Mohon tunggu...
Budi
Budi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Visual storyteller

Freelancer dan trainer produksi audio visual

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yogyakarta Berhenti Nyaman

12 Januari 2015   20:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:18 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta Berhati Berhenti Nyaman

Yogyakarta adalah kota dengan sejuta kenangan dan kerinduan, mungkin demikian yang ada dalam benak mereka yang pernah berkunjung atau mungkin tinggal untuk waktu yang lebih lama. Banyak pelajar dan mahasiswa yang tiap tahunnya berduyun-duyun mendatangi kota ini, untuk sekedar berlibur atau mungkin lebih banyak yang mendatangi kota Yogyakarta untuk satu tujuan, yaitu menempuh pendidikan, baik setingkat sekolah menengah ataupun perguruan tinggi yang banyak tersebar di kota yang memiliki luas sekitar 3.185,80 km2, di mana tentu saja kualitas pendidikan di kota Yogyakarta tidak perlu diragukan lagi, sesuai dengan predikat Kota Yogyakarta yaitu sebagai Kota Pelajar selain dikenal juga sebagai kota tujuan wisata kedua setelah Pulau Bali. Dari semenjak masa pra-kemerdekaan, Yogyakarta sudah dikenal cukup luas sebagai ibukota negara selain Jakarta ataupun Bukit Tinggi di Pulau Sumatra. Arus wisatawan domestik maupun mancanegara yang mengunjungi kota Yogyakarta dari tahun ke tahun semakin meningkat tajam. Dinas Pariwisata (Dispar) Daerah Istimewa Yogyakarta mengungkapkan seperti yang dikutip dari Kedaulatan Rakyat.com yang diunggah pada tanggal 18 Desember 2013, bahwa kunjungan wisatawan tahun 2013 ini telah mencapai 2juta orang. Hal itu tidak terlepas dari peningkatan kunjungan wisatawan domestik tahun 2013 ini yang meningkat hingga 15 persen. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya tahun 2012 yang mencapai 1.881.011 orang. Dengan target tersebut Dispar DIY menargetkan akan mampu mendapat pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata sekitar Rp 98,70 milyar pada tahun 2013, target PAD tersebut juga meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 89,73 milyar. Dengan peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta yang cukup besar tersebut tentu saja akan berdampak pada saat puncak kunjungan wisatawan, yaitu saat liburan panjang atau biasa dikenal dengan Long Weekend ataupun saat liburan sekolah. Hal ini tampak dengan jumlah titik-titk kemacetan diu jalanan Kota Yogyakarta yang melebihi dari hari biasa. Di mana saat hari biasa konsentrasi kemacetan hanya terjadi di wilayah jalanan tertentu dan jam-jam tertentu saja, tetapi saat liburan tiba, hampir semua jalanan di Kota Yogyakarta terjadi kemacetan. Apalagi akses jalan menuju lokasi wisata dapat dipastikan mengalami kemacetan ekstra panjang.

Kalau kita melakukan perjalanan keliling Kota Yogyakarta pada hari biasa, akan banyak kita temui perilaku masyarakatnya dalam memarkir kendaraannya, baik roda dua maupun roda empat. Mengapa hal ini patut menjadi perhatian kita? Coba anda perhatikan saja perkembangan jalanan yang ada di Kota Yogyakarta tiap tahunnya tidak mengalami penambahan luas ataupun dibukanya jalur jalan baru, dimana penambahan beban dari semakin bertambahnya jumlah kendaraan yang melintasinya. Tentu saja hal tersebut tidak sebanding, semisalnya saja penambahan volume jumlah kendaraan yang digunakan oleh para pelajar ataupun mahasiswa yang datang ke Yogyakarta tiap tahunnya dapat juga dipastikan selalu mengalami peningkatan, mungkin itu baru dari kendaraan roda dua, belum lagi kendaraan roda empat yang semakin hari semakin memenuhi jalanan Kota Yogyakarta. Mudahnya masyarakat untuk melakukan transaksi pembelian kendaraan melalu leasing yang menyediakan uang muka yang rendah dan persyaratan administrasi yang begitu mudah, tentu saja hal ini juga semakin menambah padat jumlah volume kendaraan yang melintas di jalanan Kota Yogyakarta.

Akhir-akhir ini perkembangan wisata Kota Yogyakarta juga mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam lima tahun belakangan ini. Jumlah hotel yang bertebarab di Kota Yogyakarta juga mengalami peningkatan jumlahnya, tentu saja hal ini akan semakin memberikan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta untuk dapat lebih lama waktu tinggalnya di Kota Yogyakarta. Pernah pada satu waktu saat musim liburan, tingkat hunian hotel di Yogyakarta sampai tidak ada kamar yang kosong, semua penuh. Dapat dibayangkan betapa padatnya Yogyakarta saat liburan. Mungkin hal ini akan lain faktanya jika mereka yang berkunjung ke Yogyakarta tidak menggunakan kendaraan pribadi. Tapi saat kita perhatikan plat mobil yang melintas di jalanan Kota Yogyakarta saat liburan kebanyakan bukan plat kendaraan Yogyakarta. Hampir semua didominasi plat kendaraan luar kota, baik motor maupun mobil yang menambah macet jalanan Kota Yogyakarta. Dan satu hal lagi yang patut mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Yogyakarta tentang lahan parkir yang disediakan oleh hotel-hotel yang menjamur jumlahnya belakangan ini. Kenapa? Lahan parkir yang disediakan untuk kendaraan tamu hotel seringkali kurang luasnya, sehingga sering dapat kita jumpai saat peak season liburan, banyak kendaraan tamu hotel yang di parkir di pinggir jalan maupun memanfaatkan lahan trotoar, seperti yang banyak ditemui di seputaran Jalan Gejayan, dimana saat puncak hari libur, lahan parkir tidak dapat menampung jumlah kendaraan tamu. Dengan banyaknya kendaraan yang di parkir di pinggir jalan dan memenuhi bahu jalan, tentu saja hal ini berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas kendaraan yang melintasi jalan tersebut, dan seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Selain luas jalan yang tidak mengalami penambahan, tiap tahunnya jumlah kerusakan atau jalan berlobang yang semakin banyak ditemui di jalanan kota Yogyakarta. Hal ini terjadi sering karena proyek penggalian jalan yang mana saat mengembalikan galian yang terdapat di jalan tidak kembali seperti sedia kala, seringkali asal-asalan. Sehingga baru kena air hujan sekali atau dua kali sudah rusak dan meninggalkan lobang yang tentu saja dapat membahayakan kendaraan yang melintas. Kemudian juga perawatan jalanan seakan tidak terlalu diperhatikan, seringkali jalanan yang rusak lama tidak segera diperbaiki sehingga akan semakin luas dan semakin besar beaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki jalan tersebut.

Dinas Tata Kota Yogyakarta sepertinya belum bekerja secara maksimal, dimana selain penyediaan lahan parkir untuk kendaraan tamu hotel yang kurang, ada satu hal lagi yang kurang diperhatiakan, misalnya lahan parkir yang harusnya disediakan oleh warga yang mendirikan bangunan atau tempat jualan yang terletak dipinggir jalan. Seharusnya warga menyediakan juga tempat parkir untuk kendaraan yang berbelanja di toko mereka. Namun seringkali bangunan yang didirikan sebagai tempat usaha tersebut memakan habis ruang publik, semisalnya saja trotoar. Hal ini tentu saja dapat membahayakan orang yang berjalan di trotoar karena mereka terpaksa berjalan di bahu jalan karena trotoar yang seharusnya disediakan untuk mereka berjalan, fungsinya sudah beralih menjadi tempat parkir atau tempat usaha dan tentu saja hal ini setidaknya juga memberikan andil untuk menciptakan kemacetan.. Seharusnya Dinas Tata Kota melakukan pengecekan ke lapangan untuk melihat fakta-fakta yang ditemui dan membuat kebijakan yang berpihak kepada pengguna jalan.

Selain jumlah kendaraan yang dipakai oleh masyarakat Kota Yogyakarta maupun para wisatawan, jumlah transportasi publik pun yang terdapat di Kota Yogyakarta juga kurang jumlahnya. Sehingga jumalah masyarakat yang memakai moda transportasi publik kurang begitu banyak menarik minat masyarakat untuk memakainya. Kebanyakan mereka lebih memilih naik kendaraan bermotor pribadi yang lebih praktis dan cepat. Selain jumlah kendaraan untuk moda transportasi publik yang kurang jumlahnya, perawatan untuk kenyamanan penumpang yang menggunakan moda transportasi tersebut juga kurang diperhatikan. Kita ambil contoh bis Trans Jogja, banyak kendaraan yang sudah mulai rusak, baik dari  air conditioning yang sudah mulai rusak, maupun pintu bis yang sudah tidak dapat ditutup secara sempurna, tentu hal ini bisa membahayakan pemakai kendaraan tersebut. Selain kerusakan yang telah disebutkan di atas, banayk armada bis tersebut yang sudah mengeluarkan asap tebal. Hal ini tentu sangat mengganggu pengguna jalan lainnya. Sudah jalanan macet dan penuh sesak, masih saja kena semprot asap knalpot dari bis yang ikut antri melintas di kemacetan.

Ada banyak hal yang semestinya menjadi perhatian dari Pemerintah Kota maupun Provinsi untuk ikut memikirkan mencari jalan keluar mengatasi kemacetan yang terjadi. Sekitar 10 atau 15 tahun yang lalu mungkin masih dapat kita temui lalu lalang sepeda di jalanan Kota Yogyakarta, sehingga Yogyakarta juga dikenal sebagai kota sepeda. Tetapi saat ini kenyataan tersebut telah berganti dengan semakin sedikitnya jumlah pengendara sepeda yang ada. Sempat beberapa waktu yang lalu ada program Segosegawe dari Pemerintah Kota Yogyakarta, dimana naik sepeda menjadi program untuk mengurangi kemacetan dan mengurangi polusi udara yang ada di Yogyakarta. Namun saat ini gaung Segosegawe sudah mulai menghilang dengan semakin penuh sesaknya jalanan Kota Yogyakarta dengan kendaraan bermotor. Yang menjadi keprihatinan kita bersama adalah bagaimana mencari solusi untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Yogyakarta. Selain mungkin melakukan pembatasan jumlah kendaraan bermotor ataupun pemerintah harus melakukan penambahan luas jalan ataupun dibukanya jalur baru untuk akses jalan, tentu saja pilihan tersebut sangat berat. Yang paling memungkinkan adalah merubah mindset dari masyarakat sendiri yaitu dengan mengalihkan mereka agar menggunakan moda transportasi publik. Tapi dengan catatan dilakukan perbaikan dan penambahan jumlah kendaraan yang nantinya bakal dipakai oleh masyarakat. Dengan meningkatnya kesadaraan masyarakat untuk menggunakan sarana transportasi public dan juga mengembalikan kebiasaan masyarakat menggunakan sepeda, hal ini diharapkan kemacetan yang terjadi dapat terselesaikan. Selain adanya peningkatan PAD Yogyakarta, tetapi juga dibarengi dengan peningkatan kenyamanan masyarakat Kota Yogyakarta, sehingga sesuai dengan slogan Yogyakarta Berhati Nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun