[caption caption="( Gelaran Hajat Penggila Burung Cucak Rawa Dalam Kopdar KPCRI V) | Sumber Gambar: Dok. Pribadi"][/caption]Puluhan orang yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Cucak Rawa Indonesia (KPCRI) menggelar kopi darat (kopdar) bertempat di Taman Wisata Puncak Parangtritis Yogyakarta, Sabtu (30/01/2016). Momen yang digawangi oleh om Agus Barokah dan kawan-kawan dari KPCRI regional Yogyakarta ini adalah agenda rutin dari komunitas para penangkar dan penggemar burung cucak rawa seluruh Indonesia tersebut. Dan momen ini adalah hajatan kali ke lima mereka.
Sebagaimana ke empat kodar sebelumnya, momen kali ini juga mampu menyedot peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Para penggila burung cucak rawa dari Jakarta, Jateng DIY, Surabaya, Malang, Sukamara Kalimantan Tengah, Banjarbaru Kalimantan Selatan menhadiri hajatan penting ini.
Suasana kopdar berlangsung meriah dan penuh kekeluargaan. Acara dikemas dalam suasana lesehan yang santai namun tetap serius. Suasana santai tapi serius ini sengaja dipilih, karena acara ini di samping membahas tema seputar penangkaran burung cucak rawa yang lumayan menuntut konsentrasi, peserta kopdar juga dimanjakan dengan indahnya pemandangan puncak parangtritis dan eloknya pemandangan laut selatan. Maklum acaranya memang digelar di kawasan Wisata Pantai Parang Tritis, sebuah destinasi wisata yang sudah kesohor bahkan sampai ke manca negara, yang keindahan alamnya turut mendukung kemeriahan acara ini.
Aroma kemeriahan acaranya sendiri sebenarnya sudah tercium beberapa pekan sebelumnya. Dari hari ke hari dalam medio Januari ini tak henti-hentinya para anggota KPCRI menunjukkan antusiasmenya yang kian meninggi. Sebagian bahkan menyampaikan ketidaksabarannya dalam group WA. Bahkan sampai ada yang kepingin melipat kalender bulan Januari ini langsung menjadi tanggal 30 saja. Ini mirip calon mempelai yang pingin segera naik ke pelaminan.
Maklum acara ini memang sangat penting, terutama bagi para penangkar. Sebab dalam empat kopdar sebelumnya selalu membahas persoalan aktual yang dihadapi oleh penangkar. Tentu saja di kopdar kali ini hal serupa akan terulang. Dan acara kali ini benar-benar bernas.
Dalam sambutannya ketua KPCRI om Joko Sadono mengatakan bahwa kegiatan kopdar ini bertujuan untuk menyambung tali silaturahim para penggemar dan pemerhati burung cucak rawa yang tergabung dalam wadah KPCRI. Melalui silaturahim (jumpa darat) ini diharapkan anggota KPCRI dapat memanfaatkannya sebagai media untuk lebih mengintensifkan kegiatan dalam membangun jaringan sosial antar sesama penangkar dan pemerhati burung cucak rawa yang ada di seluruh Indonesia, sekaligus bertukar pikiran tentang cara menangkarkan maupun merawat burung cucak rawa yang baik.
Di samping itu diharapkan forum ini juga bisa memberikan pemahaman kepada para pesertanya tentang arti pentingnya melestarikan burung dari ancaman kepunahan, khususnya burung cucak rawa. Dengan pemahaman yang benar maka diharapkan para anggota KPCRI termotivasi untuk melakukan upaya-upaya pemberdayaan dan memberikan rangsangan kepada masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam konservasi burung melalui penangkaran, imbuhnya.
Dalam pers rilis yang dikirim ke media, lelaki penggila burung cucak rawa yang biasa di panggil om Jokosa ini, mengatakan bahwa menangkar burung cucak rawa memiliki tantangan tersendiri, karena burung bersuara merdu ini memiliki kebiasan berbeda dibandingkan dengan burung lain pada umumnya. Salah satu kebiasan buruknya adalah sering membuang telurnya sendiri bahkan kadang membuang anaknya dari saranng.
Selain perilaku buruk dari burung tersebut, kata beliau, banyaknya aksi perburuan yang dilakukan oleh sebagian oknum masyarakat menyebabkan populasinya di alam liar menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, saat ini populasi cucak rawa di daerah Sumatera dan Kalimantan pun sudah menurun.
Selain itu ancaman kepunahan burung cucak rawa juga “didukung” oleh faktor gengsi sang burung. Jamak difahami bahwa burung cucak rawa merupakan burung yang mempunyai tempat tersendiri di hati penggemarnya; karena keindahan alunan suaranya dan kecantikan bulunya.
Sehingga tidak mengherankan jika bagi sebagian masyarakat Indonesia, memelihara burung cucak rawa, bukan lagi sekedar menyangkut hobi semata namun sudah menyangkut status sosial seseorang di dalam masyarakat.