Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dimana Mencari Suami Ideal?

10 Oktober 2011   00:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:09 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mencari suami ideal dimana ya pak ?” tanya mbak Diyan Hastari pada postingan saya terdahulu tentang Sepuluh Karakter Suami Ideal. Sebuah pertanyaan yang menarik.

Adakah sebuah tempat yang menyediakan suami ideal, dimana para perempuan lajang yang hendak menikah tinggal memilih dan membawanya pulang ? Adakah supermarket yang menyediakan stock suami ideal dan kita tinggal membayar harganya di kasir ? Bahkan, adakah seseorang yang bisa disebut sebagai suami ideal ?

Ideal itu adalah proses dan usaha “menjadi”. Bukan pada “hasil jadi” yang bernama “suami ideal”. Namun justru pada proses dan usaha yang terus menerus dilakukan untuk mencapai “hasil jadi” tersebut, yang ujungnya belum tentu akan sampai kepada titik idealitas yang diharapkan. Belum tentu sampai, namun proses dan usaha itulah yang memberikan arti dan makna dalam diri kita.

Memahami Proses

Jangan berharap mendapatkan suami ideal saat seorang wanita memutuskan untuk menikah. Sungguh ia hanya menikah dengan seorang lelaki yang biasa saja, yang akan melakukan pembelajaran bersama, berproses bersama, menuju kepada kondisi ideal yang diharapkan. Proses inilah yang harus dilakukan dengan konsisten dan penuh kesabaran, karena teramat banyak kendala menyusuri setiap langkah dan konsekuensinya.

Semua orang selalu memiliki sisi kelebihan dan kekurangan, maka saat mengawali hidup berumah tangga, setiap laki-laki dan perempuan harus menyiapkan diri untuk menghadapi semua sisi yang dimiliki pasangannya. Tidak boleh hanya siap menghadapi sisi kebaikannya dan tidak siap melihat sisi kekurangan pasangan. Mungkin saja masih amat banyak kekurangan pasangan, namun bukankah kita semua tengah melakukan sebuah proses menuju kondisi yang lebih baik ?

Kadang dijumpai seseorang yang tidak sabar menghadapi kekurangan dan kelemahan pasangan. Ia tidak mau menerima kenyataan bahwa dalam diri pasangannya ada hal yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya. Padahal pasangannya tengah berusaha melakukan proses dan usaha agar bisa sesuai harapan, namun namanya proses, tidak semudah membalik telapak tangan. Semua pihak harus bersabar dan memahami adanya proses dan usaha yang tengah dilakukan oleh pasangannya.

Mencari Suami Ideal di Rumah Sendiri

Tidak ada toko yang menjualnya. Tidak ada lembaga yang menyediakannya. Tidak ada instansi yang memiliki stock dan siap dibagi-bagikan kepada para perempuanlajang yang akan menikah. Suami ideal itu didapatkan di rumah tangga yang dibentuk antara seorang lelaki biasa dan seorang wanita biasa. Didapatkan dari sebuah prosesi pernikahan yang sah, yang ditindaklanjuti dengan konsistensi kedua belah pihak, untuk berproses menuju kondisi ideal.

Konon, “hanya lautan dengan ombak hebat yang bisa melahirkan pelaut tangguh”. Ya, bukan lautan yang tenang, justru laut yang bergelombang. Gangguan, cobaan, ujian yang dihadapi keluarga dalam kehidupan sehari-hari, akan membentuk karakter sebagai suami dan sebagai isteri yang semakin berkualitas ideal. Maka, wajar di awal pernikahan, baik suami maupun isteri berada dalam situasi “culun”, polos, dan apa adanya, karena belum menghadapi benturan dengan ombak kehidupan keluarga.

Seorang lelaki yang telah membina kehidupan rumah tangga selama tigapuluh tahun, tentu lebih memiliki perspektif yang luas dan dalam tentang sosok suami ideal, dibandingkan dengan lelaki yang baru setahun menikah. Demikian pula, lelaki yang telah memiliki anak dari hasil pernikahannya, akan memiliki gambaran yang lebih kuat tentang suami ideal, dibanding dengan lelaki lajang yang baru akan melaksanakan pernikahan. Kita tidak bisa membandingkan mereka semua, karena tidak berada dalam kondisi dan situasi yang bisa dibandingkan.

Artinya, “jam terbang” menjadi memiliki arti. Pilot yang pertama kali terbang tidak bisa dibandingkan dengan pilot senior yang sudah ribuan kali memimpin penerbangan. Jam terbang mereka tidak bisa dibandingkan. Untuk itulah, jangan bandingkan suami anda dengan lelaki lain, karena semua orang memiliki kondisi yang berbeda. Tidak layak membandingkan suami anda dengan suami orang lain.

“Menurutku, pak Budhi itulah sosok suami ideal”, kata Rita kepada suaminya, Bambang. “Ya benar. Budhi itu suami ideal, karena Novie juga isteri ideal”, jawab Bambang membalas omongan isterinya.

Tidak perlu mencari-cari dari orang lain. Pada diri suami satu-satunya yang ada di rumah anda dan selalu mendampingi anda itulah, anda akan mendapatkan sosok suami ideal. Jangan menyesali pernikahan yang sudah dengan sadar anda laksanakan. Yang paling penting justru melakukan proses secara konsisten dan kontinyu, untuk membentuk berbagai karakter ideal dalam diri suami dan isteri, agar masing-masing menuju kondisi yang lebih baik.

Membantu Suami Menjadi Ideal

Dalam kehidupan keluarga, semua pihak saling memberikan pengaruh, positif maupun negatif. Seluruh problematika dalam kehidupan rumah tangga selalu ada andil dan kontribusi dari kedua belah pihak, suami dan isteri. Maka, jika menghendaki memiliki suami ideal, para isteri harus membantu suaminya untuk selalu berproses menuju kondisi ideal.

Berikan kepercayaan kepada suami, agar ia memiliki perasaan nyaman karena mendapat kepercayaan dari isteri. Hindarkan bentuk kalimat negatif untuk menyampaikan keinginan karena akan berpotensi menyebabkan suami merasa diadili dan dihakimi. Gunakan kalimat positif untuk mendorong suami agar selalu berproses menuju kebaikan.

“Aku benci sekali penampilanmu yang tidak pernah rapi”, ini adalah contoh kalimat negatif, yang dimaksudkan isteri untuk membuat suaminya tampil lebih rapi. Namun bentuk kalimat negatif seperti ini sejak awal sudah membuat barier, suasana yang tidak nyaman pada diri suami, karena merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya.

“Aku bangga sekali menjadi isterimu. Engkau suami yang ganteng dan selalu bekerja keras demi keluarga. Namun akan lebih ganteng jika engkau lebih memperhatikan kerapian penampilanmu. Sedikit saja, engkau cuma perlu lebih rapi dalam berpakaian,” ini adalah contoh kalimat positif yang lebih terasa nyaman pada hati suami. Sama-sama ingin mengubah penampilan suami, penggunaan kalimat positif lebih efektif daripada kalimat negatif.

Itulah diantara cara membantu suami untuk berproses menjadi ideal. Dia tidak akan bisa menjadi ideal dengan sendirinya, namun perlu proses bersama. Saling melengkapi, saling menguatkan, saling mengisi, saling memberi, saling menasihati, saling menjaga, saling memahami proses yang tengah terjadi.

Nah, anda bisa mendapatkan sosok suami ideal dari proses dan usaha yang anda lakukan bersama pasangan. Seiring sejalan, saling menguatkan proses dan usaha yang tengah dilakukan, untuk menuju kondisi ideal.

Selamat pagi, selamat beraktivitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun