Hibah 1,4 triliun
Pembiayaan sebesar 330,2 triliun
Tak mau kalah dengan ketua tim, Mas Jenar Rahaji Resmi Wijati selaku Account Representative (AR) yang mengampu persoalan pajak dari perusahaan pertambangan tersebut menggali informasi yang lebih detail. Seperti berapa jumlah karyawannya, pihak ketiga yang terlibat dalam usaha pertambangan ini siapa saja, baik menyangkut proses produksi, pengangkutan darat dari tambang sampai ke jetty (pelabuhan), dari jetty ke vessel di tengah laut, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Pasar batu baranya untuk konsumsi luar negeri atau di ekspor. Tongkangnya sewa atau jasa kepada perusahaan apa. Termasuk masalah penyedia tenaga kerja, ketersedian alat berat milik sendiri atau sewa, catteringnya di kerjakan oleh siapa dan lain-lain.
Nampak sekali Account Representative yang satu ini memang profesional sekali dalam bekerja. Alur pertanyaannya runtut, detail dan lengkap. Maklum karena mas Jenar ini adalah satu di antara ribuan konsultan resmi (AR) yang dibentuk oleh Ditjen pajak untuk kemudian dihibahkan kepada wajib pajak agar dimanfaatkan sebesar-besar dalam rangka pengawasan dan konsultasi perpajakan mereka. Para AR ini semacam konsultan resmi, tak berbayar yang dibentuk oleh negara untuk membimbing wajib pajak. Jempol untuk mas Jenar, pokoknya terbaiklah . . .
Tak kalah profesionalnya adalah Bapak Atim Widodo. Sebagai petugas yang memiliki tupoksi untuk melakukan appraisal dalam rangka menghitung besarnya aset baik tanah, bangunan maupun besarnya produksi batu bara, beliau menggali data dengan detail dan lengkap dengan cara yang sistematis pula.
Dengan berbekal Surat Pemberitahuan Ojek Pajak (SPOP) dan Rencana Kerja dan Angaran Biaya (RKAB) beliau melakukan penggalian data di lapangan. Data pemilik IUP, luasan area dalam IUP, data produksi bulanan, tri wulan tahunan, data cadangan tambang. Termasuk proses pengupasan, pengambilan dan pengangkutan dari site ke jetty sampai ke vessel. Melakukan pendataan asset tambang yang tidak bergerak, baik kantor, workshop, hauling, conveyor, jetty dan lain-lain. Semuanya dilahap oleh bapak penilai yang ramah, baik hati dan tidak sombong ini.
Begitulah mereka para pahlawan APBN itu menjalanakan tugasnya. Mereka melakukan edukasi langsung ke lapangan sekaligus mengumpulkan informasi dan data. Tak bosan-bosannya mereka mengingatkan kewajiban perpajakan para wajib pajak di tempat-tempat terpencil pinggiran Utara Indonesia, karena wilayah kerja KPP Pratama Tanjung Redeb ini berada di utara Pulau Kalimantan. Mereka berempat rela meninggalkan keluarganya di tanah jawa, untuk mengisi pundi-pundi negara, menjaga ketersediaan stok dana APBN kita demi keberlangsungan pembangunan negara kita. Wouw luar biasa mereka itu. Terbaiklah pokoknya . . .
Berjam-jam mereka duduk lesehan saling tukar informasi sebelum akhirnya kami turun ke site batu bara untuk melihat proses pengambilan batu bara dari kedalaman sekitar empat belas meter dari permukaan tanah. Alat-alat berat semacam bego, dam truck gede segede gajah bengkak meraung-raung di bukit dan kedalaman galian. Tak lupa juga kami menengok jetty tempat tongkang bersandar untuk memulai pengangkutan batu bara menuju vessel (perahu angkutan besar) di tengah laut menuju pasar batu bara. Semua proses diamati, semua informasi diserap dan semua data dicatat sedetail-detailnya. Seharian mereka berada di area tambang ini.
Sore hari kami turun menuju pelabuhan boat Salim Batu. Kembali kami menyusuri jalan berbukit itu. Kembali kami merasakan hentakan pacuan kuda liar itu mengguncang perut-perut kami. Asyik sih meskipun agak ngeri. Ngeri-ngeri asiyik lah ya . . .
Kami mesti melanjutkan perjalanan ke site tambang berikutnya lewat sungai. Ini jalan tercepat. Menurut informasi kalau melalui darat kami membutuhkan waktu sekitar dua jam. Dua jam menyusuri jalan berbukit dengan kendaraan berguncang mirip kuda liar bukanlah pilihan yang tepat. Sebenarnya jaraknya gak jauh sih, tapi karena jalurnya memutar maka waktu tempuhnya jadi panjang.