Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penangkar Jalak Bali Klaten: Menangkarkan Burung Jalak Bali dengan Otak Kanan

15 Maret 2014   00:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:56 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut saya salah satu aktivitas ekonomi yang cukup menyenangkan adalah menangkar burung. Menangkarkan burung menjadi kegiatan yang menyenangkan karena sejak awal saya memang sudah menyukai burung. Sehingga ketika saya menaikkan level aktivitas dari yang semula sekedar miara burung menjadi menangkarkan burung, kenaikan level ini tidak begitu menguras energy. Karena memang sejak semula saya menyukai aktifitas yang berkaitan dengan burung.

Dalam skala yang lebih luas ternyata memasukkan unsure fun dalam segala aktifitas kita ternya bisa menjadikan kita lebih betah dalam menjalaninya. Kalau dalam bahasanya para kyai “bisa menjadikan kita tetap istiqomah”. Atau dalam bahasa kaum professional; rasa fun bisa membuat kita tetap konsisten dalam menjalani profesi kita.

Saya merasakan sendiri, dimana seharian nunggui kandang bukanlah kerjaan yang melelahkan. Bahkan kadang justru rasa penat, capek, letih, lemah dan lunglai dalam hidup bisa dicairkan dengan dengan bekerja di seputaran kandang. Lebay ya ? Tapi memang begitulah adanya . . .

Mengapa hal itu bisa terjadi ?

Menurut saya setidaknya karena tiga faktor berikut. Pertama karena saya memang menyukai hewan. Yang kedua karena kegiatan penangkaran ini bisa dijadikan kegiatan samben ( bukan profesi utama ) dan ketiga ini terkait dengan gaya berfikir.

perlu saya laporkan kepada pembaca bahwa saya adalah orang yang bertype otak kanan. Dimana soal birokrasi, keteraturan hidup, itungan yang njlimet, serba kepastian dan lain-lain adalah hal yang jauh dari pikiran saya. Orang type otak kanan biasanya yang penting jalan dulu, soal selanjutnya seperti apa itu diselesaikan kemudian. Maka biasanya orang-orang yang bertype otak kanan ini, jarang dihinggapi stress

Berbeda dengan teman saya. Dia seorang kicau mania. Beberapa burung piaraan pernah nangkring dirumahnya. Murai batu, sulingan, trucukan, decu dan kenari merupakan deretan nama burung yang pernah dipiara. Ini berarti dari sisi hobi, dia adalah kicau maniak yang tidak perlu diragukan lagi dedikasinya.

Tapi karena dia bukan orang bertype otak kanan maka kegiatan penangkaran menjadi hal yang cukup ribet buat dirinya.

Perlu saya laporkan kepada pembaca bahwa teman saya ini walaupun Cuma sepasang kenari, sebuknya ukan main.

Suatu kali dia bertanya bagaimana pak kalau tarangan kenari saya buat dari tempat pakan ayam ? Lah kok tempat pakan, piye to ? Tanya saya kepadanya. Iya pak saya lihat di tempatnya teman saya seperti itu, jawabnya. Ooo . .begitu, terserah kamu deh, jawabku.

Di lain waktu dia dia bertanya, pak sebenarnya untuk sarang kenari itu daun cemara atau apa sih pak ? Sarang kenari itu serat nanas saja gampang, bukan daun cemara. La kalau jalak bali sarangnya memang dari daun cemara. Akhirnya dia ganti daun cemara dengan serat nanas. Beberapa hari kemudian dia bertanya lagi, pak sarang kenari saya sudah saya ganti dengan serat nana. Itu ditambahi dengan kapas nggak sih pak ?

Begitulah deretan pertanyaan yang jika saya catat semuanya akan membuat jariku kithing karena capek menulisnya.

pertanyaan-pertanyaan tersebut saya cuplik untuk sekedar memberikan gambaran betapa ribetnya dia dalam mencurahkan waktu tenaga dan fikirannya hanya untuk sepsang kenari miliknya yang tak jua bertelur itu. Bagaimana jika dia memiliki 50 indukan kenari, atau 20 pasang cucuak rawa atau 15 pasang indukan jalak bali ? Mungkin berisiknya sampai tembus kawasan asia pasifik kali ya he he he . . .

itulah arti pentingnya otak kanan. Jika dia melatih diri untuk menjadi orang bertype otak kanan maka keribetan ngurus burung akan sirna dengan sendirinya.

Eh ngomong-ngomong tentang otak kanan ini, ternyata ada fakta menarik tentang Bung Karno. Apaaaa . . .Bung Karno presiden kita yang pertama itu ? Apa hubungannya Bung Karno dengan ternak burung ?

Hubungannya memang tidak ada sih, tapi ini sekedar memberikan wawasan lain bahwa ketika sesuatu dipikir secara enteng (pakai otak kanan) persoalan yang beratpun menjadi enteng. Bahkan ngurusi Negara bisa menjadi hal yang ringan alias enteng bin enak . . .

Mari kita tengah penggalan sejarah di sekitar bulan Agustusa tahun empat puluh lima. Tahun itu ada sejarah apa anak-anaaaakkkk ? Indonesia mereka bu guruuuuuu . . .he he he

Konon sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Hasilnya ? Soekarno dan Mohammad Hatta ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden.

Tahukan anda bahwa sidang penetapan presiden itu pakai otak kanan sehingga jalannya siding jauh dari hingar binger sidangnya DPR masa kini ? Karena menurut catatan sejarah ternyata sidangnya adem ayem. Tidak ada debat sengit dalam sidang di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana saja,

Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007."Nah kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan seorang Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Soekarno?" Soekarno pun menjawab, "Baiklah."

Simple to ? Ini urusan negara lo. Ya ini cirri otak kanan. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI.

Negara baru berumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Soekarno. Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki.

"Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama. Sate ayam 50 tusuk!" ujar Soekarno.

Itulah perintah pertama presiden RI. "Sate ayam 50 tusuk!"

Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai Presiden RI.

Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi Presiden pada Fatmawati, istrinya. Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan. Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal.

"Di malam sebelum bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum tidur. Aku memijitnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau berkata 'Aku memili firasat bahwa tidak lama lagi...dalam waktu dekat...anakku akan tinggal di istana yang besar dan putih itu'. Jadi ini tidak mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah mengungkapkannya," ujar Fatmawati tenang.

Itulah otak kanan, otak yang sangat diperlukan dalam menangani penangkaran jalak bali

lebih detail tentang penangkaran jalak bali dapat anda temukan di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun