Tertatih kaki ini mengikuti langkah Bang Rubson dan Bapak Mahfud, memasuki Bandara Juwata di Tarakan Kalimantan Utara. Beliau berdua adalah pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Redeb yang sedang melakukan perjalanan dinas ke Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung Propinsi Kalimantan Utara.
Selama ini saya memang sudah mengenal Bang Rubson sebagai Acount Representatif (AR) seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Tanjung Redeb yang sangat gesit dan taktis dalam bekerja. Dalam hal kepiawaiannya menghadapi wajib pajak semua karyawan di KPP Pratama Tanjung Redeb sudah sangat mafhum, mengingat beliau memang AR yang cukup senior di kantor ini.
 Namun dalam hal kecepatan berjalan kaki, saya baru tahu. Saya baru masuk bandara dan belum selesai di pemeriksaan X-Ray Bandara Juwata, beliau sudah selesai timbang badan di bagian reservasi penerbangan Susi Air. Ternyata memang benar beliau ini memang fiscus yang mumpuni luar-dalam.
 Demikian juga dengan bapak Mahfud, salah seorang pejabat Fungsional Penilai andalan di kantor ini. Sekalipun sudah cukup berumur, beliau memiliki semangat empat lima dalam menjelajah wilayah kerjanya. Bagi beliau tak ada laut yang tak bisa diseberangi, tak ada hutan yang tak bisa dijelajahi, tak ada perkebunan yang tak bisa dirambah dan di semua site tambang kita mesti datang. Maklum tugas beliau memang menangani Pajak Bumi dan Bangunan di sektor ini. Pun dalam hal kecepatan berjalan, setali tiga uang dengan Bang Rubson.
Pagi ini tim kecil yang terdiri dari Bang Rubson, Bapak Mahfud dan saya yang bertugas membawa tas, diwajibkan untuk melakukan sesi timbang badan. Wah . . . timbang badan ? Ini petugas pajak yang mau berdinas apa petinju yang mau naik ring sih, kok pakai sesi timbang badan segala ?
Itulah uniknya bertugas di daerah perbatasan Indonesia. Di daerah perbatasan, terutama bagi para penumpang pesawat di jalur penerbangan perintis, berat badan penumpang masuk dalam kriteria penting dalam SOP mereka, para petugas maskapai.
Lah ini malah mirip orang mau fitnes ya, berat badan diurusi. Sekali lagi itulah uniknya terbang di daerah perbatasan. Terutama penerbangan dengan menggunakan pesawat mungil Cessna Grand Caravan berkapasitas 12 orang seperti penerbangan kami pagi ini.
Hmmm . . . naik pesawat mungil Cessna Grand Caravan berkapasitas 12 seat, pingin tahu rasanya ? Pingin tahu apa pingin tahu banget ? Hayo ke sini. Bisa menjadi pengalaman yang mengesankan lo . . . Silakan mau terbang bersama Cessna Grand Caravan ini ke Malinau, Long Bawan, Long Layu, Long Apung atau ke Binuang ? Daerahnya mirip dengan nama-nama daerah di Afrika ya ? Padahal itu asli nama-nama Indonesia lo. Itu nama-nama daerah di Kalimantan Utara. Pingin menjelajah ke sana apa pingin banget ?
Singkat cerita selesai acara timbang badan kami menunggu di ruang tunggu bandara. Selang beberapa menit kami masuk ke pesawat. Bagai mimpi keinginan untuk mengapung di udara itu kini kesampaian. Kami memasuki pesawat tanpa antrian apa lagi berdesak-desak. Habis cuma dua belas orang sih . . .
Bagi anda yang terbiasa naik pesawat berjenis Airbus, Boeing, Bombardier atau pun ATR anda perlu mencoba pesawat jenis Cessna ini. Konon sensasinya beda banget. Di sini ada senam jantungnya. Makanya warning bagi yang otot jantungnya tipis, dilarang naik pesawat jenis ini, karena akan ada banyak kejutan. Dan bagi anda yang biasa manja, di sini jangan sekali-kali bertanya; pramugari di mana ya ? Pasti gak pakai pramugarilah, wong cuma dua belas seat kok.
Dengan formasi tempat duduk tiga baris, yang terdiri dari satu kursi di sebelah kiri dan dua kursi di sebelah kanan plus tiga kursi di bagian belakang. Antara ruang pilot (cockpit) dan ruang penumpang tidak ada sekat pemisahnya. Saya memilih duduk persis di belakang copilot, sambil  tak lepas memeloti aktivitas pilot.