[caption id="" align="alignnone" width="673" caption="Vandalisme yang terjadi di kantor TV One biro Yogyakarta (sumber: http://cdn1-e.production.liputan6.com)"][/caption]
Perkembangan terakhir perseteruan antara TV One dengan PDI Perjuangan terkait tuduhan PDIP dan Jokowi komunis memasuki babak damai. Dewan pers memutuskan bahwa TV One telah melanggar kode etik pers dan berkewajiban untuk meminta maaf dan memberikan hak jawab kepada PDIP. Pelanggaran tersebut terkait dengan Undang-undang nomor.40 tahun 1999 tentang Pers. Tetapi di balik proses mediasi damai antara pihak TV One dan PDIP yang dimediasi oleh Dewan Pers dan KPI tersebut ada hal yang patut menjadi perhatian. Sebelumnya, efek pemberitaan TV One yang tidak berimbang tersebut, sekelompok kader PDIP di Yogyakarta melakukan aksi Vandalisme di kantor TV One biro Yogyakarta. Aksi Vandalisme ini menjadi wajar karena sebagai respon dari tuduhan pihak TV One yang dialamatkan kepada PDIP dan Jokowi. Tetapi bentuk kewajaran tersebut juga mencerminkan karakter masyarakat kita yang reaktif terhadap suatu hal, malah kadang cenderung represif.
Vandalisme adalah bentuk sikap dari seseorang yang dengan sengaja menghancurkan atau merusak sesuatu yang indah-indah, baik itu berupa fasilitas umum maupun pribadi. Vandalisme berasal dari kata Vandal atau Vandalus, yang merupakan nama sebuah suku di Jerman. Suku Vandal pada perkembangannya mampu menguasai negara-negara Eropa sampai Afrika. Ketika Bangsa Vandal ini menguasai Roma di abad keempat masehi, bangsa Vandal seringkali melakukan perusakan-perusakan terhadap karya seni dan sastra bangsa Romawi. Berangkat dari hal tersebutlah akhirnya, bangsa Vandal identik dengan pengerusakan-pengerusakan karya seni.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Vandalisme yang terjadi di kantor TV One biro Yogyakarta merupakan bentuk reakttif dari pendukung PDIP dan Jokowi. Apa itu reaktif? Reaktif adalah sikap yang merespon sesuatu secara negatif terhadap lingkungan dan atau stimulan yang menyebabkan respon tersebut muncul. Orang yang reaktif sering kali menyalahkan keadaan, kondisi dan lingkungan. Respon yang timbul dari orang yang reaktif merupakan bentukan dari kondisi mereka berdasarkan perasaan yang ada pada waktu itu.
Kasus Vandalisme PDIP terhadap kantor TV One biro Yogyakarta merupakan salah satu contoh bentuk reaktif masyarakat kita terhadap proses demokrasi di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan hal sama juga dilakukan pendukung Prabowo dengan partai koalisinya, jika tuduhan yang sama dialamatkan kepadanya. Artinya, sudah menjadi sifat umum masyarakat Indonesia sikap reaktif seperti ini. entah nanti ujungnya Vandalisme, Konflik Horizontal, hingga terjadi Chaos di tengah-tengah masyarakat.
Banyaknya kasus-kasus yang terjadi sebelum Pilpres 9 juli nanti menjadi indikasi untuk mengeluarkan “Status Waspada” bagi kita semua, ternyata masyarakat kita adalah masyarakat yang reaktif terhadap lingkungan (sosial masyarakat) yang ada. Kondisi lingkungan yang ada adalah terjadi polarisasi yang diakibatkan oleh dukung mendukung capres. Pilpres yang hanya ada dua pasangan calon mengakibatkan masyarakat terbelah menjadi dua. Inilah yang menjadikan “Status Waspada” pasca Pilpres 9 Juli nanti. Bisa saja dengan rasa tidak puas, maka terjadi hal reaktif yang memicu terjadinya konflik di tengah-tengah masyarakat. Apalagi kedua kubu dalam dukung mendukung saat ini menjadi buta dan sangat fanatik kepada Capres yang di dukungnya. Untuk itu Ayo dukung Capresmu dengan santun, demi Indonesia yang aman dan damai pasca Pilpres 2014. Semoga benar-benar tidak terjadi apa-apa pasca Pilpres nanti.
Jember, 5 Juli 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H