Mohon tunggu...
Alex Enha
Alex Enha Mohon Tunggu... pekerja di dunia telekomunikasi -

Teknisi sekaligus paranormal, member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Duitku Raib!!!

5 April 2011   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1301981064309085543

[caption id="attachment_99849" align="aligncenter" width="512" caption="Doc. Pribadi"][/caption] Hari Sabtu waktu itu sebenarnya nggak ada kuliah, tapi kemarin Pak Eko, Dosen Radio Komunikasi menugaskan kami satu angkatan untuk survey ke pemancar radio di daerah Salatiga, tepatnya di sebuah bukit, kalau nggak salah ingat Telomoyo nama bukit itu. Disitu tertanam dengan gagahnya pemancar radio milik operator telekomunikasi plat merah. Entah karena emansipasi wanita, atau entah karena temen-temen perempuanku ini pada kesasar jurusan, di jurusanku yang notabene jurusan teknik, banyak sekali mahasiswinya. Jurusan teknik yang identik dengan jurusannya anak laki-laki, di kampusku sudah luntur, komposisinya hampir 50:50 antara mahasiswa dan mahasiswi. Maka dari itu, dalam perjalanan ke Telomoyo itu, kami dibagi tugas untuk berboncengan cowok dengan cewek. Alat transportasi yang kami gunakan sepeda motor, praktis dan irit untuk kelas mahasiswa seperti kami. Bencana yang tidak aku harapkan itu akhirnya datang juga, sang koordinator yang temenku sendiri, Agung namanya, memberi tugas aku untuk berboncengan dengan Hani, dan kebetulan Hani mempunyai motor bebek yang tergolong baru. Kenapa aku sebut bencana? Karena aku tidak lancar mengendarai sepeda motor, walaupun itu sepeda motor bebek sekalipun. Sedari kecil sampai dengan SMA, kalau ingatanku gak salah dan sedikit konslet, aku baru 3 kali, ya hanya tiga kali aku mengendarai sepeda motor bebek, itu waktu SMA, 1 kali pake sepeda motor kakak sepupuku, satu kali pake sepeda motor tanteku, dan itupun sangat sangat belum lancar mengendarainya (maklumlah orang kampung yang udik lagi ndeso hahaha). Satu kali lagi pake sepeda motor temenku di SMA, itupun berakhir dengan tertawaan temenku karena aku hampir diserempet oleh motor lain karena nggak lancarnya aku naik sepeda motor (apes bener loe jadi orang lex, hahaha). Dengan perasaan ragu-ragu akupun akhirnya memenuhi tugas itu dengan sepenuh hati (suit suit). Kira-kira pukul sembilan pagi kami berangkat dari Tembalang menuju Telomoyo. Kurang lebih baru beberapa saat aku mengendarai sepeda motor bersama Hani, temenku, bencana pertama sudah aku alami. Di tanjakan selepas kolong jalan tol itu, aku menabrak bumper sebuah mobil sedan. Waduh cilaka nih, pikirku dalam hati. Tapi untungnya kami gak terjatuh, dan orang yang mengendarai mobil itu bertanya, "Ada apa Mas?", aku jawab aja, "Nggak ada apa-apa Mas!", dan aku langsung melarikan sepeda motor yang aku kendarai masuk ke kampung-kampung supaya tidak terkejar orang itu (takut kalau dimintain ganti rugi, maklum mahasiswa cekak duit hahaha). Setelah dirasa aman, akhirnya aku lanjut lagi mengendarai motor itu menuju jalan besar dan keluar dari gerbang selamat datang kampusku di daerah Ngesrep, aku kemudian belok kiri menyusuri jalan ke arah Salatiga. Bencana ternyata hari itu menjadi kawan baikku yang sangat akrab. Selepas terminal Bawean yang berbatasan dengan Salatiga, di daerah itu ada operasi gabungan Polisi, ada beberapa team URC (Unit Reaksi Cepat) juga. Akhirnya motorku juga diberhentiin sama Bapak Polisi itu. Akhirnya setelah mengucapkan selamat siang, beliau meminta surat-surat, SIM dan STNK. Lalu si Hani mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan STNK motornya ke Bapak Polisi itu, sedangkan aku?Tidak mengeluarkan apa-apa, ya karena SIM aku nggak punya (warga negara yang payah loe lex, hahaha). Negosiasi dengan Bapak Polisi terbilang alot, aku yang sebenarnya tidak taat aturan masih ngeyel juga (dasar mahasiswa gebleg). Ketika disuruh sidang jam 8 pagi minggu depan, aku nggak mau, alasanku ada kuliah. Akhirnya Bapak Polisi itu meminta aku membayar 50ribu, akupun nggak mau, alasanku aku mahasiswa kere yang nggak punya duit, beliau malah bilang saya juga dulu pernah jadi mahasiswa. Nah aku malah bilang, "Bapak kan sudah pernah jadi mahasiswa, tau dong kalo mahasiswa itu nggak punya duit", beliau malah meng"iya"kan pernyataanku itu hahaha. Tapi pada akhirnya, untuk uang damai, aku ngasih juga duit 50ribu agar tidak terkena sidang hehehe. Lalu melayanglah duit 50ribu yang memang hanya selembar duit yang ada di dompetku (padahal itu duit buat kebutuhan sehari-hariku selama 2 minggu, mau cari kemana duit penggantinya, maafkan aku ya Bapak uang sakuku darimu lenyap tak bersisa hiks hiks). Setelah duit raib itu, pikiranku jadi galau (wuih galau, lebay juga loe lex hahaha), akhirnya aku melanjutkan perjalanan menuju Telomoyo. Tapi bencana memang belum berhenti disitu. Sesampainya aku di Salatiga, dan jalan sudah mulai berkelok-kelok menandakan sudah dekat dengan Telomoyo, di sebuah tikungan yang lumayan tajam, karena aku mengerem telat dan remnya juga nggak begitu pakem, dengan suksesnya aku miringkan motor kayak Rossi lagi balapan itu, tapi karena aku nggak bisa menahan keseimbangan, aku dan Hani akhirnya jatuh dan motor sempet membentur besi penahan di pinggir jalan. Aku dan Hani lecet-lecet di bagian lengan dan Hani kepalanya pusing, kayaknya terbentur sesuatu (maafkan aku ya Hani, gara-gara aku yang gak becus ini kamu terjatuh hiks hiks). Akhirnya kami ditolong oleh orang-orang sekitar situ, dan temanku yang ada di belakangku akhirnya ikut membantu. Ternyata ada salah satu temanku yang menggunakan mobil untuk ke Telomoyo, setelah lukanya diobati, Hani akhirnya diikutkan ke mobil temanku itu, sedangkan aku sendiri dibonceng temanku Faisal dengan motornya Hani. Motor yang terbilang masih baru itu lecet-lecet juga, tapi Hani tidak mempersoalkan kejadian itu (thank you yah my friend hehehe). Dalam perjalanan pulang dari Telomoyo pun aku masih berboncengan dengan Faisal, takut kena razia Polisi lagi, dan juga aku masih sedikit shock kayaknya hahaha. Sesampainya di kos, dan aku ceritain mengenai tertangkapnya aku oleh polisi URC itu, malah aku di-goblok-goblokin ama temen satu kos, yah paling nggak aku bisa membuat mereka tersenyum kecut dan senang karena ceritaku tadi hehehehe. Hari senin, ketika aku masuk kuliah, temen-temen akhirnya tau kalo aku ditangkap polisi gara-gara nggak punya SIM dan harus mengeluarkan 50ribu. Akhirnya dengan semangat kebersamaan dan kemurahan hati semua temen-temenku, mereka mengumpulkan uang sejumlah 50ribu untuk menggantikan uangku, aku sempat menolak (udah kere, sok kaya lagi hahaha), tapi karena temen-temenku memaksa, kuterima juga uang tersebut (terimakasih banyak temen-temen, kalian memang temen yang baik dan murah hati). Syukur aku panjatkan, berarti aku masih bisa bayar utang makan kemarin hari minggu dan masih bisa bertahan hidup 2 minggu kedepan dengan program andalanku, PMDK (Program Makan Dua Kali) hahahaha paraaaah loe lex.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun