Mohon tunggu...
N Almeida
N Almeida Mohon Tunggu... Freelancer - 📝📝

📚📚📖📘

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Datar

31 Mei 2019   07:06 Diperbarui: 31 Mei 2019   07:29 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iya, seperti yang sudah-sudah akhir ceritanya selalu saja bisa ku tebak.

Dan begitulah perjalanan hari-hariku, begitu sangat membosankan sebab aku sudah mengantongi seluruh isi jawaban dari setiap pertanyaan akan apa yang akan terjadi di setiap penghujung cerita.

Setiap kerikil jalannya tak terdapat lagi kecemasan, Setiap tikungan jalannya tak ku jumpai kejutan, Setiap jalannya yang berlubang sudah kehilangan misterinya, dan di setiap akhir jalannya tak ada lagi sebuah rasa penasaran.

Maklum, setelah terlalu sering aku memendam perasaan, dan kebanyakan mengikhlaskan segala hal yang aku cintai kepada yang jauh lebih membutuhkan. 

Hal itu sontak seperti mengubahku sebagai seorang pria yang bisa meramal semua jalannya kehidupan, namun kesaktian itu hanya berlaku hanya untuk meramal kehidupanku sendiri. 

Tapi aku sedikit janggal dengan semua ini, dan kalau pun bisa gulungan waktu ku ulur ke belakang berada tepat di mana aku tak mau lagi memendam perasaan, dan mengikhlaskan wanita yang ku cinta kepada yang membutuhkan. Sumpah, aku tak mau di anugerahi Tuhan keanehan seperti ini. 

Hambar rasanya kehidupan,  sebab menit-menit berikutnya aku tahu apa yang bakal terjadi, semisal tiga puluh menit kemudian aku melihat tubuhku sedang terlelap, lalu di siang hari tepatnya jam 2 aku terbangun dengan mata yang langsung membuka layar gawai lalu disapa tumpukan notifikasi pesan singkatmu yang sedang antre panjang menunggu untuk ku baca. Dan malamnya selalu saja di hujani kata-kata dituduh inilah itulah.

"Sungguh  sangat..sangat..Membosankan!! 

Gumamku dalam hati yang sangat ingin kembali menjadi manusia normal saja. Bagaimana tidak, setiap detik yang begerak maju ke depan semua bisa aku prediksi dengan sempurna terlalu gampang terbaca. Tak ada seninya.

Menggenggam kepastian membuatku kehilangan pacuan adrenalin untuk lebih kerja lembur mencari tahu, tak ada lagi gairah perdebatan dengan Tuhan untuk menyelami lebih dalam sebab-akibat sebab aku sudah paham betul dengan semua peristiwa yang belum dan pasti terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun