Mohon tunggu...
Alex Enha
Alex Enha Mohon Tunggu... pekerja di dunia telekomunikasi -

Teknisi sekaligus paranormal, member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Gak Gaptek Gak Gaul

26 Februari 2014   20:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Mari kita sejenak menengok ke belakang (bagi yang lehernya baru sakit, jangan menengok ya) untuk melihat pada tahun itu dimana teknologi baru mulai berkembang dan masuk Indonesia. Kira-kira tahun berapa ya? Ya ndak usah disebutin lah ya, daripada nanti ketahuan kalau umur saya ternyata semuda itu.

Mesin ATM

Pada tahun itu, pertama kalinya saya berpindah bank, dari bank yang merakyat ke bank yang berlogo kapal layar warna biru. Karena mengikuti perkembangan teknologi bank tersebut memberikan fasilitas kartu ATM untuk nasabahnya.

Karena kampung saya itu ndeso, jauh dari kota besar makanya tidak ada mesin ATM di kampung saya. Boro-boro mesin ATM, pom bensin aja gak ada, piye jal? Tapi tak jadi masalah, hla wong waktu itu keluarga saya ndak punya motor, jadi ndak perlu mampir ke pom bensin, iya to?

Nah balik lagi ke cerita tentang ATM, ngelanturnya sampai disini saja, inaf eh enough kata mas Yansen, orang bule kecengannya mbak Umi Uni. Waktu itu saya pergi ke kota agak besar lah, kota yang menjadi rumah bagi banyak penyanyi di dunia semisal Michael Jackson ataupun Madonna. (yak yang menebak kota di amerika pasti salah, wong jawabannya SOLO kok, wek :P).

Hladalah tambah ngelantur aja hahahaha. Saya pergi ke Solo untuk beli sepatu.Saya sendirian dong karena tidak ditemani orangtua saya. Selain sudah gede saya kan ndak punya pacar jadi ya single aja, alias solo karir *halah. Sebetulnya iseng saja waktu itu ketika melihat ada kantor cabang bank berlogo kapal layar itu. Saya turun dari bis dan menuju ATM di depan kantor bank tersebut. Bukan, bukan untuk mengambil uang untuk beli sepatu, tapi hanya untuk mengecek saldo. Hla wong duit saldonya cuman sepuluh ribu.

Waktu masuk ruangan atau bilik ATM tersebut saya masuk dengan pede tingkat akhir, tapi begitu di depan mesin ATM langsung ndredeg, dengkul ngewel karena gak paham masukin kartunya dimana. Eh tidak dinyana tidak diduga tangan saya ini main masukin aja itu kartu ke sebuah lubang tipis dan lebar, nah masuklah kartu itu dengan selamat. Tapi tidak ada reaksi apapun dari mesin itu.

Setelah saya lihat lagi dengan seksama saya salah memasukkan kartu tersebut. Saya panik sejadi-jadinya tapi akhirnya saya sedikit lega. Di luar ada pak satpam kantor bank tersebut. Saya kemudian minta tolong ke beliau, akhirnya kartu saya bisa diambil lagi. Lega rasanya dan tak perlu terkencing-kencing karenanya.

Belakangan saya baru tahu kalau saya masukin kartu tersebut di tempat keluarnya kertas struk dari mesin ATM, betapa ndeso-nya saya ini.

Gigi Biru yang ‘makan’ pulsa

Nah jaman sudah bergeser, teknologi sudah semakin canggih. Waktu tahun itu saya sudah berada di ibukota, Jekarda kalau kata orang bule yang bahasa Indonesianya belum lancar. Awal-awal saya kerja saya indekos di sebuah daerah, total ada 6 kamar di indekos itu, semuanya di lantai atas dengan akses pintu terpisah dengan yang punya indekos.

Ada 3 teman yang sudah akrab dengan saya, dan semuanya jomblo. Jadi ketika kami jalan-jalan ke Ragunan dan Monas ya tanpa ditemani makhluk yang bernama wanita.

Sore itu kami sedang ngobrol di balkon. Obrolan sampai pada hasalah handphone. Seputar handphone jaman dulu paling ya tukeran ringtone yang unik.

“Eh gw punya ringtone bagus nih!”

“Boleh dong, tapi ngopi ringtone nya gimana?”

“Nyalain aja bluetooth lo, ntar gw kirim”

“Bluetooth itu makan pulsa ya?”

Jeger, kaget saya. Mau ketawa gak enak, daripada nahan tawa dan ketauan mending lari ke jamban dan ketawa ngakak disana tanpa temen saya tau hal itu.

Tulisan gaptek ini disajikan hangat-hangat bareng @KoplakYoBand

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun