Mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara di wilayah pinggiran Indonesia, bisa menambah pengalaman aneka warna. Ada suasana suka, meski kadang ada juga rasa dukanya. Kadang ada secuil rasa sedih meski tentu lebih banyak cerita gembiranya. Ada saatnya kerja serius ada masanya main riang gembira penuh canda tawa. Pendeknya di sanalah memori tentang canda tawa, sedih dan gembira itu semuanya tercipta.
 Terlebih bagi para tim lapangan, di mana mereka memiliki skedul rutin untuk terjun langsung ke lapangan. Karena lapangan pinggir Indonesia ini seringkali medannya tak sejalan dengan harapan kita. Transportasi airnya yang berarus deras dan bergelombang tinggi, perjalanan daratnya yang berkontur naik turun, dengan jalanan yang meliuk-liuk mengitari kaki bukit menghindari jurang  menjadi menu harian mereka. Dan menu itu mesti dinikmati dengan riang gembira.
Begitulah  sekilas gambaran umum, kondisi perjalanan ke lapangan yang mau tidak mau mesti dijalani dua orang kolega saya ini. Mereka berdua adalah karyawan pajak yang berdinas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Redeb Kalimantan Timur.
Namun apapun kondisinya, tugas negara harus tetap di jalankan dengan sebaik-baiknya. Itulah prinsip mereka. Kondisi alam tak boleh menyurutkan tanggungjawab mereka untuk tetap memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa dan negara tercinta. Meski usia mereka berdua tak lagi muda, namun kinerja mereka tetap dalam performa tertinggi.
Mereka para tenaga lapangan itu memang orang-orang tangguh. Sebut saja bapak Narto. Beliau adalah Senior Appraiser Asset di KPP Pratama Tanjung Redeb yang kerap memimpin timnya dalam berbagai ekspedisi lapangan. Beliau di dampingi oleh asisten setianya yaitu bapak Mahfud, seorang appraiser spesialis kehutanan. Dalam rentang waktu tiga tahun terakhir mereka berdua sudah berhasil menaklukkan puluhan area kebun sawit, hutan dan tambang batu bara di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Dengan tabah mereka menaklukkan medan yang terkenal tak ramah itu.
Dalam menyertai visit mereka ke lapangan, kadang tanpa terasa saya menyebut visit mereka ke lapangan dengan istilah ekspedisi. Ini saking menantangnya perjalanan visit mereka ke kebun-kebun sawit, tambang batubara dan hutan. Perjalanan mereka kadang benar-benar mirip ekspedisi perburuan harta karun yang biasa kita saksikan di film-film bergenre action itu.
Bahkan saya pernah menyertai perjalanan mereka dalam menaklukkan Gunung Sidi di Wilayah Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Utara, di mana aura petualangannya seakan menguras habis adrenalin saya. Bagaimana tidak, karena kami harus mendaki gunung dengan jalan yang dipenuhi tanjakan terjal, turunan tajam yang sangat ekstrim plus jurang di kanan kiri. Wouw . . . ngeri deh pokoknya. Saat itu saya sampai membayangkan bahwa petualangan ini mungkin lebih menguras adrenalin dibandingkan dengan petualangan Dr Henry Walton Joner, Jr dalam serial Indiana Jones itu. Lebay ya ? Tapi begitulah kurang lebih suasana di lapangan. Menarik kan ? Pingin ikut merasakan nikmatnya petualangan menyusuri alam Kalimantan ? Boleh . . . tapi siapkan mental dulu ya . . .
Itu sedikit cerita mereka saat visit kepada wajib pajak beberapa waktu yang lalu. Kalau untuk perjalanan dinas kali ini kondisinya alhamdulillah berbeda jauh. Perjalanan kali ini lumayan enak, karena lokasi yang dituju dekat dan objeknya berada di wilayah perkotaan yaitu kota Tanjung Redeb di Propinsi Kalimantan Timur. Tugas yang mereka jalankan adalah mengumpulkan data nilai jual objek pajak di wilayah Tanjung Redeb.
Untuk pengumpulan data ini mereka mesti turun langsung ke lapangan. Hal ini ditempuh untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan sekaligus up to date. Ini berbeda jika dibandingkan dengan data nilai jual objek pajak yang diperoleh dari fihak ketiga seperti broker, pengembang lahan, iklan di media publik dan lain-lain. Maka dimulailah perburuan data dimaksud.
Di hari pertama mereka mengawali perjalanan dari Pos Pajak Berau sekitar pukul delapan pagi. TKP pertama yang mereka sasar adalah wilayah Gunung Tabur. Untuk menaklukkan wilayah tersebut tim menggandeng Mas Iwan yang sehari-hari stanby di Pos Pajak Berau. Mas Iwan mereka culik untuk menjadi driver sekaligus guider perjalanan.
Mereka terpaksa menculik mas Iwan selama masa kerja di lapangan itu, karena mereka butuh informan handal. Mereka butuh irforman yang benar-benar menguasai wilayah tersebut. Gak lucu dong kalau mereka masuk ke kampung-kapung itu lalu mereka tidak tahu jalan keluarnya.