Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dari Kandang Burung untuk Dunia

26 Agustus 2014   23:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:28 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir di semua forum perburungan khususnya burung jalak bali yang penulis hadiri, selalu saja menyisakan sesak dalam dada ini. Betapa tidak, karena di mayoritas forum tersebut, baik forum resmi yang di gagas oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam maupun sekedar forum jagongan para penangkar dan kicau mania, semuanya selalu kompak mendendangkan lagu dalam nada yang sama, yaitu nada sendu. Nada sendu yang menyajikan syair-syair kepedihan atas besarnya ancaman kepunahan dari berbagai spesies burung kita. Nada sendu yang membuat hati ini seakan seperti tersayat sembilu.

Bagaimana hati ini tidak akan tersayat, jika negeri di garis katulistiwa yang telah mirip sepotong surga nan indah ini menyimpan ancaman kepunahan terhadap burung-burungnya. Dan parahnya lagi ancaman kepunahan tersebut belum ditangani dengan semestinya. Bahkan peran para penangkar burung sebagai salah satu mata rantai pahlawan penyelamat dari kepunahan tersebut juga tidak mendapat perhatian dari stake holder secara memadai.

Tentu saja hal ini sangat ironis. Ada ancaman kepunahan terhadap burung di satu sisi, namun di sisi lain “pembiaran” terhadap kepunahannya terus berjalan. Dan lebih ironis lagi, upaya penyelamatan yang dilakukan oleh penangkar rakyat seakan dianggap sepi oleh stake holder. Peran penangkar belum di anggap penting. Ini nyata lo.

Padahal jika ditelusuri lebih jauh, upaya para penangkar untuk menyelamatkan burung-burung penting di Indonesia seperti burung jalak bali, jalak putih, jalak suren, cucak rawa, murai batu, kacer dan lain-lain sangatlah gigih. Anda perlu bukti ?

Sesekali mampirlah ke Kabupaten Klaten. Di sana, anda akan mendapatkan bukti atas itu semua. Bahkan dalam kasus jalak bali upaya pengembangbiakan yang dilakukan para penangkar swasta ini jauh lebih berhasil dibandingkan dengan upaya pelestarian yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah seperti di Taman Nasional Bali Barat sekalipun.

Hal ini penulis kemukakan tentu saja bukan untuk mengecilkan peran pemerintah dalam melestarikan burung jalak bali namun untuk sekedar menggugah kesadaran kita bahwa di penangkaran-penangkaran rakyat tersebut perkembangan jalak bali jauh lebih subur. Dari para penangkar yang belajar secara otodidak, membiayai penangkarannya dari kantungnya sendiri yang pas-pasan dan tanpa bantuan pemerintah yang kadang justru mendapatkan hambatan birokratis itu, telah berkembang ratusan burung jalak bali. Tentu saja ini sebuah prestasi yang belum bisa dicapai oleh lembaga pemerintah yang mendapatkan kucuran dana ratusan juta sekalipun.

Itu sekedar contoh ancaman kepunahan terhadap burung jalak bali yang belum bisa ditangani oleh badanpemerintah tapi justru bisa di handle oleh para penangkar rakyat. Namun sekali lagi sayangnya peran penangkar swasta ini masih dianggap sepi, sehingga belum dilirik oleh pemerintah apa lagi untuk dijadikan model bagi upaya pelestariannya. Padahal ancaman terhadap kepunahannya sudah sangat nyata. Mari kita lihat lebih dalam.

Burung Jalak Bali saat pertama kali diidentifikasi pada tahun 1910 diperkirakan jumlahnya antara 300-900 ekor. Namun hampir seratus tahun kemudian tepatnya tahun 2001 jumlah burung nya terjun bebas hingga diperkirakan tinggal 6 ekor saja. Wouw . . . ngeri kan ? Di seluruh dunia keberadaan mereka di alam tinggal 6 ekor saja, karena Jalak Bali identik dengan Indonesia. Itu tahun 2001 yang lalu.

14090451951464358093
14090451951464358093

Terus untuk saat ini, bagaimana populasi mereka ? Saat ini di Taman Nasional Bali Barat  diperkirakan jumlah burung Jalak Bali tersebut tidak lebih dari 10 ekor. Saat ini burung Jalak Bali telah menjadi satwa endemik Bali yang jika tidak dikelola dengan baik dikhawatirkan akan segera punah seperti halnya harimau bali tempo doeloe. Sayang sekali ya . . .Terus apa yang dilakukan oleh pemerintah dan stakeholdernya untuk mengatasi ancaman kepunahan pada burung Jalak Bali ini ?

Untuk menyelamatkan burung Jalak Bali dari kepunahan, sebenarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya penangkaran di beberapa tempat seperti di Taman Nasional Bali Barat, Kebun Binatang Surabaya, Taman Mini Indonesia Indah dan di Taman Safari Indonesia.

Dan pada tingkat global, upaya penangkaran burung Jalak Bali juga dilakukan di di Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Singapura. Syukurlah dunia internasional juga memiliki perhatian yang tinggi terhadap kelestarian burung Jalak Bali ini. Hasilnya ? Lumayan beberapa ekor anak burung jalak bali sudah berhasil mereka hasilkanm namun jika kita mau jujur hasilnya bisa dikatakan masih belum menggembirakan. Ini berarti ancaman terhadap kepunahannya masih terus terjadi sampai hari ini.

140904513370765215
140904513370765215

Hal inilah yang membuat penulis sering tidak bisa mengerti, mengapa peran penangkar rakyat masih belum dilirik oleh pemerintah. Padahal di lapangan mereka sudah berhasil membuktikan prestasinya. Inilah ironi yang yang selalu muncul dalam setiap forum perburungan yang penulis hadiri sebagai mana yang telah disinggung di awal tulisan ini.

Ancaman kepunahan terhadap burung-burung kita dalam skala yang lebih luas tak kalah mengerikannya. Sebuah LSM perburungan pernah merilis data bahwa terdapat 122 jenis burung di Indonesia yang terancam punah dan telah masuk dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) dalam berbagai status. Yaitu 18 jenis berstatus ‘kritis’, 31 jenis ‘genting’, sementara 73 jenis tergolong ‘rentan’. Fakta ini telah menetapkan burung kita dalam status paling terancam punah di dunia.

14090450991082735271
14090450991082735271

Nah dengan status yang demikian ini, sebenarnya kita sudah tidak layak berbangga meski kita memiliki 1.594 jenis burung dari sekitar 10.000-an jenis burung di dunia ini dan menempati ranking ke-5 di dunia. Apa lagi untuk bertepuk tangan sambil berteriak super sekaliii . . . negeriku . . . rasanya sangat tidak layak.

Ketidakpekaan kita terhadap ancaman kepunahan burung ini telah menggerus kebanggaan kita, hingga kebanggan itu terasa hambar. Padahal semestinya kebanggan itu memang benar-benar bisa kita rasakan, sebagaimana nenek moyang kita terdahulu merasakannya. Jaman nenek moyang kita dahulu burung telah menempati relung paling dalam di hati mereka. Pingin bukti ?

14090450461376319657
14090450461376319657

Sesekali datanglah ke candi Borobudur atau Prambanan. Sesuai hasil identifikasi ornitolog berkebangsaan Belanda Steinmann pada 1934, di kedua candi tersebut ditemukan ada 12 jenis burung yang tergambar di sana, seperti relief merak jawa (Pavo muticus) pada Candi Borobudur dan relief kasuari (Casuarius) di Candi Penataran. Namun sayangnya kegiatan identifikasi terhadap burung fakum sampai beberapa tahun setelah kita merdeka. Bahkan sampai tahun 1960an, tidak ada kesempatan untuk belajar dan meneliti burung, sebagaimana pernah disampaikan oleh Soekarja, salah seorang ornitolog (pakar burung) senior kebanggan Indonesia ini ( Antara).

1409044995629398623
1409044995629398623

Baru setelah 1960 pemerintah mulai mengirimkan mahasiswa ke Belanda dan negara-negara lain, dan kini hasilnya dapat dipetik. ”Tulisan ilmiah terkait ornitologi mulai meningkat tajam tahun 1994-2004, dengan 967 penulis,”

Sekarang berbagai fihak telah turun tangan untuk menyelamatkannya,baik pemerintah swasta maupun perorangan (penangkar). Masalah ancaman kepunahan selesai ? Belum! Karena data dari tahun ke tahun menunjukkan keterancaman burung kita justru makin membesar. Tahun 2009 terdapat 117 jenis burung terancam punah di Indonesia, bahkan 17 jenis di antaranya memiliki status kritis.

1409044958992318918
1409044958992318918

Tahun 2010 meningkat menjadi 122 jenis terancam punah, dengan 19 jenis dalam kondisi kritis (Antara News). Jalak putih contohnya, burung endemik Pulau Jawa dan Bali ini kerentanannya meningkat menjadi Kritis (CR/Critically Endangered). Populasi burung ini berkurang 80% dalam kurun 10 tahun terakhir. Begitulah kondisi perburungan kita.

Jika mengingat ancaman ini, rasa perih kembali menghampiri hati ini. Perihnya hati ini hanya bisa sedikit terobati dengan memandang wajah-wajah para penangkar burung dan anak-anak kecil yang meloloh anakan burung di beberapa ruas jalan di Klaten sana. Para penangkar burung jalak suren dan anak-anak buruh loloh burung jalak suren ini sebenarnya mereka tidak tahu apa-apa tentang ancaman kepunahan itu. Yang mengetahui tentang ancama tentang kepunahan burung-burung kita tentulah para cerdik pandai dari kalangan pejabat terkait, kaum cerdik pandai di fakultas-fakultas yang bersinggungan dengan satwa.

1409044919267332472
1409044919267332472

Namun begitu jika kita jujur memandangnya peran orang-orang ang tidak mengerti ini justru lebih nyata kontribusinya bagi penyelamatan burung-burung kita dari ancaman kepunahan tersebut. Oleh karena itu ketika teringat ancman kepunahan burung-burung kita yang terbayang adalah wajah-wajah merekam bukan wajag para pejabat atau kaum ornitolog (pakar burung). Di mata saya mereka inilah para pahlawan yang sesungguhnya. Merekalah penyelamat burung-burung kita dari kepunahan.

Karena tidak dapat menyebutkan seluruhnya, sedikit dari para pahlawan itu bisa saya sebut di sini. Pak Muchtar Djawadi, Mr Yoewana, Kak Saidi, Bapak Sukardi, Om Mudzakir, Bos Eries, Mas Supri, drg Avix, Mas G14anto dan tentu saja si bungsu pendatang baru pak Syam Klaten he he he . . . . (penampakan mereka semua saya pajang di halaman ini)

14090448661135463991
14090448661135463991

Mereka inilah sedikit dari para pekerja kandang yang telah dengan gigih mempertahankan nama bangsa ini dari cercaan dunia akibat dari kepunahan burung khususnya burung jalak bali. Meski tertatih mereka tetap berjuang mepertahankannya. Mereka tetap tegap dalam mendaki jalanan sunyi itu. Teruslah berjalan wahai para penangkar, kalianlah pahlawan sebenarnya. Karena dari kandang-kandang yang sederhana kalian telah menunjukkan kepada dunia bahwa burung jalak bali kita masih ada. Selamat !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun