[caption id="attachment_394486" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)"][/caption]
Sudah diketahui sejak zaman awal kehidupan manusia, bahwa peran perempuan adalah hamil, melahirkan dan menyusui bayi. Ibu adalah pelahir generasi baru, di mana tugas ini menjadi sangat istimewa dan sekaligus berat bagi kaum perempuan. Karena mulia dan beratnya tugas ini, maka ajaran agama memberikan jaminan yang juga istimewa bagi para ibu yang bersedia hamil serta melahirkan anak. Misalnya, jika terjadi resiko kematian akibat melahirkan, maka pahalanya dianggap sebagai orang yang mati syahid.
Nabi Saw telah bersabda:
“Perempuan yang meninggal karena melahirkan anaknya, anaknya menariknya dengan tali pusar untuk masuk ke surga" (H.R. Ahmad).
Dalam riwayat yang lain disebutkan:
“Perempuan yang mati ketika melahirkan adalah syahid" (H.R. An-Nasai).
Fenomena Perempuan Modern
Sayangnya, pada kehidupan zaman modern saat ini, banyak dijumpai perempuan yang enggan hamil, melahirkan dan menyusui bayi. Ada sangat banyak alasan mengapa perempuan modern enggan hamil, melahirkan dan menyusui bayi. Salah satunya adalah alasan beban ekonomi. Ini bukan saja terjadi pada keluarga miskin atau keluarga tidak mampu, namun alasan ekonomi juga bisa menimpa keluarga yang relatif mapan. Persoalannya adalah gaya kehidupan modern yang menuntut untuk dipenuhi.
Kehidupan yang semakin berat membuat banyak perempuan modern bekerja, dan bahkan memilih tetap masuk kerja walaupun mendapat kesempatan cuti hamil dan menyusui. Dilansir oleh independent.co.uk, dari penelitian yang dilakukan oleh The National Childbirth Trust, sekitar 43% ibu hamil yang mengambil cuti setelah melahirkan, memutuskan segera masuk kerja lebih awal dari yang dijadwalkan. Sedangkan 47% mengungkapkan kekhawatiran mereka atas pekerjaan mereka di kantor saat ditinggalkan.
Di Inggris, cuti hamil yang diberikan adalah 52 minggu. Hingga minggu ke-39, para ibu yang mengambil cuti hamil ini masih tetap mendapat gaji dari perusahaan. Namun hal ini tak membuat para ibu mengambil penuh kesempatan tersebut. Rata-rata ibu hamil di Inggris mengambil cuti hanya 2 minggu sebelum jadwal melahirkan. Ini menyangkut gaya hidup modern yang menuntut mereka bekerja keras untuk memenuhinya.
Alasan lain yang membuat perempuan enggan hamil, melahirkan dan menyusui adalah perubahan bentuk tubuh. Urusan bentuk tubuh menjadi sesuatu yang sangat dipedulikan perempuan modern. Banyak di antara mereka yang takut kegemukan atau bertambah berat badannya, atau kehilangan keindahan lekuk tubuhnya setelah melahirkan dan saat menyusui bayi.
Sebuah survei yang dikutip laman health.kompas.com pada bulan Desember 2014 lalu menunjukkan, sekitar 75% perempuan merasa berat badannya meningkat setelah melahirkan. Survei yang dilakukan terhadap 774 wanita dari kelompok menengah ke bawah di AS itu menemukan, sepertiga wanita yang sebelum hamil memiliki berat badan normal berubah menjadi kegemukan atau obesitas setahun setelah melahirkan.
Secara umum, perempuan yang memiliki postur tubuh kecil mengalami kenaikan berat badan ekstra hingga mencapai lebih dari 9 kg. Sementara itu sekitar 47% perempuan berat badannya naik 5 kg setelah melahirkan. Para ahli menilai, kegemukan yang terjadi seusai melahirkan bisa disebabkan karena pola makan yang tidak terkendali. Hal ini kerap tidak disadari ibu hamil karena mereka beranggapan saat hamil "makan untuk berdua". Ibu hamil sebenarnya cukup menambah sekitar 300-400 kalori jika mereka mengandung bayi tunggal. Walau ibu hamil tidak disarankan untuk membatasi pola makannya, namun pemilihan pola makan yang lebih sehat seharusnya diperhatikan.
Menyusui juga dianggap merusak keindahan bentuk tubuh. Menurut catatan webmd.com, ada beberapa alasan para ibu tidak mau menyusui bayinya. Di antara alasan itu adalah karena tampilan fisik. Beberapa perempuan tidak mau menyusui karena takut kehilangan keindahan bentuk tubuhnya. Sebuah alasan yang sangat naif, karena lebih mementingkan bentuk tubuh ketimbang kualitas kesehatan dan kecerdasan anak.
[caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="ilustrasi : www.republika.co.id"]
Takut Sindrom Baby Blues
Di antara alasan enggan melahirkan anak adalah takut terkena sindrom baby blues. Konon banyak bintang film dan artis dunia yang mengalami sindrom baby blues ini. Brooke Shields, Sadie Frost, Elle McPherson, dan Kate Winslet mengaku mengalami sindrom baby blues. Hasil penelitian yang dilakukan di Jakarta oleh dr. Irawati Sp.Kj menunjukkan 25% dari 580 ibu yang menjadi respodennya mengalami sindrom baby blues.
Sindrom baby blues adalah gangguan emosi ringan yang terjadi dalam kurun waktu 2 minggu setelah ibu melahirkan. Ada pula yang menyebutnya dengan istilah maternity blues atau post partum blues. Sesuai dengan istilahnya – blues – yang berarti keadaan tertekan, sindroma ini ditandai dengan gejala-gejala gangguan emosi seperti sering menangis atau mudah bersikap uring-uringan. Munculnya berbagai gejala ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah ketidaksiapan ibu menghadapi kelahiran bayinya.
Penelitian dr. irawati tersebut juga menemukan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal cenderung 3,64 kali berpeluang lebih besar mengalami sindrom baby blues dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal.
Sindrom baby blues juga sangat mungkin terjadi oleh para ibu yang pernah mengalami trauma melahirkan atau mengalami kejadian yang sangat menyedihkan selama mengandung. Brooke Shields, misalnya, kehilangan ayahnya saat sedang mengandung. Ibu yang mengalami depresi saat mengandung, atau pernah mengalami depresi sebelumnya lebih harus mendapatkan perhatian khusus karena memiliki peluang besar untuk mengalami sindrom baby blues.
Selain dipicu oleh faktor-faktor yang sifatnya kejiwaan, perubahan hormon turut mempengaruhi kestabilan emosi. Selama hamil, hormon estrogen dan progresteron akan mengalami peningkatan. Hormon-hormon ini akan menurun tajam dalam tempo 72 jam setelah melahirkan. Bisa dibayangkan apa yang terjadi kalau kondisi hormon yang sudah stabil selama 9 bulan mendadak berubah drastis.
Ikhlas Mengandung, Melahirkan dan Menyusui Anak
Di antara karakter istri salihah adalah rela mengandung, melahirkan dan menyusui anak, sebagai bagian dari kewajiban peradaban. Peran ini tidak bisa digantikan oleh kaum lelaki. Hanya kaum perempuan yang bisa melakukannya dengan sempurna. Oleh karena itu, para istri harus menyiapkan diri dengan optimal, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun intelektual. Kesiapan para istri dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran bayi akan sangat menentukan kelancaran pelaksanaan tugas dan peran tersebut.
Berbagai kekhawatiran dan ketakutan perempuan modern dalam melaksanakan tugas melahirkan dan menyusui anak tersebut tidak beralasan. Jika perempuan menolak melahirkan, maka generasi kemanusiaan akan punah dan tidak ada lagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Mengandung, melahirkan dan menyusui adalah tugas peradaban yang sangat mulia dan sangat besar kontribusinya dalam mewujudkan peradaban kemanusiaan. Tidak bisa dipungkiri, ASI adalah nutrisi paling sehat dan alami bagi bayi. Ini menandakan urgensi kaum perempuan dalam mengurus sendiri bayinya, bersama sang suami.
Sebagai contoh, kekhawatiran akan kehilangan keindahan bentuk tubuh, ini sesuatu yang tidak beralasan. Menurut teori kesehatan, menyusui justru bisa membantu mengembalikan bentuk badan ibu dan mencegah obesitas. Menyusui membantu tubuh untuk pulih lebih cepat setelah proses melahirkan. Homon-hormon yang dikeluarkan tubuh ibu setiap kali menyusui akan membantu membugarkan kembali otot-otot tubuh.
Selain itu, ibu akan mengalami penurunan berat badan yang lebih cepat jika ibu menyusui. Karena menyusui menggunakan cadangan lemak yang tersimpan selama hamil. Pada sebuah kajian, perempuan yang menyusui selama paling sedikit enam bulan mengalami penurunan rata-rata 4 kg lebih banyak dalam tahun pertama kehidupan dibandingkan perempuan yang tidak menyusui.
Menyusui juga mampu membantu ibu relaks dan merasa tenang, karena begitu air susu mulai mengalir, hormon-hormon dalam tubuh ibu juga mulai mengalir. Hormon-hormon tersebut membantu ibu untuk relaks dan menikmati proses menyusui. Menyusui juga menjalin bounding antara ibu dan bayi. Banyak perempuan yang merasakan kenikmatan dan kenyamanan saat menyusui. Ini karena perasaan yang terjalin dengan sangat kuat antara ibu dengan anak. Bahkan banyak perempuan yang merasa bangga dan percaya diri ketika melihat bayinya tumbuh kuat dan sehat hanya dengan meminum air susunya.
Menyusui Bayi Adalah Pendidikan bagi Sang Bayi
Mendidik anak, dimulai sejak sebelum kelahirannya. Saat dalam kandungan, sang ibu dan ayah sudah mengalirkan kasih sayang kepada janinnya. Saat menyusui, juga merupakan peristiwa penyaluran kasih sayang dan bagian utuh dari proses pendidikan bagi mereka. Pada tahun 1990, dilakukan sebuah survey tentang pemberian makan kepada bayi di Inggris oleh Social Survey of the Office of population Censuses and Surveys. Para ibu ditanya tentang cara yang mereka pilih untuk memberi makan bayinya serta alasannya.
Hasilnya, sejumlah 75% perempuan yang disusui ibunya, memilih menyusui bayi mereka. Sekitar 70% perempuan yang disusui ibunya dan diberi susu botol, juga memilih untuk menyusui bayi mereka. Sebaliknya, hanya 48% dari perempuan yang dulunya hanya diberi susu botol yang memutuskan untuk menyusui. Sebanyak 74% perempuan yang masih menyusui pada minggu keenam adalah perempuan yang dulunya disusui ibunya.
Ternyata dengan menyusui bayi, akan memberikan dampak sampai bayi itu dewasa dan memiliki anak. Ini adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh ibu dan ayah, agar selalu memberikan perhatian dan prioritas dalam mengurus anak-anak. Sejak sebelum kelahiran, hingga di masa-masa pertumbuhan anak.
Bahan Bacaan :
https://parentingislami.wordpress.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H