Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Istri Terlalu Salihah, Adakah?

23 Januari 2015   13:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:32 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_392735" align="aligncenter" width="320" caption="ilustrasi : www.modestmuse.co.za"][/caption]

Beberapa waktu terakhir saya tengah menulis artikel bersambung di Kompasiana tentang karakter istri salihah.  Tentu saja harapannya agar para istri dan calon istri bisa menjadi salihah, karena itu pasti akan menyenangkan sang suami. Namun ternyata ada suami yang justru tidak nyaman karena menganggap istrinya "terlalu salihah".

Seorang suami curhat tentang hasrat roman dan dorongan seksualnya yang sering terbendung, karena sikap sang istri "terlalu salihah". Ia merasa sang istri sudah tidak memerlukan bersenang-senang dengannya lagi, karena keasyikan dan ketekunan membaca Al Qur'an telah membuat istri terpenuhi semua kebutuhan mental dan spiritualnya. Tidak lagi memerlukan kesenangan badan. Terus terang, saya sangat heran dengan pernyataannya.

"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya saya.

"Di malam hari saat saya ingin sayang-sayangan dengan istri di ranjang, begitu masuk kamar saya menjumpai dia tengah membaca Al Qur'an sambil tiduran. Saya tidak mau mengganggunya. Namun akhirnya saya menjadi tertidur...." jawabnya.

"Besok paginya sehabis shalat Subuh berharap bisa berhubungan badan dengan istri, saat saya pulang dari masjid ia pun sudah kembali khusyu' membaca Al Qur'an di atas ranjang. Saya juga tidak mau mengganggunya. Hingga akhirnya hari sudah semakin siang saat saya dan istri harus bersiap mengerjakan aktivitas lainnya. Kejadian seperti itu hampir setiap hari saya jumpai ..."

"Sepertinya istri saya sudah tidak memerlukan bersenang-senang lagi dengan saya. Ia terlalu salihah, sehingga dimana-mana selalu mengaji Al Qur'an, bahkan di ranjangpun membawa Al Qur'an tablet untuk dibaca", ungkapnya lagi.

Melayani Suami Adalah Ibadah

Benarkah ia istri yang "terlalu salihah"? Menjadi "terlalu salihah" karena dimana-mana selalu membaca Al Qur'an sampai tidak lagi peduli dengan kondisi suami?

"Tidak. Itu bukan terlalu salihah, walaupun banyak membaca Al Qur'an. Itu bahkan sikap yang salah sebagai seorang istri", jawab saya.

"Kalau memang ia istri salihah, ia pasti berkhidmat untuk menyenangkan suami. Ia sangat peduli dengan kesenangan dan kenyamanan suami", lanjut saya.

Ya. Perhatikan bagaimana tuntunan agama agar istri selalu berusaha melayani suami. Sedemikian kuat arahan agar istri berkhidmat untuk suami, sampai ketika istri ingin melaksanakan puasa sunnah pun, harus mendapatkan izin suaminya. Sabda Nabi Saw, “Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminya” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Puasa sunnah adalah ibadah yang utama dan mulia, namun ketika suami tengah di rumah, istri harus lebih mengutamakan melayani suami. Suami berhak bersenang-senang dengan  istri, oleh karena itu agama mengarahkan istri agar meminta izin kepada suami saat akan melaksanakan puasa sunnah, saat suami berada di rumah. Jika suami tidak di rumah, maka tidak ada keharusan meminta izin saat istri melaksanakan puasa sunnah.

Demikian pula dengan ibadah membaca Al Qur'an. Aktivitas membaca Al Qur'an adalah sebuah ibadah yang bisa dilakukan kapan saja. Tidak ada batasan waktu tertentu. Oleh karena itu, kalau memang is istri salihah, harus pandai mengatur jadwal dan mengelola waktu. Harus bisa melihat situasi dan kondisi, terutama ketika tengah ada suami di rumah. Jika suami tengah bepoergian, istri bisa menghabiskan waktu hanya untuk membaca Al Qur'an dan ibadah lainnya. Namun ketika suami tengah di rumah, berkhidmat untuk suami adalah ibadah yang sangat besar nilainya.

Sedemikian besar nilai ibadah dalam melayani suami, sampai Nabi Saw bersabda:

“Perhatikanlah selalu bagaimana hubunganmu dengan suamimu, karena ia adalah surgamu dan nerakamu” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ath Thabrani).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun