[caption id="" align="aligncenter" width="490" caption="Debat Capres tadi malam (sumber: http://jateng.tribunnews.com)"][/caption]
Debat Capres jilid II telah berlangsung tadi malam dengan tema Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteran Sosial yang di moderatori oleh Prof. Ahmad Erani Yustika Guru Besar Universitas Brawijaya. Fenomena baru dalam Pilpres 2014 kali ini, pasca debat, para simpatisan, tim sukses, pendukung fanatik hingga pengamat politik sama – sama ramai memberikan penilaian berupa skoring terhadap hasil debat. Sejak pasca debat jilid I mereka meributkan penilaian 6-0, 5-1, 4-2, atau berapapun skornya. Sepertinya demam Piala dunia juga menjalar di kalangan politisi dalam negeri ini.
Proses demokrasi dalam Pilpres 2014 kali ini melahirkan cerita tersendiri. Mulai dari hujat – menghujat, black campaign hingga perang pendukung di dunia maya. Pemberian skoring atas hasil debat merupakan salah satu cerita tersendiri yang mengiringi proses demokrasi di Indonesia. Penyebab fenomena ini adalah munculnya kontestan Pilpres yang hanya ada dua pasangan, Prabowo – Hatta dan Jokowi – JKyang akhirnya membuat peta konfigurasi dukungan terbelah dua dan menjadikan persaingan terbuka di antaranya.
Debat capres yang diselenggarakan KPU untuk memberikan pandangan kepada masyarakat mengenai visi – misi para capres ini akhirnya bergeser menjadi alat unjuk kekuatan pra Pilpres yang tidak menyentuh subtansi dari awal adanya debat di adakan. Ada kesan debat Pilpres hanya untuk media saling menjatuhkan satu sama lain di antara kedua pasangan ini. yang terjadi adalah pasca debat ini, para pendukung, tim sukses saling memberikan skoring kepada hasil debat tersebut.
Di sisi lain, para pengamat politik kebanyakan lebih menilai sisi luar dari kontestan debat daripada konten dari debat Capres ini. Para pengamat ini lebih asyik menilai gestur tubuh, kertas contekan, baju yang dipakai, cara debat sampai moderatornya daripada apakah konten debat sudah mampu mewakili kebutuhan Indonesia saat ini. Subtansi nilai dari visi – misi para Capres ini akhirnya dikesampingkan.
Menghibur, mungkin itu yang melandasi fenomena skoring pasca debat Capres ini. akhirnya panggung Capres sama halnya dengan panggung hiburan yang menampilkan tokoh yang saling bersaing dengan mengandalkan performa di atas panggung. Entah konten yang di bahas mampu di kuasai atau tidak, yang lebih penting adalah bagaimana mampu menguasai panggung debat Capres ini. menjadi pertanyaan bersama adalah ini kompetisi debat? Ataukah proses menuju Pilpres 2014? Benar – benar panggung hiburan yang sangat lucu bagi rakyat Indonesia.
Jember, 16 Juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H