Mohon tunggu...
Syam ibnu Ram
Syam ibnu Ram Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

Pegiat Keayahan (https://www.ayahkeren.com/search/label/Kolom%20Ayah?&max-results=6)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Penangkar Jalak Bali Klaten : Saya Memang Penangkar Jalak Bali nDeso

11 Maret 2014   20:07 Diperbarui: 10 Agustus 2015   19:09 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Om foto kandangnya kok jelek” kata seseorang mengomentari foto kandang penangkaran burung Jalak Bali milik saya. “Hus . . . jangan bilang jelek, bilang saja sederhana ya” jawab saya dengan nyengir kuda.

Omong-omong soal kandang penangkaran burung Jalak Bali yang saya miliki, saya harus mengatakan bahwa senyatanya kandang penangkaran burung Jalak Bali milik saya memang “sederhana”. Anda boleh membaca kata sederhana itu dengan kata “jelek”. Karena memang jika anda berdiri di depan kandang penangkaran burung Jalak Bali milik saya, anda akan kesulitan untuk memisahkan antara makna kata sederhana dan jelek. Namun begitu saya tetap lebih suka menyebutnya “sederhana”, ini hanya soal selera pilihan kata saja kok.

Di samping kandang saya penampakannya memang “sederhana” dari segi ukurannyapun ternyata juga “tidak ideal”. Untuk kata “tidak ideal” inipun saya juga mempersilakan anda untuk membacanya menjadi kata “ngawur”. Tapi saya lebih suka menyebutnya “tidak ideal” saja. Lagi-lagi ini soal selera berbahasa saja, saya orang Klaten jadi biasa berbahasa dengan haluuusss . . . piss ya !

Bagaimana tidak, biasanya saya selalu merekomendasikan ukuran kandang 1 x 2 x2.5 dimana lebarnya 1 meter, panjangnya minimal 2 meter dan tingginya minimal 2,5 meter. Namun kandang penangkaran burung Jalak Bali milik saya justru hanya berukuran 0.9 x1.6 x 2 yaitu lebarnya 90 sentimeter, panjang 160 sentimeter dan tingginya 2 meter saja. Jelas tidak ideal kan ?

Kok nampaknya pak Syam ini tidak konsisten ya ? Tidak konsisten antara masukan yang diberikan kepada orang lain dengan yang dipraktekkan oleh pak Syam sendiri ?

“Oo . . . ini ada sejarahnya tersendiri” jawab pak Syam menyela.

Ceritanya begini. Pada jaman dahulu kala konon pada saat pertama kali memulai menangkarkan burung pak Syam hanya berbekal burung dan tekad menangkar. Ya hanya punya burung dan punya tekad untuk menangkarkan burung. Dua modal itu yang dia miliki.

Pada saat itu bisa dibilang pak Syam tidak memiliki modal ilmu perburungan sama sekali. Kalau toh dia memilik sedikit pengalaman dalam memelihara burung, itu hanyalah sebatas pengalaman miara burung kutilang dan kacer waktu masih kecil dulu. Di sana nun jauh di kampung sana.

Maka sampai sekarang, otodidak tetap menjadi andalan dari penangkar burung Jalak Bali yang memang nDeso ini.

Berbekal otodidak sambil membaca beberapa literature dan rajin bertanya kepada para senior dan juga melakukan pengamatan sendiri terhadap perilaku burung dalam penangkaran kemudian diubleg (diaduk) jadi satu untuk selanjutnya dijadikan sebagai pegangan dalam penangkaran.

Maka sekarang jika ada orang yang bertanya tentang penangkaran burung Jalak Bali, sebenarnya jawaban itu berasal dari kumpulan beberapa sumber pengetahuan tersebut.

La kok pak Syam justru tidak menerapkan ilmu hasil “ublegan” tersebut ?

La kandangnya wis kadung alias terlanjur jadi kok. Saya membangun kandang itu ketika saya masih dalam kondisi nol pengetahuan. Jadi asal membuat saja. Ukuran sesuai dengan lahan yang ada. La karena adanya lahan yang sempit maka jadilah kandang dengan ukuran yang “tidak ideal” tersebut.

Lah Kalau saya punya lahan yang agak luas dan sekarang sudah tahu ukuran ideal bagi penangkaran burung Jalak Bali ya tentu saja saya akan membuat kandang yang ideal. Gitu saja kok repot, begitu kata guru saya Gus Dur.

Eh tapi ngomong-ngomong walaupun kandang saya penampakannya “sederhana” dan ukurannya “tidak ideal” ( anda boleh membaca : kandangnya jelek dan ukurannya ngawur) tapi dari segi produktifitas, alhamdulillah sangat memuaskan. Hasilnya buuaaanyak . . .buuuaaaanget . . . Suer . . .loh

Kok Bisa ya ?

Tanya saja sama Gusti Allah sang pemberi rejeki, kok bisa kandang “sederhana” dan “tidak ideal” seperti itu memiliki produktifitas yang tinggi. Saya sendiri sebagai pemiliknya juga tidak mengerti, mengapa bisa begitu ?

Sampai sekarang saya justru memiliki semacam keyakinan bahwa inilah sebagian misteri di dalam dunia penangkaran. Susah di tebak. Kadang gampang, kadang susah. Jadi ngeri-ngeri sedap. Ini sangat cocok bagi anda yang bertype otak kanan, yaitu cara berfikir yang ngacak, tidak matematis dan bahkan kadang tidak logis. Yang dicoba dulu, kira-kira begitu.

Tapi yang jelas disela-sela doa dhuha, tahajud dan berbagai do’a lainnya, saya senantiasa menyisipkan permintaan kepada Allah agar berkenan menurunkan rejekinya dengan wasilah (sarana) penangkaran burung Jalak Bali ini. Dan ini insya Allah berusaha saya rutinkan. Do’a-do’a itu selalu saya panjatkan kehadirat Ilahi Robbiy

Misalnya begini Ya Allah SPP semesteran anak saya . . .Ya Allah saya pingin ganti mobil . . .ya Allah tahun ini saya pingin naik haji . . .ya Allah warung makan saya butuh suntikan dana ya Allah . . .ya Allah saya pingin memperluas kandang . . .ijabahi ya Allah.

Saya percaya bahwa Allah itu Maha Kaya (al Ghoni) maka kalau sekedar SPP anak saya, mobil, ONH, dana investasi seberapapun besarnya, minta duit untuk nambah kandang penangkaran lagi; adalah perkara yang enteng bagi Allah. Maka saya sedikitpun tidak sungkan untuk memintanya. Karena Allah maha kaya, dan Dia memang tempat kita meminta, dan tempat kita bergantung. Begitu kata para kasepuhan.

Dan alhamdulillah jawaban atas do’a-do’a saya tersebut, dapat saya saksikan dari hadirnya beberapa anakan jalak Bali dari kandang penangkaran saya yang tidak mewah dan tidak ideal tersebut .

Maklum penangkaran jalak Bali nDeso jadi pola pikirnya ya sederhana, walaupun tentu saja anda boleh menyebutnya katrok. Tapi jangan kenceng-kenceng sebab kalau saya sampai mendengar disebut sebagai penangkar burung Jalak Bali yang katrok mungkin saya sakit hati.

Maka sebut saja penangkar burung Jalak bali yang sederhana ya . . . Atau setidaknya disebut nDeso lah ya . . .jangan disebut katrok biar hati ini tidak terluka. Ciee . . .

Sederhana kandangnya, sederhana pola pikirnya, tapi alhamdulillah produktif penangkarannya. Saya menyebutnya ini sebagai faktor non teknis. Orang-orang ada yang menyebutnya faktor X. Biasanya faktor-faktor keberuntungan seperti ini akan rajin mampir kepada orang-orang yang hatinya sudah semeleh (pasrah) dan bersikap qona’ah yaiatu rasa telah cukup dengan apa yang dia dapatkan.

Tapi apapun namanya yang jelas menurut keyakinan saya memang rejeki di atur oleh Tuhan yang Maha Pemberi Rejeki ( al Rozaq ), kita hanya berkewajiban untuk berikhtiyar dengan cara berusaha dan berdoa. Berdo’a itu artinya kita meminta. Ok

Kandang sederhana gak apa-apa, asalkan produktifitasnya tinggi. Setuju ? Kalau anda setuju saya do’akan semoga penangkaran anda makin produktif. Kalau anda tidak setuju saya do’akan semoga anda berubah pikiran terus kemudian menjadi setuju agar anda kebagian do’a kesuksesan penangkaran ini. Amin

Kata Imam al Ghozali Semua rang bisa saja mendapatkan rezeki dari jalan yang yang berada di luar dugaannya, namun sebenarnya hal itu semata-mata karena Allah yang mengaturnya. Dan pembagian rejeki dari Allah itu tidak akan berubah jumlah jatahnya buat kita dan tertukar dengan jatah orang lain.

info burung Jalak Bali lebih banyak dapat anda temukan di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun