[caption id="attachment_200896" align="aligncenter" width="504" caption="gambar - http://lawyerasad.blogspot.com"][/caption]
Banyak orang berpandangan bahwa yang dimaksud dengan rezeki itu hanyalah uang atau harta benda. Sehingga apabila mereka sedang dalam kondisi tidak memiliki harta, mereka merasa tidak mendapatkan bagian rezeki dari Allah. Mereka merasa banyak memiliki rezeki apabila berada dalam kondisi banyak uang, harta melimpah dan kekayaan materi yang banyak. Pandangan ini terlalu sempit, dan bisa membuat kurang mensyukuri berbagai anugerah serta nikmat yang Allah berikan setiap saat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rezeki memiliki arti “segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan (yang diberikan oleh Tuhan) berupa makanan (sehari-hari) atau nafkah. Masih menurut KBBI, rezeki juga bisa bermakna penghidupan, pendapatan (seperti uang yang digunakan memelihara kehidupan), keuntungan, kesempatan mendapatkan makanan, dan sebagainya.
Rezeki Adalah Yang Bisa Kita Manfaatkan
Salah satu bentuk rezeki adalah uang atau harta kekayaan. Namun rezeki bukan hanya uang dan harta kekayaan semata. Ada sangat banyak bentuk nikmat Allah yang kita manfaatkan dalam kehidupan. Di antara rezeki yang kita terima setiap saat misalnya udara segar atau oksigen yang Allah sediakan secara gratis kepada seluruh manusia, sinar matahari yang Allah pancarkan setiap waktu kepada seluruh makhluk di berbagai belahan dunia, gaya gravitasi yang Allah berikan pada bumi yang menyebabkan kita bisa bertahan di muka bumi, dan sangat banyak lainnya. Semua itu kita manfaatkan setiap saat.
Waktu, kesempatan, kesehatan, kekuatan, organ dan fungsi-fungsi tubuh, teman, persahabatan, persaudaraan, keluarga, semua adalah contoh rezeki. Setiap saat kita memanfaatkan. Ilmu, pengetahuan, informasi, teknologi yang kita manfaatkan adalah rezeki. Sungguh sangat luas cakupan pengertian rezeki.
Menurut Prof. Dr. M. Mutawalli Sya’rawi, “Rezeki ialah apa yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, yang halal maupun haram, yang baik maupun buruk”. Ada orang mendapatkan rezeki dengan cara yang halal, ada pula yang mendapatkan dengan ara yang haram. Tentu saja yang dikehendaki oleh Tuhan adalah rezeki halal dan baik saja yang kita manfaatkan, bukan rezeki yang haram dan tidak baik.
Apabila ada manusia yang memiliki banyak sekali harta kekayaan, sesungguhnya yang menjadi rezeki baginya hanyalah sejumlah yang dapat dimanfaatkan. Jika seseorang memiliki uang seratus milyar rupiah hari ini, tidak seluruh uang itu menjadi rezekinya. Rezekinya hari ini hanyalah sejumlah yang bisa dimanfaatkan, misalnya digunakan untuk makan tigaratus ribu rupiah, untuk membeli pulsa telepon, untuk membeli bensin, untuk sedekah dan lain sebagainya. Ternyata sehari ia hanya memanfaatkan uang dua juta rupiah. Inilah rezekinya hari ini.
Adapun sisa hartanya yang belum dimanfaatkan, belum tentu menjadi rezekinya. Bisa saja harta itu hilang dicuri orang, yang akhirnya menjadi rezeki orang yang mengambil tersebut, yang diperoleh secara haram. Jadi, walau harta kita banyak, belum tentu itu menjadi rezeki kita semuanya. Seberapa banyak yang bisa kita manfaatkan, itulah yang menjadi rezeki kita.
Rezeki yang Berkah
Rezeki tidak bisa dihitung hanya dari segi kuantitas atau jumlahnya, namun harus dilihat pula dari segi keberkahannya. Secara bahasa, kata berkah (Arab : al-barakah) berarti berkembang, bertambah dan kebahagiaan. Demikian yang ditulis dalam kitab Al Qamus Al Muhith oleh Fairuz Abadi dan dalam kitab Lisanul Arab karya Ibnu Manzhur. Imam An-Nawawi berpendapat, “Asal makna keberkahan ialah kebaikan yang banyak dan abadi.”
Rezeki yang berkah maknanya adalah mendatangkan banyak kebaikan dan kebahagiaan. Walau hanya memiliki uang yang terbatas, kalau berkah, maka akan bisa mendatangkan sangat banyak kemanfaatan, kebaikan dan kebahagiaan. Rezeki yang tidak berkah, walau banyak, justru mendatangkan banyak keburukan dan kesengsaraan. Ada orang punya mobil mewah, tetapi justru menyebabkannya menjadi sombong dan akhirnya dibenci tetangga. Banyak tetangga yang marah karena sikapnya, akhirnya mobil itu justru menyebabkannya dijauhi dan dimusuhi tetangga.
Ada orang punya mobil tua dan butut, namun sangat banyak memberikan kemanfaatan dan kebaikan bagi keluarga, sahabat, tetangga, dan masyarakat. Ada orang punya fasilitas yang sederhana, namun sangat banyak memberikan kemanfaatan dan pertolongan bagi orang-orang yang memerlukan. Itu semua adalah gambaran berkah, yaitu ada pertambahan dan perkembangan nilai. Memberikan banyak kemanfaatan, kebaikan dan kebahagiaan.
Semoga rezeki anda melimpah ruah dan penuh berkah.
Selamat pagi, selamat beraktivitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H