri.

Konflik adalah  pertentangan atau perselisihan antar individu sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan pada masing-masing individu,  misalnya  perbedaan pendapat, pandangan,  gagasan, ide, keinginan, kemauan dan sebagainya. Suami dan isteri berasal dari keluarga yang berbeda, dilahirkan oleh orang tua yang tidak sama, memiliki pengalaman yang berbeda, dibentuk oleh lingkungan yang tidak sama, wajar jika diantara mereka berdua memiliki sejumlah perbedaan.

Perbedaan sebagai lelaki dan sebagai perempuan saja, sudah menimbulkan peluang dan potensi konflik. Apalagi ditambahi dengan perbedaan cara berpikir, cara pandang, cara merasakan, cara memahami, cara komunikasi dan lain sebagainya. Karena itulah suami dan isteri dalam kehidupan sehari-hari pasti akan menemukan konflik, baik yag ringan maupun yang sedang dan berat. Tidak mungkin mereka hidup bersama dalam waktu lama, dan tidak mendapatkan konflik sama sekali.

Sisi Positif Konflik Suami Isteri

Kebanyakan orang menilai konflik hanya dari segi negatifnya saja, padahal ada juga manfaat konflik. David W. Johnson dalam bukunya “Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization” (11th edition, 2012) telah menyebutkan beberapa kemanfaatan dari adanya konflik antarpesonal.  Saya mengutip dengan penyesuaian konteks yang lebih spesifik dalam kaitan konflik antara suami dengan isteri.

Di antara manfaat konflik antara suami dan isteri dalam kehidupan rumah tangga adalah sebagai berikut:

1.Menyadarkan kita bahwa ada persoalan yang perlu diselesaikan dalam hubungan dengan orang lain

Ketika suami isteri mengalami konflik, mereka menjadi sadar bahwa ada persoalan yang perlu diselesaikan di antara mereka berdua. Mungkin selama ini masing-masing disibukkan oleh ritme kehidupan yang rutin dan menjemukan, sehingga seakan-akan hidup hanya mengalir mengikuti angin berhembus. Mereka tidak menyadari tengah menumpuk persoalan selama ini. Ketika konflik pecah, masing-masing menjadi sadar bahwa selama ini mereka memang tengah menyimpan masalah yang tidak segera diselesaikan.

Mungkin karena tertelan oleh ritme kesibukan masing-masing, tidak sempat lagi melakukan kontemplasi dan evaluasi. Suami atau isteri, atau kedua-duanya,  menganggap semua berjalan normal dan tidak ada sesuatu yang menjadi masalah. Saat muncul konflik, mereka akan segera sadar bahwa ada persoalan di antara mereka yang harus segera dicari penyelesaian dan pemecahan.

2.Menyadarkan dan mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan dalam diri

Konflik yang terjadi antara suami dan isteri, dapat menyadarkan kedua belah pihak bahwa ada banyak hal yang harus dibenahi dan diperbaiki dalam diri masing-masing. Mungkin selama ini merasa tidak ada masalah atau tidak ada kekurangan. Namun saat terjadi konflik, suami dan isteri menjadi mengerti bahwa ada sisi-sisi kelemahan dan kekurangan dalam dirinya untuk diperbaiki dan diupayakan perbaikan. Mungkin ada sikap yang harus diubah, mungkin ada perilaku yang harus diubah, mungkin ada gaya komunikasi yang harus diubah.

Kehidupan keluarga memang sangat unik, karena menyatukan dua pikiran, dua hati, dua jiwa yang jelas-jelas tidak sama. Kesediaan suami dan isteri untuk saling menyesuaikan dengan harapan dan keinginan pasangan sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga. Dengan meletusnya konflik, masing-masing lebih merasakan adanya sisi dalam dirinya yang harus diubah untuk menyesuaikan dengan keinginan pasangan.

3.Menumbuhkan dorongan dalam diri kita untuk memecahkan persoalan yang selama ini tidak jelas, tidak disadari atau tidak muncul ke permukaan

Di antara manfaat konflik adalah memberikan dorongan dalam diri suami dan isteri untuk segera menyadari adanya persoalan tersembunyi atau tersimpan yang selama ini tidak tertampakkan. Saat muncul konflik, kedua belah pihak menjadi tersadarkan bahwa selama ini ada sisi-sisi yang mereka tidak ketahui karena tidak pernah muncul. Seperti seseorang yang merasa sehat dan baik-baik saja. Suatu saat merasakan sakit, begitu diperiksakan ke dokter ternyata selama ini sebenarnya sudah ada gangguan kesehatan namun tidak diperhatikan. Sehingga saat diperiksa dokter, penyakitnya sudah sedemikian parah karena terlambat megetahui gejalanya.

Konflik suami dan isteri memberikan informasi penting mengenai adanya persoalan yang mungkin selama ini dianggap tidak ada karena tidak pernah muncul. Dengan adanya konflik, masing-masing memahami bahwa ada persoalan yang perlu diselesaikan atau dicari solusinya bersama-sama.

4.Menjadikan kehidupan lebih menarik

Sering orang mengatakan secara menghibur, bahwa konflik adalah bumbu keharmonisan keluarga. Kehidupan akan terasa hambar dan berjalan sangat monoton apabila tidak ada bumbu konflik. Bisakah anda membayangkan melihat suatu film dengan durasi waktu yang panjang, sampai tiga atau empat jam, namun sepanjang alur cerita dalam film tersebut tidak ada sisi konflik? Saya bayangkan anda akan keluar gedung bioskop dengan penuh penyesalan mengapa melihat film monoton seperti itu.

Ternyata kebahagiaan “happy ending” yang dirasakan penonton di akhir film, terjadi karena keberhasilan tokoh utama dalam melewati dan menyelesaikan berbagai konflik yang dihadapi. Disitulah ada perjuangan, pengorbanan, tangis, harapan, namun berujung kebahagiaan. Konflik telah membuat ritme kehidupan menjadi lebih dinamis dan tidak terjebak rutinitas yang membosankan. Biasanya, suami isteri akan merasakan suasana seperti pengantin baru lagi, setelah mampu melalui puncak konflik.

5.Membimbing ke arah tercapainya keputusan-keputusan bersama yang lebih matang dan bermutu

Kadang konflik antara suami isteri terjadi dalam pengambilan keputusan penting yang menyagkut masa depan rumah tangga mereka. Misalnya ketika mereka berbeda pendapat mengenai lokasi rumah yang akan dibangun. Apakah akan membeli rumah di suatu komplek perumahan atau apartemen di perkotaan, atau membangun rumah sendiri di tanah yang dibeli di wilayah pedesaan. Konflik ini akan membuat mereka mengemukakan argumen dan alasan masing-masing sehingga saat mengambil kesimpulan akhir, mereka sudah mnimbang dengan lebih cermat da matang.

Demikian pula saat terjadi konflik suami isteri mengenai pendidikan anak mereka, apakah akan sekolah di lembaga pendidikan negeri atau ke sekolah-sekolah swasta unggulan. Konflik ini mendorong terputuskannya sebuah pilihan yang lebih matang dan bertaggung jawab karena sudah menimbang-nimbang banyak sisi sesuai keyakinan dan pendapat kedua belah pihak.

6.Menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yang sering kita alami dalam hubungan dengan seseorang

Kadang hubungan suami dan isteri mengalami ketegangan yang tidak diketahui sebabnya secara jelas. Komunikasi terasa kaku dan selalu tidak nyaman. Bahkan setiap berkomunikasi akan melahirkan pertengkaran baru. Ketika ketegangan memuncak dan melahirkan konflik, di titik itulah sesungguhnya akan muncul antiklimaks. Setelah konflik mampu terselesaikan, ketegangan-ketegangan yang selama ini terjadi dan menumpuk segera hilang. Hilangnya ketegangan ini berdampak positif dalam kehidupan di waktu-waktu berikutnya.

7.Menyadarkan tentang siapa atau macam apa diri kita sesungguhnya

Konflik yang terjadi antara suami dan isteri memberikan informasi mengenai kondisi pribadi masing-masing. Seorang suami yang mudah tersinggung dan marah dalam berkomunikasi dengan isteri, sesungguhnya harus bisa menyadarkan diri sendiri tentang jati dirinya, bahwa ia adalah seorang yang emosional. Seorang isteri yang mudah tersulut emosi dan meledak kemarahannya, sesungguhnya harus membuat dia bisa mengevaluasi kepribadiannya, untuk melakukan perbaikan di masa yang akan datang.

Mungkin selama ini suami dan isteri saling bersikukuh dengan ego masing-masing. Tidak menyadari siapa dirinya sesungguhnya, tidak menyadari kualitas macam apa kepribadiannya. Cenderung menyalahkan dan merendahkan pasangan, dan mencari-cari kesalahan pasangan. Dengan munculnya konflik, akan menunjukkan siapa dan seperti apa kualitas kepribadian masing-masing.

8.Menjadikan konflik sebagai sumber perbaikan kualitas pribadi

Jika suami dan isteri mampu mengambil pelajaran dari berbagai konflik yang terjadi selama ini, akan membuat kedua belah pihak mengerti kelemahan dan kekurangan masing-masing untuk dijadikan bahan melakukan perbaikan. Ada banyak kelemahan  yang harus bisa dirasakan dan  dipahami oleh suami dan isteri untuk memperbaiki diri masing-masing. Justru dengan munculnya konflik, akan membuka berbagai sisi kepribadian secara lebih jelas, sehingga lebih jelas pula sisi apa yang perlu perbaikan.

Dengan upaya perbaikan pribadi, akan berdampak positif pula dalam perbaikan kualitas hubungan di antara suami dan isteri.

9.Mempererat dan memperkuat keintiman hubungan

Konflik yang mampu disikapi dan diselesaikan dengan baik, justru akan mampu mempererat dan memperkuat keintiman hubungan antara suami dan isteri. Hubungan yang semula kering, kaku, tegang, dan penuh permusuhan, akan berubah total setelah konflik mampu mereka lalui dan mereka selesaikan secara bijak dan konstruktif. Pada akhirnya terjadilah fase antiklimaks yang melegakan. Hubungan dan komunikasi suami isteri kembali berseri, justru menjadi bertambah intim dan berkualitas dibandingkan dengan sebelum konflik terjadi.

Dengan demikian, konflik dalam kehidupan suami isteri sesungguhnya memiliki potensi memperbaiki dan menguatkan perkembangan pribadi masing-masing, yang akhirnya berdampak terhadap perbaikan kualitas relasi antara suami dan isteri. Tentu saja, suami dan isteri harus sanggup menghadapi dan menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara bijak dan konstruktif.

Selamat menikmati kebahagiaan bersama keluarga.

Mertosanan Kulon, Potorono, Banguntapan, Bantul, DIY, 16 Juni 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun