Sebagai penangkar burung jalak bali yang sudah lama bergelut dengan tetek-bengeknya kandang penangkaran, saya sudah bertemu dengan penghobi burung dari banyak kalangan, baik pertemuan yang sifatnya langsung tatap muka maupun yang hanya berkomunikasi lewat handphone. Mereka terdiri dari aneka macam profesi, mulai dari seorang pedagang keripik usus yang tinggal di sebuah desa di pelosok Boyolali sana sampai seorang mantan pejabat nomor satu di Kabupaten Brebes yang sekarang tinggal di Jakarta Timur.
Dari yang berpenghasilan per bulannya kembang-kempis, sampai yang berpenghasilan berjuta-juta dalam seharinya. Dari anak remaja muda usia sampai pensiunan pertamina yang memelihara burung jalak bali hanya untuk klangenan di hari tua. Dari yang sekadar hobi di mana burung jalak bali hanya difungsikan untuk mempercantik beranda rumahnya semata-mata sampai yang mengebu-gebu ingin menjadi jutawan dari penangkaran burungnya. Dari penangkar senior yang sudah jatuh-bangun belasan tahun baru menghasilkan uang berjuta-juta di kantong sakunya sampai penangkar yunior yang pinginnya serbainstan, cepet menghasilkan uang berjuta-juta dalam sebulan.
Dari sekian macam kicau maniak yang saya sebut di atas, saya tertarik untuk mengomentari salah satu di antara mereka, yaitu para penghobi burung yang berniat menangkarkan jalak bali, namun mereka menginginkan hasilnya secara instan. Calon penangkar burung jalak bali yang dalam masa tiga bulan sudah bisa menghasilkan dua belas juta rupiah. Mereka yang pingin menjadi jutawan dalam waktu tiga bulan.
"Lho, memangnya ada ya, Pak Syam, penangkar yang pinginnya instan seperti itu?"
"Ada. Banyak malah," jawab Pak Syam.
"Kirain cuma mie goreng yang bisa instan...."
"Ya nggaklah. Penangkar burung yang pinginnya instan juga banyak," jawab Pak Syam
Dari pengamatan selintas terhadap mereka para penangkar instan ini, ternyata mereka memiliki ciri-ciri utama tidak sabaran dan bertipe otak kiri. Wesss, tidak sabaran dan bertipe otak kiri, apa ini maksudnya? Mari mengenali apa dan siapa mereka. Kita telusuri dari cara komunikasi mereka.
Pertanyaan mereka biasanya begini, “Pak Syam, saya berminat menangkarkan burung jalak bali. Berapa harga burung jalak bali yang sudah produksi?"
"Waduh, maaf. Indukan yang produktif tidak saya jual, Pak. Saya hanya menjual anakan hasil penangkaran. Jadi, saya tidak menjual indukannya," terang pak Syam.
"O... begitu.... Anakan usia berapa, Pak Syam?"