Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teladan Apa yang Kita Berikan kepada Anak?

29 Desember 2014   14:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:15 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1419814385448474679

[caption id="attachment_386912" align="aligncenter" width="498" caption="ilustrasi : www.ladylike.hr"][/caption]

Para pakar pendidikan anak sejak zaman dulu telah sering mengingatkan bahwa perbuatan orang tua jauh lebih berkesan pada anak dibanding isi kata-katanya, Apapun perbuatan orang tua, baik maupun buruk, semua akan dijadikan model dan inspirasi dalam kehidupan anak-anak. Sedangkan kalimat nasihat dan kata-kata petuah orang tua hanya akan menjadi ingatan apabila anak melihat hal itu bersesuaian dengan perbuatan orang tua.

Maka setelah memiliki anak, orang tua harus sadar sepenuhnya bahwa semua perilakunya akan menjadi inspirasi bagi anak-anaknya. Bahkan orang tua tidak bisa berpesan kepada ank-anaknya agar memilah dan memilih sendiri mana perbuatan orang tuanya yang layak dan tidak layak untuk ditiru.

“Nak, ikutilah perbuatan baik yang bapak dan ibu lakukan. Jangan contoh perbuatan buruk yang bapak dan ibu lakukan”. Kalimat ini justru membingungkan dan membuat bias pada anak-anak. Bagi anak, orang tua adalah model, sumber inspirasi, dan sumber motivasi. Orang tua harus sadar sepenuhnya bahwa anak-anak mengidolakan mereka.

Kenapa Kamu Melakukan Nak?

Dani, pelajar kelas 2 sebuah SMA favorit, dipanggil guru BP, karena ketahuan merokok di sekolah. Guru BP mengingatkan Dani bahwa ada peraturan di sekolah yang melarang anak-anak merokok. Guru BP juga mengingatkan bahaya rokok bagi kesehatan, dan bahaya rokok sebagai pintu masuknya narkoba.

“Kenapa kamu melakukannya Nak?”, tanya guru BP dengan lembut.

“Karena ayahku juga melakukannya”, jawab Dani.

Di hari lainnya, guru BP meminta kedua orang tua Dani untuk hadir di sekolah, guna diajak membicarakan perkembangan Dani. Ayah dan Ibu Dani pun hadir memenuhi undangan tersebut. Setelah satu jam berbincang dengan guru BP, akhirnya guru meminta kepada Ayah dan Ibu Dani agar selalu memantau dan mengingatkan Dani untuk tidak merokok.

Sesampai di rumah, Ayah dan Ibu Dani kembali berdiskusi soal siapa yang harus mengingatkan Dani. “Ibu saja yang berbicara dan mengingatkan Dani. Aku tidak sanggup”, ujar Ayah Dani.

“Seharusnya Ayah yang berbicara kepada Dani. Ia anak laki-laki, harus dekat kepada ayahnya”, jawab Ibu Dani.

“Bagaimana aku melarang Dani merokok, sedangkan aku merokok?” kata Ayah.

“Makanya ayah harus berhenti merokok”, jawab Ibu.

Apakah Ayah Gila?

Ukasyah masih sekolah di TK kelas B. Setiap pagi ia berangkat sekolah diantar Ayahnya dengan naik motor. Pagi itu Ukasyah terlambat bangun, sehingga Ayah mengantar ke sekolah dengan tergesa-gesa.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba Ukasyah bertanya, "Ayah, apakah orang gila itu tidak mau mengikuti aturan?" tanya Ukasyah. Ia melihat ada orang gila tengah tiduran di pinggir jalan.

"Tentu saja Nak. Orang gila tidak mengikuti aturan", jawab Ayah.

Sesungguhnya Ayah tidak mengerti maksud pertanyaan Ukasyah tersebut. Hingga saat tiba di sekolah, sembari turun dari motor Ukasyah kembali bertanya, "Tapi kenapa Ayah tidak mengikuti aturan lampu lalu lintas? Tadi kan lampu merah, kenapa Ayah melanggarnya?"

Bagai tersengat lebah perasaan Ayah Ukasyah mendengar pertanyaan tersebut. Ia tidak sadar, karena tergesa-gesa mengantar Ukasyah sekolah agar tidak terlambat, ternyata beberapa kali melanggar lampu lalu lintas.

"Astaghfirullah, Ayah tergesa-gesa Nak. Makanya besok pagi bangun awal Nak ya. Agar kita tidak perlu tergesa-gesa", jawab Ayah.

"Apa kalau tergesa-gesa kita boleh melanggar lampu lalu lintas, Ayah?" tanya Ukasyah lagi.

"Tidak boleh, sayang.... Sudah cepat sana masuk kelas... Nanti kamu terlambat...." jawab Ayah.

Aduuuuh... Susah kan ngejawabnya....

Hal apapun yang kita lakukan setiap hari, selalu menjadi contoh teladan bagi anak-anak. Benar ataupun salah. Baik ataupun buruk. Maka berhati-hatilah....

Ngebut Itu Asyik

Tika, murid kelas satu SD, ditanya oleh ibu guru apa cita-citanya kelak kalau sudah dewasa. Dengan sangat mantap, Tika menjawab, “Ingin menjadi pembalap Bu Guru”. Ibu guru cukup terkejut, mengingat hal itu adalah cita-cita yang sangat langka, apalagi untuk anak perempuan.

“Mengapa ingin jadi pembalap, Tika?” tanya Bu Guru.

“Karena ngebut itu asyik Bu Guru...” jawab Tika lugu.

Sore hari saat Ibu menjemput Tika di sekolah, Bu Guru menyempatkan berdialog dengan Ibu Tika tentang cita-cita pembalap tersebut.

Terkejutlah Ibu Tika mendengar cerita tersebut.

“Masyaallah. Itu karena selama ini saya mengantarkan Tika selalu dalam kondisi tergesa-gesa. Setiap hari anaknya susah dibangunkan pagi-pagi. Padahal saya harus masuk kerja jam 07.30, jadinya saya selalu ngebut saat ngantar Tika ke sekolah, agar dia dan saya tidak terlambat”, ujar Ibu Tika.

Peristiwa setiap pagi diajak ngebut naik motor ke sekolah, ternyata sangat dinikmati oleh Tika. Sampai ia bercita-cita ingin menjadi pembalap, karena “ngebut itu asyik”. Nah kan....

Imam Ngebut

Kevin, murid kelas 3 sebuah SD, diminta menjadi imam shalat Duhur di kelasnya. Ini rutin dilakukan di sekolah Kevin, untuk melatih murid-murid menjadi imam sholat. Ketika Kevin memimpin shalat teman-temannya, Pak Guru melihat Kevin melakukannya dengan sangat cepat.

“Kevin, kalau menjadi imam shalat itu harus khusyu’. Shalatlah dengan tenang, jangan tergesa-gesa seperti sedang dikejar anjing”, kata Pak Guru setelah anak-anak selesai shalat.

“Tapi Pak Guru, kalau di rumah, Ayah Kevin shalatnya lebih cepat dari aku tadi”, jawab Kevin.

Anak-anak pun tertawa dengan riuh rendah mendengar jawaban Kevin. Pak Guru pun tidak bisa menahan rasa geli sehingga ikut tertawa lepas bersama anak-anak.

Apapun yang dilakukan oleh orang tua, sangat berkesan di hati anak-anak. Lebih dari kata-kata nasihat mereka. Maka berhati-hatilah, karena apapun perbuatan anda selalu menjadi inspirasi bagi anak-anak anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun