Memasak itu bukan hal sederhana, karena memerlukan upaya, tenaga, waktu dan sentuhan perasaan. Prakteknya, di rumah tangga kita berbeda-beda “tukang masaknya”. Ada istri yang melakukannya sendiri, ada yang membayar pembantu untuk memasak, ada yang dikerjakan oleh siapapun dari suami atau istri yang sempat dan ingin. Siapapun yang memasak, hendaklah kita tidak meributkan soal bentuk dan cita rasa masakan.
“Harga garam lagi murah ya Dik? Kok asin banget nih masakannya...”
“Buku resepnya hilang ya? Ini maksudnya sayur apa? Gak jelas banget deh...”
“Kalau menyajikan masakan tolong dikasih label ya Dek, biar jelas ini masakan apa...”
“Kalau masak saja tidak becus, lalu sebagai istri apa yang kamu bisa lakukan?”
Jangan Mencela Makanan
Salah satu etika yang diajarkan Kanjeng Nabi Saw adalah tidak mencela makanan, siapapun yang memasaknya. Jika sudah dihidangkan makanan, santap saja. Jika tidak suka, tinggalkan saja tanpa mencela. Sebuah riwayat memberikan penjelasan tentang hal ini :
“Rasulullah saw tidak pernah sekalipun menghina makanan. Jika beliau suka, beliau akan memakannya, dan jika beliau tidak suka, beliau akan meninggalkannya (tanpa mencela)”. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Larangan mencela makanan ini terkandung maksud yang luar biasa dalamnya. Pertama, mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa semua makanan adalah nikmat serta karunia dari Allah. Tidak layak kita mencela suatu nikmat dan karunia Allah. Kewajiban kita justru harus mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada kita, bukan mencelanya. Jika kita pandai bersyukur, pasti Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita.
Kedua, mengakui dan menyadari sepenuhnya bahwa kehadiran makanan di rumah kita ada prosesnya, bukan tiba-tiba. Satu jenis sayur yang terhidang di meja makan rumah kita, terdiri dari suatu rangkaian proses. Dimulai dari membeli bahan ke pasar, warung, toko atau supermarket. Kemudian menyiapkan bahan-bahan, mencuci, memasak, dan menghidangkan. Masih ditambah lagi, membersihkan semua kotoran yang muncul selama proses memasak.
Kalaupun makanan itu hasil membeli, itu juga terdiri dari serangkaian proses. Berjalan menuju warung, antri, membeli, lalu pulang dan menghidangkan. Tetap saja memerlukan tenaga, waktu dan kemauan.